PART 23 : When Rizky Febian said

991 205 55
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








“When Rizky Febian said...., berpisah itu mudah....” Gue mengambil bantal dan menutup wajah gue ketika teringat kembali ucapan Dery beberapa jam yang lalu. “Tapi kalau kata gue berpisah itu susah banget lah jing, apalagi pisahnya sama lo”

“Paan sih?”

“Bisa serius dulu nggak lo?” kedua mata Dery mendelik mengancam, “Gue mau serius nih, lo jangan ngelawak” katanya yang membuat gue mengumpat kasar.

“Iye”

“When rizki Feb—”

“Cringe banget, lo bisa lebih normalan dikit nggak ngomongnya?” sahut gue sebelum Dery menyelesaikan kalimatnya.

“Tuh kan, lo tuh BISA SERIUS DULU NGGAK?”

“LO YANG NGGAK SERIUS MONYET!”

“Ya udah maaf.” Dery mendecak, lalu berbalik menatap ke arah Lukas dan yang lainnya. Dari sini terlihat mereka sedang sibuk bermain hp.

“Gue laper”

“Ya Tuhan Yeranda....,” Satu tarikan nafas lelah terdengar di telinga gue, “Dah lah. Males gue.” katanya dengan nada ngambek yang langsung berjalan menghampiri Lukas.

Gue mengerjap menatap punggung Dery yang makin menjauh. Tapi gue beneran laper setelah mendengar banyaknya basa basi yang terlontar dari mulut Dery.

Sebenarnya gue nggak terlalu perduli tapi GUE PENASARAN RAHASIA yang di maksud Maraka. Dan Dery tetap tutup mulut sampai pensi selesai.











“DERY BANGSATTTTT!” Teriak gue sampai menggigit ujung bantal sangking gemasnya mengingat kejadian tadi.

Malu.

Dimana Dery saat itu mengantarkan gue pulang hingga depan pagar kos. Gue udah berniat setelah sampai untuk segera keluar dari mobil Dery.

Memang benar, gue keluar dari mobil Dery lebih cepat dari biasanya. Tapi sialnya Dery juga ikut keluar mobil dan menahan pergelangan tangan gue.









“Yer—”

“Jadinya kapan?”

Dery mengernyit, “Apa?”

“Pergi ke Chinanya” kata gue menjawab, sebenarnya mencoba mengalihkan topik yang nggak sehat buat kesehatan jantung gue.

“Jawab gue dulu”

“Ha?”

“Yang tadi gimana?”

Gue mengernyit, pura-pura bego. “Yang tadi apaan?” tanya gue membuat Dery mendecak geram.

“Lo selain bego ternyata agak pikun ya?” Dery menoyor kepala gue yang langsung gue balas dengan delikan mengacam. “Bisa langsung lo jawab aja nggak?” tanyanya agak memaksa.

1999Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang