Dery tidak pernah semarah ini sebelumnya, bagaimana ia mempertajam tatapannya dengan rahang yang mengeras. Kakinya melangkah lebar menghampiri Ajun di studio— malam setelah kejadian buruk yang di alami Yera.
Pintu studio terbuka dengan kerasnya membuat Ajun reflek menoleh. Tanpa sapaan basa basi lagi Dery langsung mendaratkan satu tinjuan di pipi Ajun.
“Anjing lo!” umpatnya dan satu kali lagi menonjok Ajun dengan segala emosi yang ia redam sebelumnya.
“Sorry—”
“Bacot lo anjing!”
Ajun tau, ia sudah membangun sisi menyeramkan Dery. Ajun juga seharusnya tau efek mengganggu Yera selama masih ada Dery di dekatnya.
Dery hampir melanyangkan satu tinjuan lagi sebelum Lukas dan Maraka datang, menarik tubuh Dery untuk menjauh. Memisahkan dua orang yang sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.
“Udah anjir Der, bisa mati temen lo” kata Lukas sambil menatap wajah babak belur Ajun. “Lo juga tolol sih monyet.” lanjutnya mencibir Ajun dengan kesal.
Ia juga hampir menonjok Ajun ketika tau Yera menangis ketakutan. Tapi melihat kondisi Ajun yang sudah mengenaskan, ia cukup tau diri.
“Minta maaf sama Yera, Jun” Maraka lebih tenang dari ketiga temannya. Kalau di tanya marah atau enggak? Jelas, Maraka marah. Tapi saat ini bukan waktunya untuk berdiam diri, masalah lebih baik di selesaikan dengan cepat.
Ajun hanya terdiam meringis sambil menundukkan kepalanya, merenung dengan perbuatannya pada Yera. Merasa bersalah berkali-kali lipat dari sebelumnya.
Yera benar, ia hanya terobsesi.
Dery kira setelah ini pikiran Yera akan lebih terbuka. Dery tidak pernah menyalahkan bagaimana takdir berjalan pada dirinya dan orang-orang di sekitarnya. Tapi jika sudah mengenai Yera yang terlalu bodoh membaca keadaan, rasanya Dery ingin marah pada takdir.
Yera ini bodoh apa bagaimana?
“Yera di Bandung” Dery mendecak setelah mematikan telfonnya dan menoleh menatap Lukas.
“Ngapain anjir?”
“Minggat” Balas Dery sekenanya yang langsung mendapat umpatan kasar dari Lukas.
“Mau lo susul?”
“Menurut lo?”
“Menurut gue jangan kalau lo masih emosi. Entar malah lo berdua yang ribut nyet” katanya tapi sama sekali tidak di dengarkan Dery.
Dery tetap berangkat ke Bandung dengan memaksa Lukas dan Maraka untuk ikut. Dan berujung membuat pertikaian seperti apa yang di katakan Lukas.
“Jujur deh nyet lo suka kan sama Yera?” Tiga hari acara diam-diaman dengan Yera itu Dery langsung di sidang oleh Lukas.
“Nggak.”
“Gue tanya lagi nih, suka kan lo sama Yera?”
“Nggak.”
“Oke sekali lagi, suka kan lo sama Yera?”
“NGGAK ANJRIT!”
Lukas tersenyum miring, “Sip, kalau gitu buat gue ya?” tanyanya memancing keributan.
“Anjing lo!” umpat Dery sambil menendang kaki Lukas. Ia mendecak, mengusak rambutnya kasar merasa frustrasi berhari-hari tidak berbicara pada Yera. Mereka hanya bertemu ketika sedang latihan saja.
Kangen.
Tapi lagi mode marahan.
“Jujur aja sih Der, lo berdua nih sama-sama bego” Lukas sudah merasa lelah melihat tingkah dua sahabatnya ini.