🍁 D U A P U L U H T I G A 🍁

93 16 8
                                    

Sontak Leo langsung berlari sekencang mungkin ke arah Niken, "Niken!!!" Jerit Leo membuat Niken menghentikan aksinya. Niken kini sudah duduk di pagar lantai tiga itu dan sangat siap untuk loncat kapan saja. Niken melirik saat di dengarnya ada yang memanggil namanya.

Leo berdiri di depan Niken, ia langsung menarik tubuh Niken ke pelukannya. Tangisan Niken tumpah di pundak Leo. Leo sama sekali tak mengerti apa yang telah di pikirkan Niken.

"You okay?" Tanya Leo memeluk Niken. Gadis itu tak membalas pelukan Leo, ia hanya meringis dari tadi. "Apa yang lo lakuin? Lo mau lompat? kenapa?" Leo terus saja bertanya di sela-sela pelukannya dengan Niken. Niken pun melepas paksa pelukan Leo dan ingin kembali melakukan aksinya yang tak wajar tadi.

"Lepasin gue! Gue nggak berhak hidup di dunia ini!" Katanya yang siap kembali menaikki pagar itu. Sedangkan Leo tak tinggal diam, walau ia tak tahu apa yang terjadi dengan Niken, ia tetap berusaha membuat Niken tak melompat dari atas. "Niken! Lo ngapain? Jangan lakuin itu, kenapa? Cerita sama gua?" Ujar Leo menahan tubuh Niken yang ingin menaikki pagar.

"Nggak!!"

"Lo gila ya Nik? Ini lantai tiga! Kalo lo lompat, nyawa lo akan melayang," Ujar Leo saat ia menarik tubuh Niken jauh dari pagar itu. Niken terus saja menangis tanpa henti, wajahnya pucat, rambut yang berantakan, seragam yang kini sudah lusuh tak karuan, sangat terlihat bahwa Niken sedang frustasi.

"Lo kenapa? Cerita sama gua?"

"Jauhin gua! Hiks.. hiks.." Hardik Niken sambil mendorong tubuh Leo.

"Sekarang, semua harapan gua udah musnah, cinta, sahabat, teman, semuanya udah hilang!" Kata Niken yang tak henti menangis, tatapannya kosong ke depan. Leo mengerutkan kening heran, berusaha mencerna perkataan Niken tadi.

"Maksud lo apa? Apa yang buat lo lakuin ini semua?"

"Apa yang buat lo putus asa gini? Cerita sama gua," Leo terus saja mendesak Niken sambil menggoyang-goyang bahu Niken pelan. Namun Niken bungkam, ia terus saja menangis menatapi takdirnya.

"Kenapa takdir gue begini, Leo?"

"Emang takdir lo kenapa?"

"Kenapa takdir gue sesial ini?!"

"Ssttt! Lo nggak boleh ngomong gitu, lo jangan pernah salahin takdir lo, Niken. Cerita sama gua, kenapa lo bisa berpikiran mau bunuh diri?" Leo berbicara pada Niken yang kini gadis itu sedang menundukkan kepala tak henti menangis.

"Oh shit! Ni anak nggak akan berhenti nangis kalo gini mulu," umpat Leo. Niken terus saja menangis sambil menundukkan kepala, Leo heran, bagaimana caranya supaya gadis di hadapannya itu berhenti menangis dan segera berbicara.

Pada akhirnya, dengan wajah datar, Leo langsung menggendong Niken ala bridal style. Niken yang dari tadi meringis seketika diam menatap Leo yang berusaha menggendong dirinya. Gadis itu hanya diam, pasrah saat ia sedang di gendong oleh Leo.

"shut up, don't cry anymore," Bisik Leo di telinga Niken saat Leo masih sibuk berjalan sambil menggendongnya.

***

Kini Niken sedang duduk di tangga lantai dua, Niken dari tadi hanya diam, tatapan kosong namun tak lagi meneteskan air mata. Padahal Leo sudah melontarkan ratusan pertanyaan pada dirinya.

"Nih minum," Kata Leo sambil menyodorkan air mineral botol. Dengan segera Niken menerima mineral botol itu dan meminumnya secara perlahan. Leo pun ikut duduk di samping Niken. Leo menghela napas berat menatap Niken yang sedang meneguk air tadi.

"Lo udah lebih baik?" Tanya Leo. Niken mengangguk pelan melirik Leo.

"Kalo lo udah siap cerita, nggak perlu sungkan untuk cerita sama gua ya, gua siap kapan aja denger cerita lo." Kata Leo sambil menatap mata Niken. Gadis itu tetap diam, meremas botol air mineral tadi saat ia mengingat kata-kata yang di lontarkan Vanesa tadi.

