BAB 33 "Deeply Talk"

117 20 15
                                    

Kedatangan Jungkook kembali di sambut ramah oleh Kim Minkyung, malah lebih ramah dari sebelumnya. Ia bagai menyambut tamu penting dari pemerintahan. Soojung tak akan heran, ia pun tahu bahwa mungkin ibunya itu adalah seorang penjilat paling andal. Terdengar kasar, tapi mau bagaimana pun itu memang pribadi sang Ibu.

Hanya Kim Minkyung dan Yuna yang banyak berbicara, menanyakan berbagai hal yang kadang terdengar amat sensitif. Herannya Jungkook mampu menjawab dengan baik dan penuh wibawa. Sudah jelas dia akan mendapat poin 100 atau lebih sebagai persetujuan untuk menjadi kandidat berikutnya—calon menantu yang idaman dalam list Kim Minkyung.

Soojung baru teringat jika di rumahnya tak memiliki kamar lebih dan mustahil menyuruh bosnya yang terhormat untuk tidur di sofa yang terletak di ruang tamu. Membayangkan si Tuan Muda yang terbiasa tidur di kasur empuk nan nyaman di apartemennya, Soojung harus bergegas membuat keputusan.

Namun, dari seisi penghuni rumah ini ia hanya yakin jika tempat yang memenuhi standar dari Jeon Jungkook adalah kamar miliknya. Bukan kamar Jung Yoongi yang bernuansa amat gelap dan berbagai macam alat musik yang berserakan di kamarnya, juga bukan Jung Yuna yang memiliki kamar bernuansa merah muda dan segala isi lemari yang berserakan di atas tempat tidur. Bukan pula kamar sang orangtua yang terlalu sempit dan pengap untuk sosok pria tampan yang terbiasa hidup dalam kemewahan.

Mungkin tetap tidak bisa dibandingkan, tetapi kamar miliknya jauh lebih layak. Soojung orang yang begitu sederhana dan rapi, ia selalu menjadikan kamar tempat istimewa sehingga tidak pernah sekali pun kamarnya terlihat kacau dan memalukan. Sejauh itu ia pun dan Jungkook memiliki selera yang hampir serupa dan yakin jika Jungkook akan tetap tertidur dengan nyaman.

"Eomma, biarkan Sajang-nim istirahat sekarang sudah malam," sela Soojung yang menghentikan pertanyaan tak berujung dari Kim Minkyung.

Perempuan yang sudah memiliki banyak kerutan di wajahnya itu pun segera melirik jam dan menyetujui permintaan Soojung.

"Oh, iya benar, kalau begitu ..., " Kim Minkyung terhenti saat sadar jika ia tak memiliki kamar lebih untuk tamu.

"Sajang-nim akan tidur di kamarku," ucap Soojung membaca pemikiran sang ibu.

Semua terdiam mendengar ucapan dari Soojung, terdengar tidak masuk akal bagi mereka. Berbelas-belas tahun Yuna hidup sebagai adik kandung dari Jung Soojung, tidak sekali pun ia dibiarkan tidur di kamar sang Kakak. Tidak hanya Yuna, tapi siapa pun tidak dibiarkan memasuki kawasan terlarang di rumah Jung ini.

Yuna sempat ingin memprotes, tetapi kali ini Kim Minkyung paham dengan situasi yang terjadi dan tak banyak berkomentar.

"Benar, kamar Soojung sangat nyaman. Pergilah beristirahat, kami tidak akan mengganggu."

"Ah, terimakasih banyak. Maaf sudah merepotkan dan membuat kegaduhan di malam hari," kata Jungkook seraya membungkuk sopan.

"Aigoo, jangan lakukan itu. Ayo cepat naik dan beristirahat, besok Paman akan segera memperbaiki mobilnya."

Jungkook pun mengangguk.

Soojung memimpin jalan dan Jungkook pun mengekor, mereka berjalan menuju lantai dua di mana kamar Soojung terletak.

