"Oke...kalau gitu kamu mau kan jauhi Heejin?"
Hyunjin terdiam saat mendapat pertanyaan seperti itu dari Ryujin. Seumur-umur, ia tidak pernah membayangkan akan memutus kontaknya dengan Heejin. Selama di Aussie, Heejin menjadi teman yang paling berharga dalam hidupnya. Sekarang ia harus bagaimana saat orang yang ia cintai menyuruhnya untuk memutus hubungan dengan teman yang paling berharga?
Ryujin segera membuang wajahnya. "Nggak bisa, kan?"
"Oke..." Ryujin kembali menolehkan wajahnya ke arah Hyunjin. "Oke! Kalau itu yang kamu mau. Aku nggak akan ketemu sama Heejin lagi dan blokir nomornya." Ryujin menatap kedua netra milik Hyunjin. Setelah sekian detik hanya keheningan yang meliputi mereka, Ryujin segera menghela nafas pelan.
"Lupakan..." Ryujin segera membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur dan berbalik untuk membelakangi Hyunjin.
"Kenapa? Kamu kira aku nggak bisa ngelakuinnya? Aku bisa ngelakuinnya sekarang kalau kamu mau." Hyunjin sudah mengeluarkan ponselnya dari saku celananya. Ryujin melirik sekilas ke arah Hyunjin sebelum merebut ponsel laki-laki itu.
"Lupakan aku bilang..." Ryujin kembali membaringkan tubuhnya dan menghadapkan wajahnya ke arah jendela. Hyunjin segera tersenyum simpul sebelum akhirnya ikut membaringkan tubuhnya tepat di sebelah Ryujin.
"Maafin aku ya. Aku janji nggak bakal ngulangin lagi dan bakal prioritasin kamu. Oke?" Hyunjin mengelus surai rambut Ryujin sebelum menyodorkan jari kelingkingnya ke arah Ryujin. Ryujin menatap sekilas jari kelingking Hyunjin sebelum akhirnya menautkan dengan miliknya.
Hyunjin memajukkan wajahnya ke arah wajah Ryujin, membuat wanita itu segera membeku di tempat. Wajah Hyunjin semakin dekat dengannya dan hanya berjarak beberapa centi saja. Hyunjin mengarahkan tatapannya pada bibir Ryujin. Ryujin refleks menutup kedua matanya, menunggu hal yang ada di pikirannya terjadi.
Ceklek...
"Hyunjin! Charger ponsel ada di kamu nggak?"
Yeji segera berdiri mematung di tempatnya sambil menyaksikan Hyunjin dan Ryujin yang terlihat panik. Mereka berdua segera bangkit dari posisi mereka. Ryujin memutuskan untuk berdiri dan berjalan ke arah kaca jendela kamarnya sedangkan Hyunjin sedang menatap tajam ke arah Yeji.
"Ma-maaf...silahkan lanjutkan kegiatannya kembali." Yeji segera menarik pintu kamar Ryujin dan menutupnya pelan-pelan. Sebelum pintu benar-benar menutup, Yeji memberikan sebuah cengiran pada Hyunjin.
Hyunjin segera menghela nafas berat. Hampir saja mereka melakukannya dan digagalkan oleh saudara kembarnya itu. Mungkin lain kali ia harus memastikan pintu benar-benar telah terkunci rapat-rapat.
🍭🍭🍭
Makan malam akhirnya tiba. Hyunjin dan Ryujin turun dari lantai dua kamar mereka bersama-sama. Ayah Hyunjin segera tersenyum melihat pemandangan itu. Pasti kedua orang itu telah berbaikan, begitu yang ada dipikiran Ayah Hyunjin.
"Tadi eomma sama eomma-nya Ryujin belanja banyak banget bahan-bahan makanan jadi cukup buat beberapa hari ke depan. Ayo dimakan." Ujar Ibu Hyunjin.
Acara makan malam itu berjalan dengan lancar. Perbincangan di meja makan lebih didominasi oleh para orang tua. Hyunjin berinisiatif untuk membawa Ryujin dan Yeji keluar dari lingkaran meja makan itu dan berjalan keluar untuk menghirup udara malam. Mereka bertiga segera meringkasi piring-piring mereka yang kosong sebelum berjalan ke luar rumah.
"Haaahhh....lumayan seger di luar..." Hyunjin segera merenggangkan tubuhnya begitu sampai di halaman rumah. Ryujin memilih untuk duduk di tangga kecil yang ada di sana, begitu juga dengan Yeji yang segera duduk tepat di sebelah Ryujin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Universe ✔
Fanfiction"I will always go towards you, And go find you until the end. Even slightly left behind, I'll catch up with you." -My universe-