"Lo siapa perintah gue? Lagian, Dion itu maunya sama gue, bukan sama lo yang penyakitan!" Sakit, itu yang di rasakan Niken di bagian organ hatinya saat ia berusaha mengingat kata-kata Vanesa. Pemikiran gadis itu sudah sangat sempit, hingga ia berpikiran ingin mengakhiri dirinya dengan cara singkat.

"Lagian, lo kenapa sih pake acara pengen loncat dari lantai tiga? Bosan hidup lo? Lo tau kagak? Kalo jantung gua mau copot tadi, pas liat lo pengen loncat, you're freaking me out!" Lontar Leo dengan nada pelan. Leo tak habis pikir dengan pemikiran Niken yang sempit, bisa-bisanya gadis itu ingin bunuh diri. Ia tak tahu, kalo gadis itu tak ada di sisi Leo, kehidupan Leo akan hampa.

"Lo tau nggak? Kalo bunuh diri itu adalah solusi permanen untuk masalah yang hanya sementara," sontak Niken mengerutkan keningnya dan menatap wajah Leo heran.

"Mengakhiri hidup adalah sebuah pilihan yang nggak akan bisa di perbaiki. Lo mungkin pernah berpikir bahwa mengakhiri hidup akan membuat segala luka dan sakit itu berakhir juga, nyatanya, nggak!"

"Melainkan menghilangkan kemungkinan hidup bertambah baik! Lo coba pikir, kalo lo mati, apa orang tua lo bakal suka? Apa semua orang yang sayang sama lo rela kalo lo mati? Nggak akan? Inget, Niken! Yang sayang sama lo banyak, jangan agap diri lo sendiri, masih banyak orang-orang yang sayang sama lo," Niken masih diam. Gadis itu mulai berpikir bahwa yang di katakan oleh laki-laki di hadapannya itu benar, dan yang di lakukannya itu salah.

"Termasuk Gua, percaya Nik? Kalo gua nggak bisa hidup tanpa lo, gua tau gua norak, but that's the truth! Gua sayang sama lo, dan gua nggak mau orang yang paling gua sayang di dunia ini hilang dari sisi gua," Lontar Leo membuat Niken membulatkan mata sempurna. Entah kenapa, rasa bersalahnya kepada Leo samakin besar saat ini. Ia sangat merasa bersalah, bahwa ia sudah sangat salah menilai Leo. Leo adalah laki-laki yang ada saat Niken sedang terpuruk. Sedangkan Dion? Laki-laki berengsek! Yang hanya teropsesi semata kepada Niken. Cintanya tak setulus yang di bayangkan Niken.

"Do not do it again! Okay? there is me who is always there for you." Kata Leo sambil mengelus puncak kepala Niken dengan sangat lembut. Sedang Niken, tiba-tiba saja ia mengucapkan janji dari dalam hatinya untuk Leo.

"Gue janji akan berusaha mencintai lo, Leo." Ucap Niken saat di rasanya tangan Leo mengelus puncak kepalanya.

Setelah itu, Leo menantap jam tangan miliknya. "Pulang yok, Nik. Udah mau jam lima. Keburu sore nanti. Lo gua antar pulang ya, mau kan?" Ajak Leo sambil bangkit dari duduknya. Niken pun juga ikut bangkit. Sekarang, Niken dan Leo sedang berhadapan, mata mereka saling beradu.

"Lo benar. Yang gue lakuin tadi salah, pemikiran gue terlalu sempit, gue nggak pernah mikirin orang-orang yang masih sayang sama gue. Gue nyesel, dan gue janji nggak akan pernah lakuin itu lagi. Kalo nggak ada lo, mungkin hari ini adalah hari penyesalan seumur hidup gua. Thank you, Leo." Tutur Niken lalu tersenyum tipis ke ara Leo. Leo bahagia bahwa Niken telah menyadari kesalahannya. Laki-laki itu ikut tersenyum.

Leo mulai mengangkat tangan kanannya dan mulai mengelus pipi Niken dengan lembut. Gadis itu hanya diam, dan pasrah akan belaian tangan hangat Leo ke pipi dinginnya.

"I love you," Lontar Leo namun dari dalam hati.

***
Gak kebayang kalo Leo tau sebab Niken bunuh diri gara-gara kecewa sama Dion dan Vanesa. Wahh! Pasti ada adegan bakuhantam tu😃

So, Next part adalah pertemuan antara Niken, Nasya dan Alex.

Please wait🙁

Dont forget VOMENT nya all-!!!
Thank u♡♡♡

Jangan Benci, Nanti CINTA! [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang