Udara dingin menusuk segala penjuru kulit Taehyung malam itu. Suasana sepi, tidak seorangpun ia jumpai disepanjang jalan. Hanya sinar bulan yang menuntun motornya untuk tetap melaju.
Ditengah keseriusannya berkendara, percakapan yang terjadi beberapa menit lalu terputar dikepalanya.
"Kak Taehyung, jemput gue?. Disini kacau."
"Ya, tunggu."
Hanya sebatas itu, Taehyung lansung mengerti. Motornya melesat dijalanan yang gelak. Rela melawan angin, gelap, bahkan bahaya yang dapat menjeratnya saat itu. Semuanya ia lalukan demi satu orang. Jeon Jeongguk Namanya. Seseorang yang sudah menemaninya dalam kurun waktu setahun ini.
Taehyung sayang Jeongguk. Begitu pula dengan Jeongguk yang menyayangi Taehyung. Sederhana. Perasaan keduanya tidak saling menuntut.
Ketika motor Taehyung berhenti dipinggir sebuah jalan, agak jauh dari sebuah rumah tua yang terlihat mengerikan, dirinya lalu menunggu dengan tenang. Ponsel yang berada digenggaman Nampak menyala, menampilkan ruang obrolan terakhirnya dengan Jeongguk.
Dan kini, lelaki itu belum memberi kabar sama sekali. Taehyung cemas tentu saja. Terbukti dari duduknya yang sudah tidak tenang. Sementara orang yang ia tunggu-tunggu belum juga menunjukan batang hidungnya.
Satu yang Taehyung harapkan, Jeongguk tidak apa-apa. Tidak ada yang menyakiti pacarnya itu.
Namun, sayangnya,
"Kak Tae."
Sebuah suara halus memanggil Taehyung, diiringi oleh Langkah kaki yang terdengar tergesa. Barulah setelahnya, figur Jeongguk terlihat semakin jelas dikegelapan malam. Melihat itu, tubuh Taehyung sontak turun dari motornya, berdiri tegap dengan tangan yang siap menyambut kedatangan Jeongguk.
Perlahan, wajah Jeongguk terlihat semakin jelas. Dengan senyuman yang merekah, Jeongguk tetap berjalan menghampiri Taehyung. Senyuman tipis terbit begitu saja diwajah Taehyung. Perasaan baru tadi sore mereka bertemu, namun entah kenapa malam ini ia sudah rindu.
Rambut Jeongguk terlihat acak. Tubuhnya terbalut dengan sebuah hoodie hitam yang biasa lelaki itu gunakan. Semuanya terlihat normal hingga Jeongguk berdiri tepat dihadapan Taehyung. Alis Taehyung reflek menyatu, menatap dahi Jeongguk.
Sebuah luka baru terbentuk disana. Menampilkan jejak darah yang masih segar. Taehyung sontak meringis.
"Dahi lo kenapa lagi?."
Hembusan napas keluar dari mulut Jeongguk. Ia lalu berdecak. "Papa marah. Gue juga bingung kenapa."
Tidak ada yang bisa Taehyung lakukan selain tersenyum. Karena ia terlampau tahu dan tidak mau membuat Jeongguk terlarut dalam kesedihan yang diciptakan oleh ayahnya sendiri. Jujur, hatinya juga ikut sakit Ketika melihat kesayangannya menderita seperti ini.
"Ke rumah gue aja, ya?. Orangtua gue lagi diluar kota."
Jeongguk mengangguk.
"Ayo, naik."
"Tunggu, kak."
"Apa-
Perkataan Taehyung terputus Ketika lengan Jeongguk menariknya kedalam dekapan hangat. Dapat ia rasakan bahwa kedua lengan itu bergetar disekitar pinggangnya. Maka perlahan, Taehyung membalas pelukan itu tak kalah erat. Mengusap kepala yang terbenam diceruk lehernya.
Hangat seketika menjalar ditubuh keduanya, mengalahkan dinginnya malam yang menusuk. Sejenak, Jeongguk dapat merasa tenang dipelukan Taehyung. Napasnya mulai teratur. Rasa sakit yang tadi menyerang dahinya, kini perlahan menghilang. Digantikan oleh perasaan lega oleh kehadiran Taehyung disini, dipelukannya.
Ditengah matanya yang terpejam, Jeongguk tersenyum tipis dan berkata,
"Makasi udah datang untuk gue. Sayang kak Taehyung."
Hawwooo,
My third story aaaaaaa. Im so excited azdlkhfkdn. Hope you like it ya. Nanti aku lanjut, mau kerjain tugas dulu soalnya hehe.
See you in the next chapter. Luv uuu<3
Btw, iya ini kookv.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAIM| kv
FanfictionCAIM ; sebuah lingkaran perlindungan yang tak terlihat, digambar di sekitar tubuh dengan tangan, yang mengingatkan seseorang bahwa ia aman dan dicintai, bahkan disaat-saat tergelap. Hanya sebuah kisah tentang Jeongguk dan Taehyung dalam menciptakan...