Soojung berulang-ulang kali mengatur pernapasan, menepuk-nepuk dada agar merasa lebih baik. Ia merasa sesak juga bercampur emosi, entah harus bagaimana mengatur kendali pada tubuhnya yang ingin meledak-ledak karena begitu kesal.
Ia sudah kembali ke ruangannya, duduk di kursi dan menatap layar komputer tanpa hasrat. Sesaat ia menjadi lupa tentang apa pekerjaan yang harus dilakukan. Mungkin efek terlalu terkejut.
Tiap hari seperti ia terus memecahkan rekor, melakukan hal-hal yang tidak pernah dilakukan sebelumnya dalam hidup hanya karena lelaki yang bernama Jeon Jungkook.
Perang kali ini bukan hanya melibatkan Jeon Jungkook dan dirinya sendiri, tapi seluruh perusahaan. Soojung tidak dapat membayangkan protes apa yang akan dilayangkan oleh para pegawai dengan keputusan berisiko yang diambil bos baru mereka.
"Kau tak ingin beristirahat?"
Soojung mendongak pada sumber suara. Terlihat seorang pria tersenyum memandangnya—jangan salah sangka karena senyum itu sudah pasti sebuah ledekan.
"Dalam situasi seperti ini kau masih memikirkan istirahat? Kau tidak membaca email yang baru saja Jungkook kirim?"
Jimin lalu berjalan menjauh dari perempuan yang terlihat menyeramkan itu dan memilih duduk di kursi yang disediakan untuk tamu. Tetap masa bodo dengan kerisauan yang tengah melanda sahabatnya.
"Lalu apa yang bisa aku lakukan, biseo-nim? Aku hanya Proyek Admin, jangankan membangkang kalimat petinggi seperti Jeon Jungkook, menolak perintah Proyek Manajer saja mustahil. Jadi, aku tak punya waktu untuk kelaparan hanya karena situasi yang tetap tidak menguntungkan posisiku bagaimana pun keadaannya."
Masuk akal. Soojung tidak mampu menimpali Jimin.
Perempuan yang nampak kusut itu menghela napas berat. Kepalanya terasa mau pecah.
"Jung Soojung, kenapa kau jadi begitu sensitif? Kau seperti kehilangan insting akan perkejaanmu sebagai seorang sekertaris. Ingat, kau pernah mengalami hal yang lebih buruk dari ini. Kau hanya terlalu terpengaruh oleh Jeon Jungkook, dengan permainan kalian atau entahlah pokoknya hanya di antara kalian. Kau hanya sibuk memikirkan cara untuk mengalahkan lelaki itu sekarang."
Soojung tertegun. Kalimat Jimin seperti hantaman hebat pada nuraninya. Sadar atau tidak, begitulah Jungkook selalu mendominasi kehidupannya sekarang. Soojung selalu berusaha untuk memikirkan bagaimana pendapat Jungkook, bagaimana respon lelaki itu, bagaimana membuat lelaki itu agar bertindak sesuai keinginannya dan terus saja nama-nama Jungkook bermunculan pada tiap saat.
Melihat Soojung yang terdiam, Jimin kemudian mendekat.
"Kenapa kau takut?"
Soojung menoleh, kemudian menggeleng.
"Apa aku takut?" tanya Soojung yang terdengar seperti ia ajukan untuk dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ECHANTED [ON GOING]
RomanceKehidupan sempurna milik Soojung berubah kacau setelah kemunculan Bos Barunya, Jeon Jungkook. Meski usia Bosnya itu jauh lebih muda, tetapi peringainya amat menyebalkan hingga membuat Soojung hampir menyerah dengan pekerjaan yang amat ia cintai. Mas...