Bukan karena tidak menyangka akan ada yang bertamu di kamarnya ataupun takut jika ruangan itu terlihat berantakan. Namun, Soojung merasa was-was, merasa sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya.

"Em, kau tidak perlu berkata 'Maaf jika kamarku berantakan', benarkan?" tebak Jungkook dengan sedikit menyindir.

"Lagi pula kau sudah melihatnya tadi."

Jungkook mengangguk. Ia terdiam sejenak dan memandang pada Soojung lekat.

"Kau baik-baik saja?"

Tentu, tidak. Soojung ingin menjawabnya, tetapi kata-kata itu tertahan di tenggorokan.

Manalah bisa, kejadian itu bahkan baru berlalu dalam beberapa jam saja. Bahkan wajah pria itu masih terlintas jelas, tersenyum menyeramkan dan bahkan cengkramannya terasa masih sakit.

Soojung yang kembali teringat tanpa sadar menutup mata hingga terjatuh. Kini seluruh tubuhnya gemetar merasakan jika akan membutuhkan waktu lama untuknya bisa lupa.

"Maafkan aku."

Jungkook segera mendekap Soojung dalam peluknya, mengusap punggung gadisnya dengan begitu lembut.

Kini sosok yang rapuh itu kembali muncul, sosok yang sebenarnya memang dirinya yang telah lama ia sembunyikan dari orang-orang. Bukan topeng Jung Soojung yakni sosok dingin dan tegas yang tidak memiliki ketakutan.

Kini ia hanya seorang perempuan lemah yang membutuhkan perlindungan.

"Apa yang memberatkanmu untuk menerimaku?" gumam Jungkook dan Soojung mampu mendengarnya dengan jelas. "Yang aku mau hanya melindungimu. Ini bukan lagi soal balas budi, ini bukan lagi soal menganggumi. Aku hanya ingin terus berada di sisi orang yang aku cintai," ungkap Jungkook begitu tulus.

Soojung masih terdiam, ia tengah berkompromi dengan seluruh isi hati serta bergelut dengan pikiran. Caruk-maruk dan semraut, ia tidak dapat berpikir jernih. Namun satu hal, ia yakin bahwa rasanya masih sama. Ia terpesona oleh Jeon Jungkook sejak lama dan bahwa nama lelaki itu sudah ada dan terukir apik di relung terdalam miliknya.

Lalu bukan hanya Jungkook, ia sendiri pun tengah bertanya mengapa? Mengapa begitu sulit untuk mengungkap isi hati dan mengakui. Terlampau kelu lidah, telampau lemah pendiriannya. Ia takut untuk jatuh yang kesekian kali.

"Kau tidak perlu memaksakan untuk berkata, aku yakin kata bukanlah inti dari penyampaian sebuah rasa. Aku hanya perlu kau tidak mendorongku pergi lagi, karena itu sebenarnya patah untukku."

Itu tepat sasaran, itu tepat mencabik egonya.

Soojung melepaskan pelukan Jungkook dan menatap lelaki itu dengan dalam. Jika memang tak perlu kata sebagai pembuktian, ia harap jika hanya tatap ini saja cukup untuk menggambarkan rasa yang begitu sulit untuk ia pahami.

Jungkook tersenyum dan mengangguk. Lalu ia mengecup kening Soojung cukup lama. Lagi ia tidak perlu berkata bahwa ia sepenuhnya paham apa yang dirisaukan oleh dambaan hatinya.

"Selamat malam, tidur dan mimpikan aku."

Kemudian Soojung membiarkan Jungkook beristirahat dan juga hatinya yang seperti habis berlari marathon di lapangan bola.

***

Hay sorry ya klo partnya pendek banget, tapi lumayan ya dripada gk aku update2. Mungkin kedepannya akan begitu, pendek2 tapi pelan2 dilanjut. Makasih yang selalu nyempetin buat baca, semoga ceritanya masih menghibur dan tidak membosankan.

ECHANTED [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang