Pertemuan awal

178 53 50
                                    

Seorang gadis kecil nampak asik bermain dengan ayunan, matanya tidak berhenti memandangi semua anak seusia nya yang berada di taman bermain, mereka semua terlihat gembira karena asik berlari ke sana kemari sedangkan dirinya hanya sendiri tanpa seorang teman.

Mereka semua menjauhi gadis kecil itu karena mereka tahu kalau gadis kecil itu memiliki  penyakit yang bersangkutan dengan pernapasan. Mereka semua tidak ingin di repotkan atau disalahkan jikalau nanti penyakitnya kambuh.

Manik matanya tidak sedikit pun berpaling dari teman seusianya, Ayah dari gadis itu pun tidak tega melihat anaknya yang hanya bermain sendiri tanpa adanya seorang teman.

"Yana mau main petak umpet sama Bapak?" tawar Firman ayah dari Riyana si gadis kecil, Firman mencoba menghibur Riyana yang sedari tadi hanya diam dan sesekali menarik nafas panjang.

"Nggak mau Dad, enakan disini lihatin mereka yang main," tolak Riyana tanpa mengalihkan pandangannya yang terlihat sendu dari sorot mata gadis kecil itu.

"Bapak temenin kamu disini," ujar Firman yang kini sudah duduk di ayunan sebelah Riyana, Riyana menolehkan wajahnya menghadap Firman.

"Daddy bukan Bapak, ingat itu Dad!" Riyana mengerucut kan bibirnya kesal, lagi dan lagi Firman lupa akan hal itu.

"Aneh Yan Bapak dengernya, panggil Bapak aja jangan Daddy," Riyana menatap Firman dengan tajam, bukannya takut, Firman malah merasa gemas dengan raut wajah Riyana.

"Daddy bukan Bapak!" tegas Riyana sambil mengembung kan pipinya yang chubby itu.

"Kenapa sih, orang sama aja, Bapak suka nya di panggil Bapak," ujar Firman lagi dan lagi membuat Riyana kesal.

"Beda lah Dad, kalau panggil Bapak nggak ada lagunya jadi nggak enak, kalau manggilnya Daddy kan ada lagunya, jadi sekalian nyanyi kalau panggil Daddy," jelas Riyana yang membuat Firman berpikir, memangnya ada ya pemikiran sejenis Riyana?

"Coba nyanyiin Bapak mau dengar," Riyana langsung berdiri dan menghadap Firman.

"Hi lop mi his gip mi ol his moni ,det guci, prada, konpi, may sugar daddy," Firman langsung menganga mendengar Riyana dengan riang bernyanyi bahkan pelafalan lirik serta nadanya saja masih salah.

"Bagus kan Dad?" tanya Riyana dengan senyum yang masih mengembang.

"Ba-bagus kok, lebih bagusnya lagi jangan nyanyi," Riyana spontan memukul tangan Firman ketika mendengar jawaban Ayahnya, sedangkan Firman hanya terkekeh pelan menanggapinya.

"Emang tahu artinya?" tanya Firman dan mendapat gelengan dari Riyana.

"Jangan di nyanyiin lagi oke?" ujar Firman serius yang membuat Riyana mengerutkan dahinya tidak mengerti.

"Ih kenapa Dad?" tanya Riyana dengan raut wajah bertanya dapat dilihat oleh Firman kedua mata Riyana kini sudah membulat dengan sempurna karena rasa ingin tahunya.

"Itu lagi buat manggil hantu," Firman terkekeh pelan ketika melihat raut wajah ketakutan Riyana.

Namun ketika mendengar kekehan kecil dari Firman membuat Riyana memutar bola matanya malas.

"Kalau emang nggak mau denger Yana nyanyi bilang aja yang sebenarnya Dad," kali ini Firman terbahak di tempatnya sedangkan Riyana menatap Firman sebal.

"Bentar ya Daddy mau angkat telpon dulu," Riyana hanya mengangguk kecil saja lalu melanjutkan kegiatannya yaitu melihat anak seusianya sedang berlari kesana-kemari, sesekali dia tertawa ketika melihat kelucuan teman seusianya.

About Time (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang