PART 02 : Tuan Putri

1.2K 237 37
                                    

“Jadinya yang mana Yer?” Gue menoleh, menatap Maraka yang datang membawa sbux dan tiramisu. Emang cuma Maraka yang lumayan tau diri ke studio bawa makanan.

“Yang pertama bagus”

Maraka mengernyit. “Yang lo katain liriknya jorok?” dia ketawa membuat gue mendengus geli karena nggak ada yang lucu.

“Ka,” Gue berdiri, pindah duduk di sofa. “Emangnya cewek sama cowok tuh nggak bisa sahabatan ya?” pertanyaan gue sepertinya membuat Maraka bingung.

“Maksud lo?”

“Salah satu pasti ada yang suka. Iya nggak sih?”

Maraka mengangguk. “Gue sama lo enggak tuh? Emang lo suka gue?” pede-nya udah ngalahin Lukas. Gue langsung mendecih dan mengumpat pelan.

“Lo bikin lagu itu inspirasi dari mana?” Gue langsung mengubah topik walau sebenarnya bukan seutuhnya mengubah topik. Gue cuma penasaran dari mana inspirasi Maraka datang.

“Sekeliling gue” jawab Maraka tenang. Gue sedikit tersindir. Apa karena lihat kisah gue? Atau gue aja terlalu percaya diri? Sekiling Maraka bukan cuma ada gue.

“Lo begadang lagi?”

Gue meringis. Maraka mendecih tau tanpa menunggu jawaban. Sepertinya kantung mata gue udah bisa menjawab pertanyaan Maraka. Kemudian dia menghela nafas menarik kopi yang udah habis setengah dari tangan gue.

Dia kelihatan menyesal membawa kopi itu ke studio.

“Tau gitu gue beliin susu aja lo” Tuh kan, Maraka akan selalu berkata seperti itu setelah tau gue begadang sampai subuh.

“Hm, makasi” Gue balas dengan sinis yang di balas Maraka dengan ketawa kerasnya. Studio tanpa suara tawa Maraka mendadak jadi seperti kuburan. Tapi kalau Maraka + Lukas = pasar malam alias rame banget.

“Soal adik tingkat yang nembak lo itu gimana Yer?” Maraka bertanya tiba-tiba di luar konteks selama dua puluh menit kita ngobrol.

“Gue tolak”

“Bagus deh” Maraka mengangguk, menoleh beberapa saat menatap gue yang kemudian kembali fokus dengan hpnya.

“Apanya?”

“Bagus. Kalau nggak suka emang harus bilang enggak. Bagus, lo bisa tegas sama perasaan lo sendiri” Gue diam beberapa detik mencerna ucapan Maraka. Tegas sama perasaan sendiri. Jadi, selama ini apa gue kurang tegas sama perasaan gue?

“Maraka”

“Hm?”

“Lo lagi suka sama siapa?”







Ajun
Yer
Gue ada dua tiket konser tulus
Gas kagak nih?


Gue mengernyit mendapat chat dari Ajun. Sudah biasa sebenarnya pergi ke konser bersama Ajun atau yang lainnya. Tapi kenapa sikap Ajun seolah lupa sama kejadian semalam di studio?

Bukan. Bukan ada apa-apa. Kegalauannya semalam diam-diam membuat gue berpikir kalau ucapan Qila ada benarnya juga. Tapi juga bukan salah gue karena gue cuma diam di tempat.



sama cewek lo lah nyet
Ngapain ngajak gue?

Ajun
Lah kan lo cewek gue

“Anjing” umpat gue pelan karena di depan masih ada dosen yang menerangkan materi. Gue nggak ngerti sama sekali di tambah chat Ajun sialan. Nambah-nambahin beban pikiran aja.

“Chatingan sama siapa lo?” Suara dari belakang membuat gue terperanjat kaget. Gue menoleh, menatap Lukas tajam. Harusnya gue ngisi krs sama Maraka aja biar satu kelas sama dia. Bukan sama biang kerok macam Lukas.

1999Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang