BAB 24 "Tatapan Pengkhianatan"

142 22 9
                                    

Usai pertengkaran yang tak mengenakan, Jungkook pun masih setia mendampingi sekertarisnya itu. Ia pun demikian tak mengerti, sebab akal dan hati saling berperang untuk menentukan keinginan. Lalu seperti berinisiatif, kaki malah ikut berkompromi dengan nurani yang serba ingin tahu. Yah, dirinya ingin tahu apa saja yang akan dilakukan Jung Soojung dengan Kim Seokjin.

Ia berpura-pura menyibukan diri dengan mengambil perhatian pada ponselnya. Padahal, isinya dipenuhi oleh rajuk Jeon Somi yang menanyakan soal pelarian yang ia lakukan tadi. Namun, gengsi kelewat besar.

"Apa Anda harus ikut duduk di sini juga?" tanya Soojung dengan nada menyindir.

"Katamu dokumen itu penting. Jadi, aku ingin memastikan jika dokumen yang diberikan itu asli. Bisa saja Kim Seokjin menggantinya dan ingin bermain curang."

Soojung menarik napas berat.

"Alih-alih menuduh kita harusnya mengucapkan terimakasih. Coba saja kalau dokumen itu jatuh di tangan orang lain, mana mungkin bisa kembali. Kim Seokjin bahkan berinisiatif mengajak bertemu dan memberikannya secara langsung. Padahal, dia bisa saja mengirim orang untuk pergi ke kantor kita," jelas Soojung setengah emosi.

Jungkook mengepalkan tangannya kuat. "Bukankah itu hanya sekedar modus? Bukannya itu akal-akalan Kim Seokjin untuk menggodamu," batin Jungkook amat dongkol. Jung Soojung memang perempuan yang sulit sekali ia kendalikan.

Tak lama kemudian Seokjin pun datang. Ia memegang map cokelat ditangan kanan dan menggandeng tangan mungil di sebelah kirinya. Ia terlihat kesulitan.

"Maaf aku terlambat, tadi Jangmi harus pergi ke toilet," ujar Seokjin seraya membungkuk sopan. "Oh, kau juga datang," katanya yang baru menyadari keberadaan Jungkook.

"Yah, kebetulan aku ada janji di sekitar sini," kata Jungkook membuat alasan.

Mata Soojung melirik, tetapi tidak mengucapkan apa pun meski tahu jika lelaki Jeon itu tengah berbohong.

"Maaf jadi merepotkan."

"Tidak sama sekali, kemarin pun Jangmi sudah merepotkanmu."

"Tidak mungkin, Jangmi sangat lucu dan penurut. Bagaimana dia menghadapi situasi dengan tenang di usianya itu sangat luar biasa."

Soojung tersenyum ramah kemudian memegang pipi tembem gadis kecil di depannya itu gemas. Pun Jangmi terlihat senang bertemu kembali dengan penolongnya hari ini.

Obrolan Soojung dan Seokjin pun terus mengalir tanpa bisa siapa pun mengganggunya. Jungkook yang duduk bak seekor nyamuk penganggu pun begitu kesal. Namun, martabatnya jauhlah lebih tinggi yang mana harus ia jungjung di depan sang pesaing.

"Bukannya kau hanya ingin mengambil dokumen saja? Coba lihat lagi apakah isinya masih sama dan komplit," ketus Jungkook.

"Aku tidak melakukan apa pun pada dokumen itu. Aku akan memenangkan biding project baru dengan adil. Jadi, jangan khawatir."

Jungkook hanya tersenyum simpul.

Soojung menjadi tak nyaman dan merasa bersalah pada Seokjin. Bosnya itu memang tidak tahu terimakasih.

Kemudian tak jauh dari tempat mereka, terdengar suara berdebum kencang yang dikeluarkan dari jatuhnya tubuh yang menabrak lantai ubin yang dingin. Dua sosok yang tak asing itu terlihat kesakitan, tetapi mereka rupanya lebih sibuk untuk menutupi rasa malu.

"Park Jimin, Hoseok-ssi ... "

Soojung hampir bersumpah serapah saat tahu ada Jimin dan Hoseok yang kini berada di tempat yang sama dengannya. Ia tidak pernah memberitahu pada Jimin terlebih Hoseok tentang pertemuannya dengan Kim Seokjin. Itu artinya mereka mengikuti Soojung secara diam-diam. Namun, apa tujuannya?

ECHANTED [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang