"Cinta dan rahasia aja nyet" Lukas heboh bukan main, masih keukeh minta lagu cinta dan rahasia untuk tampil di pensi SMA nanti.
"Skip" sambar Dery, "Yolanda aja cakep" katanya menambahkan. Gue udah capek duduk di sebelah Maraka yang dari tadi cuma ketawa lihat Dery dan Lukas debat.
"Gue semalam habis dengerin radio kampus su. Cinta dan rahasia aja anjir cakep" Lukas sampai berdiri membuat Dery menarik tangan Lukas untuk duduk kembali.
Hm, gue nggak tau ternyata Lukas juga pendengar setia radio kampus.
"Yang nyanyi siapa dong bangsat?" Akhirnya Dery mengalah membiarkan Lukas bahagia.
"Yera lah tolol"
"YA SAMA SIAPA SU KAN BERDUA"
Lukas ber-oh baru sadar. Memang bego, "Sama Ajun lah. Ya nggak Jun?" gue reflek langsung menoleh, menatap Lukas tajam yang cuma cengengesan tanpa dosa.
"Lah, gue?" Ajun juga sama bingungnya, menoleh ke arah gue dengan tenang. Gue beneran nggak ngerti jalan pikiran Ajun, maksudnya tuh gimana sih? Nggak tau lah, gue kesel.
"Fix, udah sama Maraka aja" sahut Dery membuat suasana yang tadinya mulai nggak enak langsung kembali mencair. Maraka sempet kaget tapi ya udah di iyain aja sama dia.
"Wait," Gue menoleh ke arah Maraka. "Kenapa kita nggak bawain lagu sebuah kisah klasik aja?" katanya membuat gue tersenyum lebar. Bagus Maraka, mari buang kecanggungan aneh ini.
"Ya itu juga, tapi harus ada cinta dan rahasia" balas Lukas ngeselin. Bener-bener ngeselin soalnya ngomong sambil lirik-lirik gue.
Brengsek.
"Ini masih bulan depan kan? Jadi tiap minggu kita cuma latihan aja?" Ajun kembali mengeluarkan suaranya, setelah seperkian menit dia cuma menjadi pendengar dan sesekali protes.
"Betul Bapak Arjuna" Lukas mengacungkan jempolnya, membuat gue mendengus geli dan menatapnya sinis. Pokoknya hari ini gue musuhan sama Lukas.
"Yolanda gue gimana?"
Gue spontan noleh ke Dery yang sedang memainkan stik drumnya. Matanya sendu seolah-olah Yolanda memang kekasihnya. Ngeri sekaligus geli gue liatnya.
Dan nggak ada yang perduli. Nggak ada nyahutin ucapan Dery. Miris.
"Oalah anjing" Tuh kan, mulutnya langsung kotor sambil melempar stik drumnya asal. Maraka jelas langsung tertawa di sambut Lukas sambil bertepuk tangan heboh.
Ajun diam, menatap gue yang sama sekali nggak gue anggap. Bukan geer, tapi dari ujung mata aja gue bisa tau kalau Ajun sejak tadi memperhatikan gue.
Sorry, Jun.
Urusan kita udah selesai sejak tiga tahun yang lalu.
-
"Gue abis putus"
Gue keselek kaget sambil mendongak menatap Lukas yang lagi berdiri di samping gue, berjalan menuju parkiran.
"Demi apa nyet?" tanya gue masih nggak percaya. Soalnya Lukas termasuk bucin sama pacarnya.
"Asli dah Yer. Di duain gua bangsat" jawab dia, gue langsung ketawa kenceng dan di toyor Lukas tanpa aba-aba.
Anying.
"Mampus lo." umpat gue pada Lukas, "Kas, lo tiap malam dengerin radio kampus?" tanya gue penasaran. Apalagi setelah perdebatan lagu tadi membuat gue yakin kalau Lukas adalah pendengar setia radio kampus.