PART 19 : Friendzone

780 201 42
                                    

Perdebatan gue dan Dery semalam membuat gue tidak bisa tidur dan berakhir begadang sampai subuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perdebatan gue dan Dery semalam membuat gue tidak bisa tidur dan berakhir begadang sampai subuh. Kepala gue yang awalnya sudah pusing sekarang makin pusing. Dan memutuskan untuk berangkat ke kampus pagi ini adalah kesalahan terbesar gue.

Ini sedikit aneh, atau memang banyak anehnya ketika emosi gue tiba-tiba tidak stabil ketika melihat perempuan lain duduk di boncengan motor Dery.

Hira lagi.

“Buset! Nggak tidur lo?” Gue menoleh, menatap Lukas yang sudah berdiri di samping gue.

“Kagak.”

“Udah sinting”

Gue mendecak, “Temen lo udah jadian apa gimana? Makin hari makin lengket aja” kata gue membuat Lukas menoleh dan terkekeh pelan.

“Kenapa? Baru sadar lo?” Bukannya menjawab, Lukas malah kembali bertanya.

“Apaan?”

“Baru sadar kalau lo suka Dery lebih dari sahabat?” Lukas tersenyum jahil membuat gue diam beberapa detik, mencerna semuanya.

“Stress lo Kas” Elak gue sambil berjalan cepat meninggalkan Lukas yang tertawa mengejek.

Nggak. Gue nggak suka.

Lukas gila.

Jantung gue juga gila karena sekarang berdetak lebih cepat dari biasanya. Berasa habis lari maraton.

“Jantung norak!” umpat gue sambil menepuk dada gue pelan. Helaan nafas gue bahkan terdengar berat, langkah gue terhenti. Mencoba untuk menstabilkan detak jantung gue lagi.

Tapi sepertinya hari ini adalah hari sial gue. Dery berjalan beriringan bersama Hira ke arah gue.

Ah, anjir.

“Nggak ke kelas Yer?” Gue mencoba tersenyum membalas sapaan Hira, tanpa berniat menoleh ke arah Dery.

“Iya, lagi nunggu—”

“YERA! YERA! GUE MAU BILANG SESUATU SAMA LO!” ucapan gue terhenti ketika teriakan Ajun menggema di koridor kampus.

“Apaan anjir?”

“Oh, nunggu cowoknya. Ayo Ra!” Gue agak tersentak mendengar nada sinis itu. Dery melirik gue sekilas, lalu berjalan begitu saja meninggalkan gue dan Ajun.

“Lah? Ngapa tuh bocah?” tanya Ajun sambil menaikan sebelah alis matanya bingung.

“Nggak tau”

“Dery marah sama gue nggak sih Yer?” Ajun menggaruk pelipisnya sambil menatap gue. “Serem banget anjir liatnya, masa gue di sinisin mulu?” Gue terkekeh, bukan cuma lo Jun. Gue juga disinisin sama Dery.

“Biarin aja, otaknya lagi error”

“Dery suka lo deh kayaknya” Gue lagi-lagi terdiam dan merutuki jantung gue yang norak. “Kayaknya dia cemburu Yer, lo deket-deket gue” kata Ajun lagi.

1999Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang