[🎶 nct127 - paradise ]
...
"Aduk terus, sampe nasi gorengnya berubah jadi bubur" ujar Orion, menatap aneh kearah Rigel.
"Kenapa nggak dimakan? Kamu dari tadi Ibu perhatiin, ngelamun terus. Nggak baik ah, pagi-pagi udah ngelamun"
Rigel meringis saat mendengar suara Ibunya. Ia menatap nasi goreng miliknya yang sudah tak berbentuk akibat diaduk layaknya bubur ayam. Ia melakukan itu tanpa sadar dengan pikiran kosongnya.
Melinda, sang Ibu. Menatap lekat-lekat perilaku putri sulungnya yang berbeda seperti biasanya. Rigel yang biasanya cerewet, mendadak menjadi pendiam pagi ini.
"Bu, Yah, maaf. Tapi aku udah kenyang." Rigel tiba-tiba membuka suaranya.
"Aku ijin keatas dulu, ya. Baru inget kalau ada dateline tugas." lanjutnya.
"Yang benar aja, kamu baru makan beberapa suap lho" ujar Ayahnya heran.
Rigel hanya tersenyum, lalu beranjak dari meja makan menuju kamarnya. Meninggalkan pekikan heran dari kedua orangnya.
Setelah menutup pintunya rapat-rapat, Rigel membawa langkahnya kearah meja belajar. Dirinya terdiam sebentar, tidak tau harus melakukan apa. Ucapannya tentang tugas tadi, nyatanya hanya sekedar alibi. Entahlah, saat ini hidupnya terasa kosong setelah hubungannya bersama Aksara berakhir.
Fokusnya kini tertuju pada sebuah headset beserta mp3 player yang terletak diatas nakas samping tempat tidurnya. Aksara sempat memberikan barang itu padanya sebelum cowok itu benar-benar pergi. Perlahan ia mendekat dan meraihnya, menelisik setiap sisinya kemudian memasangkan pada kedua telinganya.
Rigel memencet tombol on yang tersedia, seketika pula sebuah instrumen musik mengalir ke dalam indra pendengarannya. Bersamaan dengan suara lembut yang mulai berdengung di telingannya.
Lagu ini, terdengar asing ditelinganya. Namun cukup nyaman untuk didengar. Oh apakah Aksara menulis lagu ini untuknya? Rigel bahkan tidak pernah tahu kapan Aksara menulisnya. Padahal biasanya semua yang Aksara lakukan, pasti Rigel tahu. Sekarang ia baru menyadari, sejauh itu kah jarak mereka kemarin?
Sekarang ingatannya terbawa saat dimana ia menjalani hampir seluruh waktunya bersama Aksara. Entah hanya sekedar menikmati lembayung senja dibelakang gedung olahraga ataupun menerobos derasanya hujan ketika pulang sekolah. Dan hal apapun yang ia lakukan ketika bersama Aksara, cukup membuat Rigel beranggapan bahwa dunia disekelilingnya berubah menjadi surga.
Rigel menikmati setiap lirik demi lirik yang tersampaikan lewat lagu tersebut. Seolah ia mendengarkan Aksara bernyanyi secara langsung, tidak seperti menyanyikannya lewat rekaman. Karena Rigel dapat merasakan langsung ketulusan yang tersimpan dibaliknya.
Mengenggam tangan kecilmu yang lebih cantik dari lautan,
Tempat ini... tempat dimana kita bermimpi yang sama, dan ini adalah surga...
Aku menyukai senyummu,
Senyum yang lebih cerah dari bintang-bintang...Rigel tersenyum tipis saat mendengar lirik itu, telinganya masih setia mendengarkan suara halus milik Aksara. Hingga air matanya perlahan turun, bersamaan dengan lagu yang selesai terputar. Ia mendongak, berusaha menahan air mata yang akan kembali tumpah. Dan Rigel sendiri tidak mengerti, mengapa ia menangis?
...
Dan sore itu, ketika semburat jingga bercampur awan abu-abu mulai mendominasi permukaan langit. Bersamaan dengan rintik hujan yang semula riuh, perlahan berganti gerimis kecil. Memunculkan hawa dingin sisa hujan yang masuk dari sela-sela gerbong, hingga membuat orang-orang didalamnya sontak melipat tangannya kedepan dada guna menghalau rasa dingin yang hendak masuk kedalam tubuh.
Kereta yang melaju kearah Jakarta itu, masih terus melesat secara cepat. Didalamnya terdapat sesorang yang tengah terduduk didekat jendela sambil sesekali tubuhnya menghadap ke samping untuk melihat suasana diluar.
Adalah Aksara, cowok itu menatap sendu dari balik jendela. Kemudian menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi seraya membuka galeri pada ponselnya. Senyum tipis kini terlukis dibibir Aksara ketika matanya melihat salah satu kenangan yang tersimpan dalam bentuk foto.
Aksara terkekeh pelan, apa yang ia lihat sekarang pada ponsel dihadapannya, benar-benar membuat cowok itu berharap agar waktu dapat kembali mundur saat moment pada foto itu diabadikan.
Jika ditanya, apakah sekarang dia menyesal?
Tidak juga, karena Aksara yakin. Jika memang takdir menggariskannya dengan Rigel untuk berjodoh, maka suatu saat nanti entah seberapa lama dan jauhnya mereka berpisah. Pasti semesta akan selalu punya cara untuk mempertemukan mereka kembali.
Benar bukan?
Drrttt...drrttt...
Lamunannya seketika terhenti ketika ponselnya tiba-tiba bergetar menandakan adanya panggilan masuk. Lantas Aksara pun segera menjawab panggilan atas nama Jerico tersebut seraya menempelkan ponselnya pada telinga.
"Kenapa, Jer?"
"Lo udah otw jakarta, kan?" tanya Jerico.
"...iya, ada apa emang?"
"Fyi, tadi Rigel dateng ke wartap buat nyari lo."
"Rigel nyariin gue?"
"Iyaa. Wait, setelah denger itu. Lo nggak nekat buat balik lagi ke Bandung, kan?"
"Rencananya sih gitu, tapi duit gue abis. Gimana dong?" ujarnya dengan nada bercanda.
"Halah, gue nggak caya kalo duit lo abis. Bilang aja, lo udah nggak mau ketemu dia kan?"
"Ck, kata siapa?" decaknya, sebelum benar-benar memutuskan sambungan teleponnya dengan Jerico.
Setelah mendengar informasi dari Jerico perihal Rigel yang mencarinya, bohong jika Aksara tidak goyah.
Namun pikirannya kembali mensugesti, jika memang Rigel adalah rumah dan Aksara sebagai pemiliknya. Suatu saat nanti, jika dirinya rindu ingin pulang, entah seberapa lama dirinya pergi. Pintu rumah itu akan selalu terbuka untuk menyambutnya.
Jadi, biarlah waktu yang menentukan itu semua.
Dan yang harus Aksara lakukan sekarang adalah menjalani hidupnya sebagaimana apa yang telah ditentukan.
--tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Rigel - Haechan ft. Ryujin [END]
Teen Fiction[𝐂𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞𝐝] ... Ini tentang bagaimana seorang Aksara Adhinatha, mencintai semestanya 'Kathrina Rigelia.' "Selagi aku bisa, apapun bakal aku kasih. Aku nggak main-main, Rii... " start; 6/1/21 end; 1/6/21 © a story by, shxxva.