Soobin dan Lia datang bersama-sama mengunjungi Ryujin di rumah sakit. Wanita itu sedang duduk di atas tempat tidur rumah sakitnya dan sedang menatap kosong ke arah selimut. Wajahnya terlihat begitu pucat. Begitu Soobin dan Lia tiba di sana, ia segera menyunggingkan sebuah senyum tipis.
"Hai..." Sapa Ryujin.
"Yaampun...kamu kenapa lagi sih? Aku khawatir tau." Omel Lia yang telah duduk di kursi samping tempat tidur Ryujin.
"Hehehe..maaf ya udah bikin khawatir." Sahut Ryujin.
"Gimana keadaanmu sekarang? Udah baikan?" Kini giliran Soobin yang bertanya. Tatapannya begitu khawatir tapi ia tidak mau bertindak berlebihan.
"Udah kok. Tadi cuman collapsed bentar aja, habis gitu udah baikan."
"Kamu sih kebanyakan begadang kerja tugas. Lain kali perhatiin juga kesehatanmu, jangan banyak mikirin tugas terus." Lia kembali mengomel. Ryujin hanya bisa tertawa pelan dan menganggukkan kepalanya.
Setelah dirawat beberapa jam di sana, akhirnya Ryujin diperbolehkan untuk pulang. Soobin sempat pulang sebentar untuk mengganti kendaraannya. Ryujin sebenarnya menolak karena ia bisa naik taksi, tapi karena Soobin memaksanya, ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Lagipula ia memang butuh untuk berbicara dengan Soobin.
Mobil Soobin telah berjalan meninggalkan halaman rumah sakit. Kali ini Soobin tidak akan menawari Ryujin untuk pergi ke suatu tempat dulu sebelum pulang rumah. Wanita itu perlu istirahat total.
"Bin.."
"Hm?" Soobin sempat melirik ke arah Ryujin sekilas sebelum kembali mengarahkan tatapannya ke depan.
"Aku udah berhasil inget semuanya."
Brakkk
Soobin mendadak menginjak rem mobilnya, membuat mereka berdua sedikit terpental. Mobil-mobil di belakang mulai menyalakan klakson. Sadar dengan apa yang ia lakukan, Soobin kembali menginjak pedal gasnya dan melaju dengan kecepatan pelan.
"Ahh...maaf-maaf. Kamu nggak apa-apa kan?" Soobin melirik lagi sekilas ke arah Ryujin dan menatapnya khawatir. Aksinya baru saja benar-benar berbahaya. Ia tidak boleh mengulanginya lagi.
"Nggak apa-apa. Maaf udah bikin kaget."
"Nggak – nggak...kamu nggak salah. Aku yang salah." Ujar Soobin cepat. "Terus apa yang berhasil kamu inget?" Lanjut Soobin.
"Semuanya...kenangan semasa SMP-ku. Semuanya aku inget. Ternyata bener kata hatiku selama ini. Aku nggak pernah mem-bully Heejin. Justru dia adalah penyebab aku amnesia."
"Hah?! Kok bisa sih?"
"Kayaknya lebih baik aku cerita nanti aja waktu sampai rumah. Kalau kamu nggak konsentrasi, kita berdua bisa celaka." Ujar Ryujin. Soobin hanya diam saja dan memilih untuk berkonsentrasi dengan jalanan yang ada di depannya. Ryujin benar. Berita yang dibawakan oleh Ryujin membuat konsentrasinya pecah dan itu akan membahayakan mereka berdua
Akhirnya mobil Soobin tiba di depan rumah Ryujin. Ryujin masih belum turun dari mobil. Mereka berdua memutuskan untuk berbicara di dalam mobil. Ryujin menceritakan semua ingatannya itu pada Soobin, bagaimana awalnya ia masuk ke dalam toilet waktu Heejin di-bully hingga ia berakhir terbaring di rumah sakit.
"Dia keterlaluan banget! Padahal waktu itu juga kamu udah ngerekam kejadian di kamar mandi itu. Kamu ada niat buat bantu dia, tapi kenapa dia malah jahat kayak gitu? Bener-bener gila!" Umpat Soobin setelah Ryujin selesai menceritakan semua kisahnya.
"Kita berdua sama-sama salah paham. Aku ngerekam itu diem-diem dan nggak pernah beritahu dia sama sekali. Dia juga salah paham sama aku karena dia mikir aku nggak punya perasaan." Jelas Ryujin. "Mungkin itu sebabnya dia kerja sama dengan Eunyoung dan teman-temannya buat fitnah aku. Dia sakit hati sama aku. Ditambah...dia juga suka sama Hyunjin."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Universe ✔
Фанфик"I will always go towards you, And go find you until the end. Even slightly left behind, I'll catch up with you." -My universe-