BAB 10 "Task 7: Run Away From The Devil!"

197 38 18
                                    

Hari libur yang indah dan nyaman di tempat tidur hanyalah bayangan semu yang sulit untuk digapai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari libur yang indah dan nyaman di tempat tidur hanyalah bayangan semu yang sulit untuk digapai. Selalu saja ada alasan yang mengharuskan Soojung bergegas bangun dan menjauh dari kata malas-malasan. Sebenarnya dia memang tidak suka dengan kata malas, tetapi pun tidak memungkiri jika hari libur yang didapat ingin ia gunakan untuk beristirahat.

Kecurigaan Soojung semakin besar saat ibunya terus memaksa agar Soojung bersolek dan mengenakan gaun yang anggun. Ia merasakan dejavu, pastilah hari ini adalah agenda kencan buta lain yang ibunya jadwalkan untuknya.

"Kau mau menjodohkan aku lagi?" tanya Soojung menuduh.

Soojung melotot, ia menanam kedua tangannya di pinggang.

"Bu, aku bilang tidak ingin pergi ke perjodohan lagi atau kencan buta apa pun itu! Kau tidak berhak mencampuri hidup dan pilihanku," ujar Soojung benar-benar kesal.

Ibunya sungguh keterlaluan, bagaimana bisa ia melakukan hal itu padanya? Kenapa ia begitu repot mengurusi kehidupan anaknya. Memang wajar jika seorang ibu ingin kehidupan yang layak untuk putrinya, tetapi bukan berarti ia berhak untuk menentukan segalanya sendiri. Soojung tidak akan setuju.

"Aku tidak akan pergi!"

Soojung kemudian meninggalkan ibunya yang sejak tadi sibuk memilihkan pakaian yang pantas Soojung kenakan.

Soojung dengan kesal membuka kulkas kemudian mengambil air dingin dan kembali menutup pintu kulkas itu dengan gebrakan keras. Ia meneguk air itu seperti orang yang sudah tidak minum berhari-hari. Sang ayah yang sedang duduk menyantap roti dan telor mata sapi itu kemudian membeku di tempat. Ia pikir perang dunia akan dimulai sejak pagi hari.

"Itu salahmu, Ayah!"

Akhirnya kini Jung Dongil menjadi tersangka. Padahal, ia selalu duduk pasrah saja.

"Bagaiamana bisa Ayah membiarkan Ibu semena-mena begitu? Kau harusnya tegas!" omel Soojung tak tertahankan.

"Kau tahu sendiri bagaimana keras kepalanya ibumu, tahanlah dan turuti saja," ujar Jung Dongil memberi saran.

"Bicara apa kau ini? Cepat mandi dan pakai gaun yang sudah aku siapkan!"

Kim Minkyung lagi-lagi memukul Soojung, tidak lupa dengan serangkaian ocehan yang turut diucapkan. Soojung tidak menurut begitu saja, ia tetap melakukan perlawanan sebagai bentuk pembelaan diri.

"Pagi semuanya," sapa Yuna santai, ia kemudian segera duduk di samping sang ayah.

Bagi Yuna sendiri pemandangan ini sudah menjadi santapan rutin, sudah bukan hal yang aneh lagi. Dan itu memang tabiat keluarganya—lebih tepatnya ibu dan kakak perempuannya saja.

"Ih, aku tidak mau seperti Soojung Eonni, bisa hancur nanti tubuhku. Sudah telinga pengang, eh, tubuh juga babak belur," bisik Yuna pada Jung Dongil.

Tentu saja mereka berdua pengamat setia, dan dengan sukarela memberikan komentar yang sebenarnya tidak membantu sama sekali.

Yoongi kemudian menyusul dan memilih duduk di sebrang ayah dan juga adik bungsunya. Sedang ia pun lebih memilih tidak peduli dengan keributan yang terjadi.

ECHANTED [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang