Sudah tiga kali gue menyanyikan lagu yang sama dengan kesalahan yang sama juga. Mencoba bersikap profesional saat latihan ternyata cukup menyulitkan ketika sedang berada dalam satu masalah dengan salah satu personil band.
Musik berhenti lagi, dari tiga puluh menit yang lalu hal yang salah selalu terulang lagi. Antara gue yang lupa lirik atau Dery yang melupakan kunci nada lagu yang gue bawakan.
Tapi tidak ada yang protes, Maraka hanya diam lalu melanjutkan latihan. Ajun juga hanya diam dan Lukas yang hanya terkekeh pelan. Seolah mereka tau apa yang terjadi antara kita saat ini.
“Sekali lagi habis itu istirahat deh” Maraka terkekeh pelan sambil meminta untuk melakukan latihan satu kali lagi.
“Nggak bisa Ka, kayaknya emang butuh break dulu” sahut Lukas sambil melirik gue. Dengusan secara reflek keluar ketika Lukas juga melirik ke arah Dery.
“Yer, lo butuh kopi?”
“ANJING!” Lukas reflek mengumpat kasar ketika Dery tiba-tiba menabuh drumnya dengan cukup keras. Gue juga sempat berjengit kaget dan mengumpat dalam hati.
Tiba-tiba gue tersadar dan menyalahkan diri gue tengang perkataan gue semalaman. Kenapa gue harus marah dengan keputusan Dery untuk pergi ke China?
Aneh.
Gue aneh.
“Break kan? Gue beli kopi bentar deh” Ajun meletakkan gitarnya dan berjalan menuju tasnya yang ia letakkan di sofa.
“Nitip Jun” sahut Lukas yang balas anggukan oleh Ajun. “Semua sekalin dah, entar duitnya gampang” katanya melanjutkan.
“Iya, santai” balas Ajun sambil berlalu keluar dari studio.
Gue menghela nafas, meletakkan microphone sebelum berjalan dan duduk di sofa. Di susul Maraka yang tiba-tiba duduk di sebelah gue.
Senyum Maraka masih sama, masih sehangat sebelum-sebelumnya. Maraka masih jadi best boy meskipun sempat adu tonjok dulu sama Ajun.
Dulu lagi tolol aja kayaknya.
“Lagi nggak oke ya?” Pertanyaan Maraka gue balas dengan senyum tipis, membuat Maraka mendecak dan memilih untuk bermain dengan gitarnya.
“Der, lo beneran mau ke China?” Suara Lukas membuat gue menoleh, menatap Dery yang juga menatap gue.
“Hm.”
“Idih, tega lo pergi ninggalin band?”
Dery berdeham pelan, “Gih, cari drumer baru sebelum gue berangkat” katanya masih menatap gue.
“Gimana nih Yer?” Pertanyaan Lukas membuat gue mengerjap kaget, gue mendecak melirik Dery malas.
“Terserah, gue nggak perduli”
Dery terkekeh pelan. “Gue ke China karena mau belajar Kas. Nggak usah khawatir” katanya tapi dengan padangan lurus ke arah gue.
“Kagak anjing, geli” balas Lukas.
“Gue juga bakal balik lagi kesini, lo nggak usah kangen”
“APAAN JING?!”
“Kalau kangen bilang, nanti gue telfon” Dery masih bicara ngawur dengan Lukas dengan tatapan yang sama. Menatap gue dalam membuat gue diam-diam mengumpat kasar.
“Geli asu”
“Kas lo kalau emang nggak suka bilang aja” satu kalimat yang gue ucapkan membuat Lukas menoleh dan mendelik. “Nggak usah tiba-tiba pergi seenaknya” kaga gue melanjutkan.