BAB 25 "BAHU UNTUK BERSANDAR"

127 26 10
                                    

Hari ini terasa melelahkan untuk Soojung, sungguh untuk kali pertama ia menjadi tidak betah berada di kantor. Kehidupan luar biasa yang selalu ia jalani sehari-hari saat bekerja seperti berubah 180 derajat. Ia sungguh tidak mampu beradaptasi dengan orang-orang baru di dalam hidupnya saat ini.

Entah sampai kapan ia bisa terus menghindar dari pertanyaan Jungkook, dan rasanya ia tak cukup berani untuk mengakui pada lelaki itu bahwa dia tidak pernah lupa sedikit pun tentang apa yang terjadi di antara mereka saat itu.

Memikirkannya membuat Soojung bergidik, membuat ia meremas dada karena sakit yang dirasa kembali muncul.

Entah mengapa Tuhan membuat semuanya menjadi pelik. Sungguh, jika saja ia tahu bahwa ia akan dipimpin oleh Jeon Jungkook, mungkin ia pun tidak akan menerima uluran tangan dari Jeon Seokmin.

Langit malam terlihat gelap, sedang udara terasa begitu dingin menusuk kulit. Mata Soojung terus mengedar, menilik sesuatu yang mempu membuat perasaannya lebih tenang. Ia ternyata tidak mampu tidur dengan cepat meski hari-harinya sudah begitu keras. Kemudian pandangannya menemukan titik henti.

Seorang pria tampan terlihat begitu asik bermain dengan gitar dan juga kertas serta pensil di sampingnya. Ia memetik gitar, menggumamkan sesuatu, menggaruk kepalanya yang tak gatal, menuliskannya di kertas, tetapi kemudian mencoretnya beberapakali.

Soojung hanya tertawa kecil melihat tingkah kakaknya itu.

"Jika tidak bisa membantuku, berhenti mentertawakan," celetuk Yoongi yang rupanya tahu sedang diperhatikan oleh adiknya.

Soojung tersentak kaget.

"Memangnya kau mau menerima ideku?" tanya Soojung ragu.

"Memang kapan kau pernah memberiku ide dan aku menolaknya?"

Soojung terdiam. Yah, Min Yoongi tidak akan pernah menghilangkan sifat savagenya itu.

"Turunlah atau tidur saja, aku tidak bisa terus-terusan berteriak."

Seperti mendapat sinyal bagus, Soojung pun tak menyia-nyiakan kesempatan. Terlebih ini bisa menjadi pengalihan dari rasa gelisah yang ia pun ingin melarikan diri sejak tadi.

Soojung tak datang dengan tangan kosong, ia membawakan selimut serta beberapa camilan dan mimunan hangat yang dengan cepat ia buat sebelum pergi menuju taman belakang rumahnya untuk Yoongi.

Memang betul Yoongi memiliki julukan Vampire karena warna kulitnya yang terlampau pucat. Namun, Soojung tahu jika dia hanya manusia biasa dan membutuhkan sebuah penghangat di kala malam yang membekukan seperti ini.

"Terimakasih," ucap Yoongi tanpa memandang Soojung.

Soojung menelan ludah, entah mengapa ia menjadi canggung duduk di samping kakaknya itu.

"Jadi?"

Yoongi menoleh.

"Jadi?" kini Soojung malah balik bertanya.

"Mana idenya?"

"Oh, kau serius meminta ide dariku?"

Soojung hanya terlampau bahagia saat Yoongi mau mengobrol dengannya, jadi pun ia tidak begitu peduli dengan alasan yang sebenarnya. Tetapi, ia sungguh tidak memiliki ide yang dapat diberikan.

"Apa kau akan mengusirku jika aku tidak memberi ide?"

Yoongi tertawa keras. Soojung kembali dibuat terkejut. Ia sungguh rindu tawa itu, tawa yang dulu selalu ada di saat hari-hari terberatnya.

ECHANTED [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang