Setelah dinyatakan lulus dan menjalani pemotretan untuk buku kenang-kenangan, Jinhee memutuskan untuk tidak mendatangi sekolahnya lagi. Bahkan ia juga tidak datang ke upacara kelulusannya. Alasannya karena ia ingin menghindari Ryujin dan teman-teman sekolahnya yang lain. Jinhee bisa dibilang cukup beruntung karena Ryujin kehilangan ingatannya sehingga wanita itu tidak mengingat apapun kejadian yang terjadi di kamar mandi. Tapi tidak menutup kemungkinan juga Ryujin tiba-tiba ingat dan melaporkannya kepada polisi.
Sebelum hal itu terjadi, Jinhee harus menghilang lebih dahulu.
Dendam Jinhee pada Ryujin belum sepenuhnya terbalaskan. Ia masih dendam pada wanita itu karena membiarkannya di-bully begitu saja dan tidak menolongnya sama sekali. Selain itu, ia juga tidak suka melihat Ryujin yang selalu berada di dekat Hyunjin. Ryujin terlihat seakan-akan hanya dia saja yang bisa memiliki Hyunjin. Jinhee benar-benar tidak suka melihatnya.
Setelah lulus, Jinhee tidak tahu harus melakukan apa untuk melanjutkan hidupnya. Ia tidak mendaftar SMA karena ia tidak ingin bertemu dengan teman-temannya lagi. Kebanyakan teman-teman kelasnya melanjutkan studi mereka di SMA yang seyayasan dengan SMP mereka, SMA Lilac. Jinhee tidak ingin di sana, tetapi ia tidak ada pilihan SMA yang lainnya karena letaknya cukup jauh dari panti asuhannya.
Entahlah, Jinhee tidak mau memikirkan hal itu dulu. Tidak masalah jika ia harus menunda sekolahnya untuk sementara waktu. Yang penting ia tidak bertemu dengan teman-temannya itu. Ia juga ingin mengubah penampilannya secepat mungkin agar ia tidak terus menerus diolok-olok.
PLAK!
"Main terus! Kerjaan di dalam masih banyak. Kapan kamu bantuin ibu?" Ibu pengurus panti asuhan tiba-tiba mendatangi Jinhee di halaman belakang lalu menampar perempuan itu. Jinhee sendiri sedang melakukan pemanasan sebelum mulai berlari mengelilingi area sekitar tempat tinggalnya itu.
"Aku juga sibuk! Anak yang lain kan bisa bantuin ibu!" bentak Jinhee dengan lantangnya.
PLAK!
Sebuah tamparan kembali mendarat di wajah Jinhee. Semburat kemerahan mulai menghiasi pipinya itu. "Mereka sudah melakukan tugas mereka sedari tadi dan mereka sedang beristirahat sekarang. Kamu yang dari tadi nggak melakukan apapun harusnya bantuin Ibu! Ayo kamu ikut Ibu sekarang!" Ibu pengurus itu mulai menarik tangan Jinhee untuk membawanya masuk ke dalam rumah.
Jinhee tidak tinggal diam begitu saja. Ia mendorong tubuh ibu yang telah mengurusnya dari kecil itu hingga ambruk ke tanah. Ibu pengurus tampak begitu terkejut dengan perlakuan kasar Jinhee kepadanya itu. Cepat-cepat wanita itu bangkit berdiri dan hendak menampar Jinhee kembali. Namun Jinhee kali ini lebih cepat dan segera menahan tangan ibu pengurus panti asuhan itu.
"Jangan sentuh aku lagi! Aku sudah muak sama ibu!" ujar Jinhee sambil menghempaskan tangan wanita itu. "Aku keluar dari sini!"
Jinhee segera berjalan masuk ke dalam panti asuhan dan bergerak cepat menuju kamarnya. Ia mulai mengepak barang-barangnya dan memasukkanya ke dalam sebuah koper. Jinhee sudah membulatkan tekadnya untuk pergi dari tempat terkutuk itu. Ia tidak mau lagi berada di tempat itu dan menjadi pembantu semua orang. Sudah cukup penderitaan yang ia terima selama tinggal di panti asuhan itu. Kini saatnya ia bebas dan hidup mandiri di luar sana.
Malam semakin larut. Jinhee terus menggeret kopernya tanpa arah tujuan. Ia tidak tahu harus kemana sekarang. Uang yang ia punya tidak cukup untuk menyewa sebuah apartemen atau memesan kamar hotel. Bahkan untuk makan saja sudah terasa sangat pas-pasan.
Sepertinya tidak ada tempat lain lagi yang bisa ia tuju selain pemandian umum. Ia akan tinggal di sana malam ini atau mungkin sampai beberapa hari ke depan. Selama itu, ia akan mulai membuat rencana untuk ke depannya agar ia bisa tetap hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Universe ✔
Fanfic"I will always go towards you, And go find you until the end. Even slightly left behind, I'll catch up with you." -My universe-