BAB 30 "ECHANTED"

116 19 19
                                    

Begitu terpuruk hingga seluruh isi pikiran pun menjadi kotor dan tak terkendali. Ia tidak pernah membayangkan bagaimana akhir hidupnya jika saja remaja yang pernah dia selamatkan tidak datang untuk melakukan hal serupa.

Napasnya berderu kencang, air mata pun mengalir begitu deras, sedang tangannya begitu erat menarik baju milik Jungkook.

Ia mencoba mati, tetapi sebenarnya begitu takut untuk mati.

Setelah berhasil melerai rasa takut dan rasa tak percaya, Soojung pun bangkit. Ia segera mengelap air mata dan berupaya untuk menyingkirkan cairan bening dari hidungnya. Nahas, itu sulit, dan ia berusaha untuk menutupinya dari Jungkook karena begitu malu. Lalu tanpa diduga, justru Jungkook melangkah lebih dekat ke arah Soojung dan menarik lebih panjang lengan jaket yang ia kenakan yang dengan sukarela ia berikan.

Ke dua manik milik Soojung yang kemerahan menatap dengan heran.

"Sini, aku bantu bersihkan," ujar Jungkook yang paham dengan kebingungan Soojung.

Ia kemudian membantu membersihkan wajah ayu Soojung dari banjir air mata pun juga ingus yang sama derasnya. Sedang perempuan itu tak mampu berkutik, ia hanya melongo bagai orang bodoh.

Dalam sunyi malam serta tiupan angin yang bahkan siap menyapu apa pun yang menghalangi jalan, dua insan itu demikian berjalan beriringan dengan sepi. Soojung tidak mampu berucap kata. Berterimakasih atau meminta pertolongan, ia tidak sanggup.

Sedang sang remaja yang rupanya tengah dipenuhi oleh rasa penasaran itu berjalan dengan tanpa henti memandang pada sosok Soojung.

Dunia selalu penuh dengan misteri dan begitu pula dengan takdir yang sulit untuk diprediksi.

"Aku bisa membawamu ke tempat yang paling sunyi dan bahkan suara nyamuk pun tidak akan terdengar," tawar Jungkook mencoba menjelajah pemikiran Soojung.

Sebenarnya perempuan itu tidak menginginkan kematian, ia hanya perlu tempat yang sunyi untuk melarikan diri dari dunianya yang kejam. Begitulah yang dapat Jungkook perkirakan.

Langkah Soojung terhenti, ia menoleh pada Jungkook. Namun, tatapan itu kosong.

"Aku mungkin lancang karena diam-diam mencari tahu tentangmu, hingga aku tahu dengan permasalahan yang sedang kau hadapi. Tapi, kau tidak bisa menyangkal jika semua ini adalah bagian dari takdir. Dan mungkin kemunculanku adalah salah satu obat penyembuh," jelas Jungkook tak menyerah membujuk.

Sejatinya Soojung adalah makhluk yang tergolong sangat egois dan teguh pada pendiriannya. Ia enggan meminta bantuan atau menceritakan tentang masalah yang ia hadapi. Begitu pun ia tidak akan mau menerima pertolongan dari orang lain terutama jika tak kenal, bahkan ia jarang sekali meminta bantuan pada Jimin yang merupakan sahabatnya.

Namun, mau sampai kapan ia akan egois? Apa menunggu sampai otaknya kembali teracuni dan kembali melakukan percobaan bunuh diri. Tidak, ia tidak mau jadi pengecut.

"Ke mana?" tanya Soojung setelah jeda yang begitu lama.

Jungkook menaham senyum. Ia merasa berdosa karena bunga yang kini bermekaran dalam dadanya, sedang gadisnya sedang menderita. Namun, hanya itu saja sudah begitu membahagiakan.

***

Angin membawa adam dan hawa itu menyusuri perjalanan panjang dengan dingin yang hampir merasuk tulang. Melesat di jalanan lengang bak tak berpenghuni pada pukul 02.00 dini hari. Kian kencang motor dilajukan, begitu pula pelukan erat yang dirasakan. Mereka dalam satu perjalanan, tetapi bertolak belakang isi pikiran.

ECHANTED [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang