Ryujin mulai membuka kedua netranya pelan sambil mengerjapkannya berulang kali untuk menyesuaikan dengan cahaya yang ada. Tubuhnya terasa begitu sakit terutama bagian dada sebelah kiri. Ia mulai mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan itu dan menemukan Hyunjin yang tertidur di sofa. Wajahnya tampak begitu lelah sehingga Ryujin tidak tega untuk membangunkan laki-laki itu.
Omong-omong, sudah berapa lama ia tidak sadarkan diri?
Tok Tok
Ceklek
Yeji dan Jeno masuk ke dalam ruang rawat Ryujin dan terkejut melihat Ryujin yang sudah sadar. Yeji langsung melemparkan kantong plastik yang ada di tangannya kepada Jeno dan berlari menghampiri Ryujin.
"Gimana keadaanmu? Ada yang sakit nggak? Mau aku panggilin dokter?" tanya Yeji sambil meneliti Ryujin dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Aku baik-baik aja kok. Jangan khawatir.." ujar Ryujin. Yeji segera menghela nafas panjang. Untung saja dokter berhasil menyelamatkan Ryujin. Kalau tidak, ia yakin Hyunjin pasti sudah akan membunuhnya.
Hyunjin terbangun dari tidurnya karena Jeno yang membangunkannya. Laki-laki itu menunjuk ke arah Ryujin yang sedang berbincang-bincang dengan Yeji. Melihat Ryujin yang sudah sadar, Hyunjin cepat-cepat bangkit dan berjalan ke arah tempat tidur.
"Sejak kapan kamu udah bangun? Kenapa nggak bangunin aku tadi?" tanya Hyunjin sambil mengusap puncak kepala Ryujin.
"Barusan kok. Aku nggak tega bangunin kamu. Kamu keliatan capek banget. Aku juga nggak apa-apa kok. Beberapa hari lagi pasti udah sembuh..." ujar Ryujin sambil mengulas sebuah senyum. Wajah Hyunjin tampak begitu lega. Ia senang melihat Ryujin yang sudah sadar.
"Omong-omong, dimana Soobin? Dia..nggak apa-apa kan?" tanya Ryujin sambil mengarahkan pandangannya pada Yeji dan Hyunjin secara bergantian.
"Tenang aja, dia nggak apa-apa kok. Aku baru aja dari sana sama Jeno. Nanti aku bakal bawa dia ke sini. Soobin juga pasti mau ketemu sama kamu," ujar Yeji. Ryujin hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja mendengar ucapan Yeji itu.
Kini pandangan Ryujin mulai terarah pada Jeno yang sedang duduk di sofa sambil memakan hamburger. Memang ini masih pagi dan Ryujin yakin ketiga orang itu belum sarapan sama sekali.
"Kalian makan dulu deh. Nanti kita bicara lagi..." ucap Ryujin. Yeji mengangguk dan segera bergabung dengan Jeno di sofa karena sedari tadi perutnya sudah berbunyi, sedangkan Hyunjin masih belum beranjak dari tempatnya sama sekali.
"Kamu nggak makan?" tanya Ryujin pada Hyunjin. Hyunjin menggelengkan kepalanya dan malah menarik sebuah kursi ke samping tempat tidur Ryujin lalu duduk di sana. "Kenapa? Nanti kamu sakit..." ujar Ryujin.
"Nanti aja. Aku masih belum puas ngeliatin kamu..." sahut Hyunjin. Wanita itu tersipu malu mendengar ucapan Hyunjin. Rasanya sudah lama sekali mereka tidak bermesraan seperti ini. Dan kali ini Ryujin tidak perlu memikirkan hal yang lain lagi karena semuanya telah berakhir.
"Heejin gimana sekarang?" tanya Ryujin.
Hyunjin kembali menghela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan Ryujin itu. "Tenang aja. Sekarang udah nggak akan ada lagi yang gangguin kita. Heejin udah tenang di penjara," sahut Hyunjin. Ryujin segera tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Akhirnya semua masalah yang ada benar-benar berakhir dan Ryujin senang mendengar kabar itu.
"Cuman masih ada satu masalah lagi yang perlu kita selesaiin..." lanjut Hyunjin yang membuat Ryujin mengernyitkan dahinya. Masalah apa lagi? Bukankah mereka hanya punya masalah dengan Heejin?
"Masalah apa?" tanya Ryujin.
"Masalah masa depan kita," jawab Hyunjin yang membuat Ryujin semakin kebingungan. "Kamu pernah bilang ke aku kan kalau kayaknya kita nggak ditakdirkan buat bersama. Setiap kali kita bersama, selalu aja ada masalah. Dan sekarang aku lagi kepikiran tentang hal itu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Universe ✔
Fanfiction"I will always go towards you, And go find you until the end. Even slightly left behind, I'll catch up with you." -My universe-