🍁 D U A P U L U H 🍁

75 16 4
                                    

Niken menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya saat angin bertiup menerpa wajah dan membelainya lembut. Angin di taman itu sangatlah sejuk dan kencang. Gadis itu menundukkan kepala nya sebentar hingga ia kembali mendongak mendapati permen kesukaan nya tepat di depan wajah nya. Ia menatap permen itu sesaat, lalu beralih pada orang yang menyodorkannya.

"Candy bear?" Laki-laki yang menurut Niken mengesalkan, Leo. Leo kini sedang berdiri di hadapan Niken sambil menyodorkan permen kesukaan Niken. Gadis itu tersenyum tipis ke arah Leo sebelum akhir nya ia mengambil permen itu dan segera menjilat nya.

Leo pun ikut duduk di sebelah Niken sambil menjilati permen yang sama dengan yang di jilat gadis itu. Ya, Leo telah membeli dua permen beruang untuk mereka berdua.

Niken melirik ke arah Leo. "Thanks!" Tutur Niken di angguki Leo pelan. Leo pun menatap wajah Niken dengan seksama menyadari bahwa wajah Niken kini sangatlah pucat.

"Muka lo pucat banget, Nik. Lo masih sakit?" Tanya Leo membuat Niken berhenti menjilati permen. Niken meneguk Saliva nya. Niken memutar-mutar bola mata mencari alasan, ia tak ingin memberi tahu penyakit ganas nya itu pada Leo, sebab ia tak ingin Leo akan menjauh juga seperti Dion.

"G-gue u-udah mau sembuh kok. Ini lagi masa p-pemulihan." Bohong Niken sambil tersenyum tipis.

Leo menghela napas berat menatap Niken. "Lo sebenar nya sakit apa sih, Nik? Lo udah nggak masuk sekolah dua hari, mana besok kita bakal ujian ke lulusan kan, masa iya lo masih sakit? Lo harus secepatnya pulih ya," Kata Leo mengelus puncak kepala Niken lembut. Niken pun membulatkan mata nya saat di rasa tangan Leo mengelus lembut puncak kepala nya. Biasanya yang sering melakukan itu kepada dirinya adalah Dion. Namun kini Leo yang menggantikan nya. Ia kembali bersedih mengingat Dion. Niken kembali menundukkan kepala.

Sedangkan Leo, tatapan nya menyorot lurus ke arah depan sambil kembali menjilati permen.

"Leo, apa lo percaya sama cinta yang tulus?" Tanya Niken yang masih menundukkan kepala. Entah kenapa gadis itu tiba-tiba saja bertanya seperti itu kepada Leo. Leo sontak berhenti menjilati permen. Laki-laki itu terdiam sesaat menatap lurus. Ia berpikir bahwa yang di tanyakan oleh gadis di samping nya itu adalah hal yang ingin ia buktikan kepada gadis itu. Leo menengok ke arah Niken.

"Gue percaya." Sahut nya tersenyum. Niken pun mendongak lalu melirik Leo. "Kenapa lo bisa percaya?" Tanya kembali Niken.

"Ya... karena cinta yang tulus itu memang benar ada nya. Banyak kok orang mencintai pasangan nya dengan cinta yang tulus tanpa memandang harta, jabatan, fisik atau pun yang lain nya. Karena kesungguhan cinta dan ketulusan cinta nggak akan luntur hanya dengan keegoisan semata." Kata-kata Leo barusan membuat hati Niken seketika perih. Ia hampir saja meneteskan air mata ketika mengingat bahwa cinta Dion ke diri nya itu tidak tulus. Dion meninggalkan nya saat Dion tahu penyakit mematikan yang di idap oleh dirinya.

"Dia yang tulus mencintai lo adalah dia yang tahu kekurangan lo, tapi tetap menerima dan bertahan bersama, dan dia bangga bersama lo." Perkataan Leo benar-benar membuat Niken tak mampu membendung air matanya. Gadis itu meneteskan air mata. Leo menatap Niken heran, "Lah, lo kenapa nangis? Gua salah ngomong ya?" Ucap Leo sambil menghapus lembut air mata Niken yang jatuh ke pipi dengan tangan kanan nya.

"Ah, e-enggak kok. G-gue cuman terharu aja sama perkataan lo," Leo tersenyum lebar. "Gue seneng liat lo senyum, tapi gue juga kangen liat Niken yang suka mara-marah dan cemberut." Kekeh Leo membuat wajah Niken menjadi datar. Niken lalu mencubit lengan Leo keras.

"Masih aja ya ngeselin!" Hardik nya membuat Leo tertawa bukan kesakitan. "Ahahaha.."

Setelah itu pun mereka terdiam sesaat. Sampai Niken kembali membuka percakapan.

Jangan Benci, Nanti CINTA! [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang