...
Dari posisinya, Aksara dapat merasakan hembusan angin yang bertiup dari luar cakrawala. Pukul 5 sore lebih 15 menit, dibawah langit ungu ia terduduk dengan sebuah gitar dipangkuannya seraya menatap halaman belakang rumah Rigel yang dihiasi bunga hydrangea.
Sementara disampingnya, Rigel terduduk manis sembari menatap wajah Askara. Hatinya berdesir saat menatap pahatan itu. Diam-diam, ia berharap agar setidaknya masih ada sedikit perasaan yang tersimpan untuknya terlepas dari kisah rumit mereka beberapa tahun lalu.
"Dulu aku pernah bikin lagu untuk kamu, masih ingat?"
Rigel mengangguk, mana mungkin ia lupa disaat lagu tersebut selalu ia putar ketika sedang Rindu pada Aksara.
"Awalnya, aku buat lagu itu spesial untuk ulang tahun kamu. Tapi ternyata, malah sekaligus sebagai salam perpisahan kita." Aksara tertawa hambar diakhir kalimat, bersamaan dengan jemari nya yang mulai memetik satu persatu dari senar gitarnya, hingga mentiptakan bunyi yang begitu menenangkan.
Petikan gitar yang dimainkan Aksara begitu indah, namun saat ini Rigel malah ingin menangis.
"Ra, sekarang aku bingung mau ngomong apa. Tapi yang jelas aku minta maaf, maaf karena udah menyakiti kamu. Hingga saat ini, seharusnya kamu marah dan kecewa sama aku" lirih Rigel, tanpa terasa air matanya turun membasahi pipinya.
Mendengar itu, Aksara seketika menghentikan permainan gitarnya untuk kemudian menatap Rigel yang tengah berderai air mata.
Lelaki itu menggeleng. "Nggak, Ri. Bahkan hingga detik ini, aku nggak pernah bisa untuk marah ataupun kecewa sama kamu."
"Aku bodoh, Ra. Bodoh karena pernah menyia-nyikan kamu. Sampai pada akhirnya aku sadar, bahwa kehilangan kamu adalah sebuah bentuk dari penyesalan hidup aku."
"Aku bodoh..." lanjut Rigel.
"Kamu memang bodoh. Tapi aku lebih bodoh lagi karena dengan gampangnya menyerah disaat hubungan kita lagi nggak baik-baik aja bersamaan dengan kamu yang tersesat. Seharusnya saat itu aku berjuang untuk menuntun kamu pulang"
"Sekarang, setelah apa yang udah terjadi. Ayo kita sama-sama pulang. Bagi aku, kamu itu rumah. Begitupun sebaliknya, jika kamu mau, kamu bisa anggap aku sebagai tempat untuk kamu pulang."
Rigel tertegun disela isakannya. "Ra..."
Aksara tersenyum lalu mengusap puncak kepala Rigel dengan lembut. "Aku serius, kita udah berjalan sendirian terlalu jauh. Sekarang saat nya untuk pulang, kamu mau, kan?" katanya.
Rigel hanya mengangguk, tidak tau harus berkata apa.
Dengan begitu, Aksara perlahan maju mendekatkan dirinya pada Rigel. Memangkas jarak yang tersisa hingga kedua tubuh itu saling bertaut untuk kesekian kalinya.
"Aku jahat, ya? Lagi-lagi udah bikin kamu nangis"
Rigel menggeleng didalam dekapan Aksara.
"Ri... " panggil Aksara lirih.
"Ya?" Rigel menyahut.
"Makasih ya, karena kamu udah ngijinin aku masuk ke kehidupan kamu untuk yang kedua kalinya" ucap Aksara dengan salah satu tangannya yang masih setia mengusap kepala Rigel.
![](https://img.wattpad.com/cover/253953442-288-k767435.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Rigel - Haechan ft. Ryujin [END]
Ficção Adolescente[𝐂𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞𝐝] ... Ini tentang bagaimana seorang Aksara Adhinatha, mencintai semestanya 'Kathrina Rigelia.' "Selagi aku bisa, apapun bakal aku kasih. Aku nggak main-main, Rii... " start; 6/1/21 end; 1/6/21 © a story by, shxxva.