🍁 S E M B I L A N B E L A S 🍁

76 14 7
                                    

[ Leo On Mulmed ^o^]

---><---

Niken berdiri di balkon kamar nya sambil menatap langit yang gelap. Sesekali ia meneteskan air mata. Gadis itu sedang mengingat masa-masa bahagia nya dulu bersama Dion. Ia tak pernah menyangka, bahwa Dion telah berubah tak seperti mereka masih SMP. Padahal Niken kini masih mencintai Dion. Ia pernah berharap akan berkuliah bersama di London. Nyata nya harapan itu telah usai sekarang.

Kesedihan Niken bertamah dua kali lipat banyak nya. Ia tak tahu harus bagaimana lagi. Gadis itu ingin sekali pergi dari dunia ini dengan cara yang singkat. Namun ia harus tegar menghadapi semua cobaan yang di berikan oleh tuhan untuk diri nya.

Drrrttt...!

Niken melirik sedikit ke belakang, mencoba mencari tahu suara apa yang berbunyi. Hingga ia sadar bahwa ponsel nya sedang bergetar pertanda ada telepon yang masuk.

Gadis itu segera berlari kecil masuk kembali ke dalam kamar nya dan langsung melihat siapa yang menelepon diri nya malam-malam seperti ini. Ia membaca nama itu sambil mendudukan diri nya di sofa.

"Leo," ucap nya membaca nama orang yang sedang menelepon nya. Ia mengangkat telepon itu.

"Halo?"

"Akhir nya! Lo angkat juga telepon gua, Nik! Gua khawatir banget sama lo, lo baik-baik aja kan? Gimana sama dada lo? Masih sakit? Udah ke rumah sakit? Lo sekarang di mana?" Lontaran pertanyaa Leo tadi membuat Niken menjadi sangat bersalah. Cowok yang sering bentak, hardik, usir, sekarang telah mengkhawatirkan nya. Leo adalah cowok satu-satu nya yang mengejar Niken walau Niken tak ingin. Banyak laki-laki yang mengejar Niken dulu, menyatakan perasaan nya pada Niken, namun semua laki-laki itu di tolak nya, hingga semua laki-laki itu tak pernah mengejar Niken lagi.

Tapi kenapa Leo berbeda? Ia terus saja mengejar Niken walau Niken tak ingin. Apa Leo benar-benar mencintai Niken secara tulus?

"A-aku nggak papa." Jawab nya pelan.

"Really? Lo nggak bohong kan?" Tanya Leo mendesak. Niken tak menjawab nya, gadis itu menundukkan kepala.

"Abang Ray ada di rumah?" Leo bertanya. Niken mendongak lalu menjawab. "Abang lagi jalan ke reunian teman-teman SMP nya. Sekalian nginap di rumah teman dia," Sahut Niken dengan suara yang pelan. Benar saja, kini ia tak bisa lagi berteriak kencang seperti dulu lagi. Karena penyakit ganas yang di miliki nya itu telah mengambil semua tenaga yang ada di tubuh nya.

Terdengar dari telinga Niken bahwa Leo sedang menghela napas berat.

"Maaf gua nggak bisa jenguk lo sekarang. Karena lo lagi sendirian kan di rumah? Nanti kalo gua ke sana takut jadi maksiat. Ya kali cowok seganteng gua berbuat maksiat. Tapi besok sore gua ke rumah lo ya, mau gua bawain makanan apa?" Cakap Leo benar-benar membuat Niken terdiam, gadis itu semakin yakin bahwa Leo adalah laki-laki yang baik. Ia kini telah salah menilai Leo. Ia hanya sering menilai dari kebiasaan Leo yang sering sekali gonta-ganti pacar. Namun asli nya Leo adalah laki-laki yang baik dan bertaggung jawab.

"Niken? Kok diem? Besok mau gua bawa makanan apa?" Niken tersadar dari diam nya.

"Leo," kata Niken.

"Ya?"

"Maafin gue,"

"Untuk apa? Lo nggak ada salah sama gua," Sahut Leo bingung.

"No! Gue banyak banget salah sama lo, gue sering banget ngebentak lo, marah-marahin lo, kadang gue juga sering permaluin lo. Waktu itu gue cuman bisa menilai diri lo dari luar aja. Ternyata lo orang nya baik, walau gue sering berbuat kasar sama lo, tapi lo tetap perhatian sama gue di saat gue lagi sakit." Niken berkata dengan Leo sangat jelas.

Jangan Benci, Nanti CINTA! [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang