PART 13 : Tentang Persahabatan

834 193 24
                                    

“Sinting! Lo kalau cuma obsesi, jauh-jauh dari dia bangsat!”

Suara bentakan Dery pada Ajun masih terngiang-ngiang di kepala gue. Rasa sesak langsung menyerang dada gue. Lagi-lagi Dery yang selalu ada pertama kali gue butuh pertolongan.

Tapi, orang yang pertama kali membuat gue kehilangan kepercayaan adalah Ajun.

Satu bulan kemudian setelah kejadian tidak mengenakkan di SMA, gue langsung menghilang. Menghindar dari semunya, gue mencoba menenangkan diri yang berujung sia-sia.

Lalu Dery datang, marah-marah bahkan memaki-maki gue ketika tau apa yang gue lakukan. Percobaan bunuh diri yang selalu gagal. Selama ini tidak ada yang tau selain Dery.

“Nangis sekarang.”

Gue mendongak, menatap Dery yang berada di depan gue. Duduk sejak setengah jam yang lalu, menemani gue yang masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.

Otak gue susah untuk memproses semuanya. Mendadak semua kejadian tadi terlihat abu-abu.

“Yeranda!” Suara tegas Dery kembali menyadarkan gue dalam situasi yang sedang tidak baik-baik saja.

Kacau.

Latihan hari ini dan kedepannya pasti akan kacau. Manggung sebentar lagi, dan permasalahan sialan ini sangat mengganggu. Ini alasan kenapa gue nggak pernah mau untuk membahas masalah perasaan di dalam satu grup.

“Kenapa nih bocah?” Suara lain masuk ke telinga gue, Lukas datang sambil mengernyit bingung melihat gue yang diam membisu.

“Urus temen lo!” kata Dery sambil berdiri dari duduknya, “Pastiin dia ngomong” katanya melanjutkan sebelum berjalan keluar dari kamar gue.

“Anjing. Woi Der!” Umpatan Lukas tidak di pedulikan Dery. Gue meringis merasa bersalah sudah mendiamkannya setengah jam lebih.

Gue cuma nggak mau mengeluarkan air mata gue dengan sia-sia. Harusnya Dery tau, sekali gue buka mulut air mata akan tumpah.

Dan gue rasa, air mata ini nggak pantes untuk Ajun.

“Lo kenapa nyet?” Lukas bertanya sambil menyenggol bahu gue pelan membuat gue mendecak kesal. Tapi yang namanya Lukas emang nggak mau diam.

“Lo di tolak Maraka?”

Gue melirik sinis. “Anjing lo!” kalimat pertama yang gue ucapkan setelah diam membisu.

“Nanya doang su”

Gue mendecak lagi sambil meraih hp ketika ada bunyi notifikasi. Jangan sampai ada jam kuliah dadakan karena mood gue beneran lagi nggak baik. Gue nggak mau makin bad mood nantinya.

Mood sangat mempengaruhi gue.







Maraka
Yer
Are u oke?
Udah makan belum?
Mau gue pesenin?
Yera?
Lo baik-baik aja kan?
Bales chat gue kalau lo udah baikan




Dery
kalau ada gofood itu dari gue
Makan
bengong doang gak bikin kenyang
Jari lo cantengan apa gimana?

Makasi:(

Dery
y




Gue mendengus geli membaca balasan satu huruf dari Dery. Lalu mendongak, menatap Lukas yang ternyata juga sedang menatap gue.

Satu alis mata gue terangkat, menunggu Lukas bersuara.

“Dery suka sama lo?”

1999Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang