🍁 D E L A P A N 🍁

139 22 7
                                    

-VOMENT-

Sekarang sudah waktu nya siswa-sisiwi SMA Yunistira akan pulang sekolah.

"Ck! Niken mana sih?" Bicara Leo sambil berlari kecil di koridor sekolah, yang sedang mencari Niken. Seperti biasa Leo ingin mengajak Niken untuk pulang bersama.

"Eh, itu Niken beduan sama siapa tu? Wah, kagak bisa di biarin nih," Leo melihat Niken sedang berjalan bersama dengan Dion di koridor.

"Gua antar pulang ya?" Ajak Dion pada Niken.

"Iya." Sahut Niken sambil tersenyum tipis.

"Niken!" Panggil Leo pada Niken. Niken dan Dion pun berhenti melangkah saat Leo mendatangi mereka berdua. "Pulang sama gua yuk," Kata Leo.

"Nggak! Gua pulang sama Dion." Jawab nya, sinis. Leo pun menengok ke arah Dion, ia melihat Dion dengan sinis.

"Dia siapa, Nik?" Tanya Leo, heran.

"Sahabat gue. Kenapa?!" Jawab nya dengan wajah datar. "Lo masih anggap gua sahabat, Nik?" Ujar Dion dalam hati sambil menatap mata Niken lekat-lekat.

"Oh. Oke nggak papa." Lanjut Leo, mengangguk.

"Heh, dugong! Hati-hati kalo nganterin pulang cewek gua." Pesan Leo pada Dion.

"Oy! Gua bukan cewek lu anjeng!" Kelit Niken, nyolot.

"Sssttt... Nggak boleh ngomong kasar gitu sama calon imam kamu, nanti dosa, sayang." Ujar Leo, menyetir.

"Ck! Bisa-bisa gue gila kalo ngomong sama lo terus." Gumam Niken.

"Ayok Dion, kita pulang." Kata Niken lalu menarik tangan Dion paksa dan berjalan ke arah parkiran.

"Eh! Dugong, jangan deket-deket ya duduk nya sama calon ibu dari anak-anak gua." Jerit Leo pada Dion, saat Leo menatap punggung Niken dan Dion mulai menjauh meninggalkannya

***
Di mobil.

"Niken,"

"Kenapa Dion?" Sahut Niken yang sedang memakai sabuk pengaman.

"Lo masih anggap gua sahabat?" Tanya Dion dengan nada pelan. Niken terdiam sesaat. Dion pun meraih tangan kanan Niken. "Gua sayang sama lo Nik, dan lo tau itu kan dari kita masih SMP." Ujar nya.

"Iya gue tau, tapi aku pengen... hubungan kita itu sama kayak dulu, yaitu persahabatan." Balas Niken sambil menarik tangan kanan nya dari genggaman Dion.

"Kenapa Nik? Gue tau kalo lo cinta kan sama gue? Dan gue juga cinta sama lo." Gumam nya. Niken tak menjawab perkataan Dion itu dan beralih padang ke arah jendela mobil.

"Ayok kita pulang, abang ray pasti udah nungguin gue di rumah." Kata Niken tapi tak menatap wajah Dion.

Dion menghela napas kasar dan mulai melajukan mobil nya.

***

Dua puluh menit kemudian, Niken dan Dion pun sampai di rumah Niken. Di depan rumah Niken sudah ada Ray yang sedang mencuci motor nya.

"Mau mampir dulu Di?" Tanya Niken pada Dion. Yang kini Niken sudah turun dari mobil, sedangkan Dion berada di dalam mobil.

"Nggak Nik, gua mau langsung pulang aja." Ujar Dion.

"Makasih ya, udah mau nganterin gue." Tutur Niken pada Dion.

"Iya, sama-sama." Sahut Dion.

"Ya udah bentar ya, gue panggilin abang Ray." Kata Niken. Lalu ia pun berjalan ke arah Ray yang sedang sibuk mencuci motor.

"Bang," Ujar Niken.

"Hmm?" Sahut Ray tanpa melihat wajah Niken, ia masih saja sibuk mencuci motor sport nya yang berwarna merah itu.

"Ada Dion tuh." Ucap nya. Ray pun langsung menengok ke arah Niken. "Dion?" Sahut nya, bingung.

"Iya, Dion sahabat Niken waktu SMP, tetangga kita dulu, bang." Balas Niken.

Ray pun langsung mengingat nya. "Oh iya, abang inget. Ya udah.. abang samperin dulu ya, kamu ganti baju terus makan ya." Pesan Ray pada Niken. Niken pun mengangguk dan melangkah masuk ke rumah nya. Sedangkan Ray pun mendatangi Dion di dalam mobil. Dion pun turun dari mobil. Dan sekarang mereka berdua sedang berhadapan.

"Halo bang, apa kabar?" Tanya Dion sambil tersenyum.

"Gue baik." Sahut nya.

"Kemana aja lu selama ini?" Tanya Ray pada Dion.

"Gua pergi ke New York, bang." Jawab Dion dengan santai.

"Kenapa lu nggak pernah kabarin Niken? lu tau nggak kalo Niken tiap hari nungguin lu? Lu tau kan kalo Niken dulu nggak bisa jauh dari lu?! Tapi lu malah ninggalin dia selama enam tahun!" Gumam Ray kesal.

"Maafin gue bang, gue salah karena nggak pernah ngabarin Niken. Tapi sekarang kan gue balik, Dan gue janji nggak akan pernah kecewain Niken lagi." Sahut Dion.

"Nggak osah janji-janji deh lu! Kasian adek gue ke makan janji palsu lu. Dan awas aja ya lu kalo bikin adek gue kecewa atau pun sakit hati, lu yang bakal berhadapan sama gua." Cakap Ray. Setelah itu Ray pun melangkah masuk ke rumah nya meninggalkan Dion di sana.

"Ck! Gue akan berusaha merubah Niken yang sekarang menjadi yang dulu, Niken yang nggak bisa jauh dari gue." Kekeh Dion tersenyum devil.

***

"Lah bang, Dion nya udah pulang?" Tanya Niken yang baru saja selesai ganti baju.

"Udah." Sahut Ray singkat sambil duduk di sofa ruang tamu.

"Padahal gue mau ngajak makan bareng Dion." Ujar nya lalu duduk di samping Ray.

"Makan sendiri aja napa sih? Alay bener makan sama-sama." Cetus Ray.

"Dih, biarin... kenapa? Iri bilang karyawan!" Balas nya ketus.

"Adek diadab! Gua abang lu, bukan karyawan!"

"Cot!" Sahut Niken memutar bola mata nya.

"Udah! Makan sana lu, kalo kagak makan, gue yang makan." Bicara nya.

"Serakah! Abang masak apa?" Tanya Niken.

"Gua habis bikin resep baru, rumput depan di oseng sama royko ayam. Cobain deh, pasti enak." Kata Ray sambil menyengir.

"Contoh anak anjing! Masa gue di suruh makan rumput, memang gue kambing!?" Lontar nya nyaring.

"Iya lu kambing!" Balas Ray lalu melempar bantal sofa ke wajah Niken.

"Aarghhh! Awas lu, gue kasih tau dady. Biar motor abang di sita! Mampus!" Kata Niken sambil menjulurkan lidah nya pada Ray, meledek.

"Bodo amat!" Hardik Ray.

Dan Niken pun berjalan ke arah meja makan.

***

-VOTE & KOMEN-

Tbc.

Jangan Benci, Nanti CINTA! [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang