Soojung terbiasa mengenakan riasan tipis, karena selain tidak pandai berdandan ia pun lebih percaya diri dengan tampilan yang natural. Namun, kali ini ia sudah menonton banyak tutorial bagaimana merias wajah demi untuk menutupi kantong hitam yang menggelayut di bawah mata serta bengkak yang ada di matanya. Sungguh ia menyadari dan merasa kagum pada mereka perempuan atau siapa pun yang memiliki keahlian dalam merias wajah, itu bukanlah bakat yang bisa disepelekan.
Setelah satu minggu dari hari sidang di kantor tempatnya magang, Soojung menerima keputusan pahit bahwa kontrak magang yang harusnya selesai kurang dari satu minggu itu harus dicabut. Hanya kurang satu minggu yang seharusnya Soojung akan menerima sertifikat sebagai tanda telah bekerja dengan baik kini hancur berkeping-keping.
Soojung sudah berkali-kali pergi menemui rektor, dosen pembimbingnya, professor yang membantunya di awal magang bahkan ke bagian administrasi kampus namun tak membuahkan hasil apa pun.
Ia terancam tidak lulus karena tidak mampu menyelesaikan magang dan bahkan membuat catatan hitam sekaligus. Skripsi yang sudah matang dan diajukan pun dicabut karena alasan ijin yang tak diberikan.
Kepalanya terasa mau pecah memikirkan bagaimana kini masa depannya sudah sempurna hancur.
Ia berusaha menghubungi Lee Kiwoo, menurunkan ego tinggi yang selalu dijunjungnya untuk memohon pertolongan pada lelaki itu. Namun, nihil. Lelaki itu hilang bak ditelan ombak, tak ada kabar juga ciri-ciri bahwa dirinya masih hidup atau sudah mati—setidaknya Soojung berharap lelaki itu mati saja.
"Mau kopi?"
Soojung menoleh ke sumber suara, merasa heran karena masih ada yang mau mengajaknya bicara di lingkungan kampus.
Lelaki bersurai hitam dengan senyum yang mampu menyapu hilang mata indahnya itu terus mendorong kopi kemasan di tangannya.
"Iya, aku berbicara denganmu," katanya paham dengan keraguan Soojung.
"Kau harusnya tak berbicara padaku, nanti orang-orang juga ikut menjauhimu," jelas Soojung.
"Hemm ... siapa yang berani menjauhi Pangeran kampus Park Jimin ini? Lagi pula aku tidak peduli soal itu. Mau aku mengobrol denganmu, dengan sapi, dengan monyet dengan anjing sekali pun itu hakku."
Mata Soojung membulat, tak percaya dengan kata-kata yang terlontar dari mulut lelaki bernama Park Jimin itu.
Tidak ada yang salah dari kalimatnya, toh Jimin memang sudah dinobatkan sebagai pangeran kampus tahun lalu berkat tarian seksi yang ditampilkannya saat pentas seni pada hari festival kampus yang rutin diadakan satu tahun sekali itu.
Soojung dan Jimin bertetangga, mereka sudah berteman lama meskipun orang-orang sering salahpaham dan menganggap mereka bermusuhan. Jimin yang kelewat percaya diri seringkali membuat Soojung yang perfeksionis berdecah kesal dan menghajarnya tanpa ampun. Mereka tak banyak berinteraksi selama di kampus jadi itu membuat heboh saat Jimin adalah satu-satunya yang masih mau berbicara dengan Soojung.
"Apa kata pihak kampus?"
Soojung hanya menghela napas panjang.
"Aku masih bisa mengejar kelulusan jika dalam waktu 2 minggu sudah menemukan tempat baru untuk magang."
"Hemm, biasanya kau bisa mendapatkan tempat magang dalam hitungan hari saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
ECHANTED [ON GOING]
Storie d'amoreKehidupan sempurna milik Soojung berubah kacau setelah kemunculan Bos Barunya, Jeon Jungkook. Meski usia Bosnya itu jauh lebih muda, tetapi peringainya amat menyebalkan hingga membuat Soojung hampir menyerah dengan pekerjaan yang amat ia cintai. Mas...