Hari-hari berikutnya, Ryujin mulai bisa menerima kenyataan bahwa Soobin memang sudah tidak ada. Ia mulai bisa mengikhlaskan kepergian laki-laki itu dari kehidupannya. Semuanya juga tak lepas dari usaha Hyunjin dan keluarganya yang terus mendukungnya selama beberapa hari terakhir.
Yap! Kedua orang tua Hyunjin akhirnya mengetahui permasalahan anaknya itu. Awalnya mereka sempat marah karena Hyunjin dan Ryujin merahasiakan hal sebesar itu. Seharusnya mereka memberitahu kedua orang tua Hyunjin lebih awal agar kedua orang itu dapat membantu masalah Hyunjin dan Ryujin. Tapi karena semuanya sudah terlanjur terjadi, tidak ada yang bisa mereka lakukan selain menangkap Heejin untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya.
"Jadi...kapan kamu mau pulang?" tanya Hyunjin. Seperti biasa setiap malam laki-laki itu akan datang berkunjung ke kamar Ryujin untuk melihat keadaan perempuan itu. Kondisinya sudah jauh lebih baik. Bahkan Ryujin sudah tidak lagi mengurung dirinya di dalam kamar.
"Besok aku harus kembali. Batas izinku sampai lusa.." ujar Ryujin. Ia menghela nafas panjang saat membayangkan dirinya akan pulang sendirian besok. Padahal ia datang ke tempat itu tidak sendirian...
"Mau kutemani? Aku bisa izin satu dua hari kalau kamu mau..." tanya Hyunjin. Ryujin segera menggelengkan kepalanya. Ia sudah tidak ingin merepotkan siapapun lagi sekarang. Sudah cukup ia menyusahkan banyak orang. Kali ini ia harus bisa lebih mandiri.
"Nggak perlu. Aku nggak apa-apa kok," jawab Ryujin. Lagi-lagi perempuan itu menghela nafas panjang. Beban di pundaknya terasa begitu berat. Rasanya begitu berat menghadapi hari esok.
"Maaf ya beberapa hari ini aku merepotkan. Padahal tujuanku ke sini buat memperbaiki hubungan kita, tapi malah aku membuat masalah yang lainnya," ujar Ryujin sambil tersenyum simpul. "Tadinya aku pikir kita bisa nge-date selama aku di sini, mengingat ini juga pertama kalinya aku berkunjung ke sini. Ternyata semuanya nggak berjalan sesuai rencana..."
"Kita bisa nge-date besok kalau kamu mau. Aku akan kosongin jadwalku..." sahut Hyunjin. Awalnya Ryujin ingin menolaknya namun sepertinya keputusan Hyunjin sudah bulat. Laki-laki itu ingin mengosongkan seluruh jadwalnya besok supaya ia bisa bersama dengan Ryujin.
"Terus...gimana...buat masalah kemarin?" Kini giliran Hyunjin yang bertanya. Ryujin mengernyit bingung karena ia tidak paham dengan maksud pertanyaan Hyunjin.
"Masalah kemarin? Yang mana?"
Hyunjin menelan ludahya lebih dulu sebelum kembali berbicara. Tenggorokannya terasa begitu kering. "Itu...kamu...beneran..jadi..minta putus?"
Hening. Ryujin tidak langsung menjawab pertanyaan Hyunjin itu. Ia sedang berkutat dengan pikirannya sekarang. Hyunjin masih setia menunggu jawaban dari Ryujin sambil menelan ludahnya berulang kali. Hyunjin tidak bohong, tenggorokannya terasa begitu kering saat ini.
"Aku...nggak tau. Aku nggak mau jawab sekarang," jawab Ryujin sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Hyunjin hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya sambil menepuk-nepuk pundak Ryujin. Dalam hati ia sangat bersyukur karena Ryujin masih enggan untuk putus darinya. Ryujin masih mencintainya, sama seperti dirinya.
"Ya udah. Kamu tidur sana. Ini udah malem banget. Kamu butuh istirahat," ujar Hyunjin. Ryujin mengangguk dan mulai membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Cepat-cepat Hyunjin menyingkir dari sana supaya Ryujin dapat tidur dengan leluasa.
"Goodnight!" ucap Hyunjin. Laki-laki itu mengecup kening Ryujin singkat lalu mematikan lampu sebelum keluar dari sana.
Saat melewati ruang tamu, Hyunjin bertemu dengan Yeji yang sedang duduk melamun di sofa. Hyunjin segera mendatangi perempuan itu dan duduk di sampingnya. "Hei! Kenapa belum tidur?" tanya Hyunjin sambil menyikut pelan lengan Yeji.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Universe ✔
Fanfiction"I will always go towards you, And go find you until the end. Even slightly left behind, I'll catch up with you." -My universe-