“Ajun suka sama lo Yer”
Tawa gue langsung berhenti, bibir gue kaku menatap sahabat gue satu-satunya kala itu. Pensi selesai setelah band 1999 tampil sebagai penutupan.
Orang-orang masih berlalu lalang untuk pulang ke rumah. Sedangkan gue masih berdiri di backstage setelah semua member 1999 izin untuk membantu panitia pensi.
Gue berdiri kaku, bersama Adelia.
“Gue nggak tau.....” kata gue saat itu dengan gagu masih menatap Adel yang tersenyum tipis.
“Bukan salah lo kok” balasnya waktu itu yang sangat gue sesali karena tidak tau tentang apa yang di maksud oleh Adel. “Nggakpapa Yer, jangan pikirin perasaan gue” katanya lagi.
“Apa sih Del?”
“Kalian cocok kok”
Adelia, sahabat baik gue juga manager band 1999. Cewek cantik dan feminim yang gue kenal selama tiga tahun di SMA. Semua yang Adel rasakan selalu dia bagi ke gue.
Semua Adel ceritakan.
Hingga pada satu kejadian yang tidak lagi Adel bagi ke gue.
Adelia pergi dengan banyak luka yang bahkan tidak gue sadari. Tatapan matanya palsu, senyumnya palsu, tingkahnya palsu. Adel berada di sekitar gue tiga bulan terakhir sebelum kelulusan penuh dengan kepalsuan.
“Gue mau pergi”
“Kemana?”
Adel tersenyum saat itu, “Kuliah lah, emang lo nggak?”
“Kuliah, tapi paling di Jakarta.” jawab gue tenang. “Lo?” tanya gue balik menatap Adel tanpa menaruh curiga.
“Belum tau sih, tapi yang pasti jauh dari lo hahaha” tawa Adel pecah, kala itu gue juga ikut tertawa mengimbangi lelucon anehnya.
Pergi jauh.
Adel mengatakan hal yang sebenarnya. Dia benar-benar pergi jauh.
“Ajun nembak lo Yer?” Pertanyaan Adel waktu itu membuat gue terdiam, “Santai aja kali Yer. Gue udah biasa aja sama Ajun, lagian perasaan kan nggak bisa di paksain” katanya melanjutkan dengan tawa renyah.
“Sorry Del”
“Di bilang bukan salah lo”
Gue tersenyum, menganggap semua akan baik-baik saja. Membiarkan semuanya berlalu begitu saja sampai kelulusan tiba. Adel yang tetap ceria dan penuh dengan kejutan sama sekali tidak membuat gue berpikir bahwa hari itu akan tiba.
Ajun— cinta permatanya juga patah hati pertamanya. Bernyanyi dengan petikan gitar di atas panggung, membuat kedua mata Adel berbinar bahagia.
Namun, kalimat dari Ajun membuat kebahagiaan gadis itu luntur.
“Yeranda, gue suka sama lo dan makasih buat Adelia yang selalu ada di samping gue juga Yera. Makasih banyak Adel, makasih udah jadi manager terbaik dan teman terbaik”
Di detik berikutnya gue bisa melihat senyum Adel kembali terukir. Tapi bukan senyum yang biasa gue liat tiap harinya. Dan malam itu gue baru sadar, ada yang salah dari kisah gue, Ajun dan Adelia.
“ADEL CUMA SAHABAT GUE!”
Kita bertengkar hebat, gue dan Ajun. Mendebatkan tentang perasaan yang sama namun sulit untuk di persatukan. Ajun marah.
“Adel suka sama lo. No, she loves you more than me”
“Nggak usah ngaco lo Yera!” Ajun tetap Ajun, si keras kepala yang tidak akan pernah percaya omongan gue.
Malam itu masih berada di lapangan sekolah, menjauh dari keramain prom night. Gue berdebat penuh emosi dengan Ajun.
“AJUN LO—”
“YERA!”
Gue berjengit kaget dan langsung menoleh menatap Dery yang sudah berada di samping gue.
“Gue dimana?”
“Dih, tolol!” Dery menoyor kepala gue membuat gue sedikit tersadar. Gue ada di kamar kos gue sendiri, semalam ketiduran ketika Maraka mengatakan—
“Anjing!” umpat gue reflek duduk dengan mata membulat kaget. “Maraka nembak gue?” tanya gue pada diri sendiri sambil menatap Dery.
“Cuci muka Yer, kayaknya lo masih mimpi” katanya meledek sambil membuka laptop gue.
Gue mendengus, tidak mau menuruti perintah Dery dan memilih mengambil hp gue. Masih jam delapan pagi, lalu gue membuka roomchat Maraka. Hanya ingin memastikan, gue beneran cuma mimpi atau enggak.
Maraka
Maraka
what?you said like me last night?
Maraka
wdym?Lo suka gue?
Maraka
yes
I like you as a friendseriously?
Maraka
what's wrong with you?Nope, gue abis mimpi ga jelas
Maraka
Ah oke
Don't forget hari ini kita latihanOke
MarakaMaraka
Iya?Lo beneran nggak suka gue?
Maraka
Hahahaha
Mandi yerSialan
Maraka
jangan di pikirin
bentar lagi kita manggungGue cantik
Lo beneran nggak suka gue?Maraka
coba lo tanya deryNGAPAIN????
LO ANEH KA!Maraka
Lo sih lebih anehGue mendengus kesal, meletakkan hp gue dengan kasar sampai membuat Dery mengalihkan pandangannya dari laptop gue.
“Ngapa lo?”
“Maraka nih ngeselin banget anjir”
Dery terkekeh. “Di bilang lo lagi halu. Makanya tidur tuh baca doa.” katanya mendumel membuat gue mendecak malas dan kembali merebahkan tubuh gue.
“Der” panggil gue setelah kamar gue kembali hening. “Gue mimpi dia lagi” kata gue pelan membuat Dery menghentikan jari-jarinya yang sedang mengetik cepat di keyboard laptop gue.
“Apa?”
“Adelia”
udah ada yang bisa nebak apa yang terjadi sama Ajun dan Yera?