PART 06 : Satu Frekuensi

930 222 16
                                    

Jakarta panas banget, gue kangen hujan. Sekarang gue lagi duduk di kampus sambil makan cilok langganan Hendery. Lama banget tuh anak gue tungguin dari setengah jam yang lalu.

Gue udah ngabisin dua bungkus cilok.

“Pacarnya Aa Dery ya Neng?” pertanyaan dari Kang Asep hampir bikin gue keselek cilok.

“Nggak lah Kang. Ogah, saya mana mau sama dia.” balas gue lanjut mengunyah cilok. Kang Asep ketawa denger balasan dari gue.

“Tapi tuh yang Neng, si a Dery sering curhat sama saya kalau lagi suka sama neng geulis”

Gue mengernyit. “Saya kan jelek Kang” balas gue lagi. Neng geulis siapa? Hira maksudnya? Ya emang cantik sih.

Tapi gue nggak tau kalau hubungan Dery sama Hira masih berlanjut sampai sekarang. Dia nggak cerita sama gue, terakhir waktu Hira bilang Dery nggak suka kalau deket sama gue.

“Katanya dia juga mau ke China ya Neng?” Lagi-lagi gue hampir keselek cilok. Ini Dery nggak ada tempat curhat lain atau gimana sampai Kang Asep di jadiin tempat curhat.

Heran gue.

“Iya Kang, katanya kan kejarlah ilmu sampai ke negeri China”

Kang Asep mendecak. “Capek dong Neng kalau di kejar” balasnya membuat gue langsung memasang senyum palsu. Oh, ya pantesan Hendery curhatnya sama Kang Asep. Satu frekuensi ternyata.

“Aduh, jadi haus saya Kang makan cilok terus” gue berdeham sambil menoleh mencari orang jual minum di dekat gue. “Besok-besok sekalian jual minum Kang” kata gue yang langsung di acungi jempol sama Kang Asep.

“Nih, minum.”

“Ahay Aa Dery datang menyelamatkan Neng Yera dari kehausan yang melanda” Kang Asep tertawa ngeselin sambil menaik turun kan alisnya mengejek gue dan Dery.

“Udah Kang diem.” kesal gue sambil meneguk minuman yang sudah di buka tutupnya oleh Dery.

“Cabut kagak?” Dery memakan cilok dengan tenang berdiri di depan gue. Tangannya meraih botol minum yang dia kasih ke gue, meneguknya habis.

“Iya lah anjir, lama lo!” kesal gue sambil berdiri dan melangkah ke motornya terparkir. “Di bayar Dery Kang” teriak gue tanpa dosa.

“WOI YERA ANYING!”

Gue cuma ketawa berdiri di samping motor Dery, menunggu sohib Kang Asep membayar cilok gue. Hp gue bergetar, ada satu chat dari Lukas menanyakan posisi gue.


masih di kampus
Ngape?

Lukas
sini studio nyet
Sendirian gue


y
Entar gue nyusul sama dery

Lukas
Sama dery mulu lo anying kayak kembar siam


fck


“Lukas di studio, kita di suruh nyusul” gue menunduk masih mengetik balasan untuk Lukas. Kernyitan muncul di dahi gue ketika Dery cuma diam aja.

“Der?” Gue mendongak dan langsung terkejut ketika Dery memasangkan helm di kepala gue. Beberapa detik Dery menatap kedua mata gue lurus lalu memutuskannya dan memasangkan pengait helm.

“Ganteng ya gue?” Dery menaikan sebelah alis matanya lalu menepuk helm yang gue pakai. Sialan, titisan dakjal!

“Babi lo!”

1999Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang