Jeongguk bukanlah seorang seorang murid yang menonjol disekolahnya. Ia hanya seorang murid laki-laki biasa dengan rambut hitam legam yang selalu menutup dahinya. Sebuah kacamata juga terkadang bertengger dibatang hidungnya, membuat penampilannya lebih ke seorang kutu buku. Prestasinya juga tidak banyak. Jeongguk bahkan masih kerap lupa untuk membawa buku tugasnya.
Diri Jeongguk bagai tidak terlihat dimanapun.
Berbeda dengan Taehyung. Lelaki itu benar-benar definisi dari 'primadona' yang sebenarnya. Wajahnya tampan, manis, namun sedikit mengintimidasi. Pembawaannya yang selalu tenang berhasil membuat semua orang terkesima. Guru-guru juga menyukainya, karena Taehyung adalah murid yang rajin dan penurut.
Ditambah dengan lingkaran pertemanan Taehyung yang penuh dengan orang-orang serupa. Taehyung sungguh sempurna dimata Jeongguk. Dan ada kalanya ia merasa tidak pantas bahkan untuk berdiri disamping lelaki itu.
Terhitung kurang lebih enam bulan Jeongguk menyukai kakak kelasnya itu. Auranya yang begitu kuat membuat Jeongguk tidak sanggup untuk dekat-dekat dengan sosoknya. Sebatas memperhatikan dari jauh, menurutnya sudah lebih dari cukup. Senyum Taehyung Ketika mendengar sebuah lelucon lucu yang dilayangkan teman-temannya membuat Jeongguk juga ikut tersenyum.
Dengan tatapan berharap, Jeongguk menatap Taehyung dari kejauhan. Di dalam hati ia berharap bahwa suatu hari dirinya mampu membuat sosok itu tersenyum. Karena sungguh, senyuman Taehyung adalah salah satu senyuman terindah yang pernah ada.
Pada suatu malam, Ketika semuanya terasa berat, Jeongguk memilih menggabiskan malamnya diluar. Berjalan sendiri tanpa tujuan. Hanya dengan sebuah jaket kuning mustard dan celana jeans yang membalut tubuhnya. Ia total mengabaikan semua bahaya yang dapat menyerangnya.
ponsel yang berada disakunya terus bergetar. Namun Jeongguk berusaha mengabaikan panggilan dari ayahnya itu. Hatinya terasa sakit Ketika mengingat apa yang baru ayahnya lakukan. Sebuah sayatan Panjang dengan darah yang mulai mengering menjadi bukti sekaligus pengingat.
Kenapa ayahnya masih ingin dirinya kembali jika yang pria itu lakukan hanyalah menyakitinya.
Jeongguk terduduk disebuah halte seorang diri. Kakinya jujur Lelah. Tapi ia tidak tahu harus kemana lagi. Kembali ke rumah merupakan pilihan yang buruk. Bisa-bisa ayahnya itu memukulnya lagi.
Angin berhembus kencang. Membuat kedua tangan Jeongguk bergerak untuk mengeratkan jaketnya. Kepalanya sedari tadi tertunduk, terus berdoa agar sebuah keajaiban menghampiri. Dan harapan Jeongguk itulah yang mempertemukannya dengan Taehyung.
Sebuah motor hitam besar berhenti tepat didepan halte, didahului oleh suara keras yang membuat Jeongguk mendongak. Menatap lelaki dengan helm full face didepannya. Mata bulatnya meneliti penampilan sosok itu dari atas sampai bawah.
Kaus hitam yang berbalut jaket kulit dan celana hitam ketat yang membungkus kaki jenjangnya. Sebuah kerutan lalu muncul didahi Jeongguk. Lelaki asing itu perlahan berjalan mendekat sembari membuka kaitan helmnya yang sedari tadi terkunci.
Dan tepat saat helm itu terbuka, mata Jeongguk sontak melebar dan tubuhnya ikut membeku ditempat.
Kak Taehyung.
"Lo ngapain sendirian disini?. Ini udah tengah malam."
Jeongguk masih mendongak, menatap lelaki itu dengan mata bulatnya yang berbinar. Masih tidak percaya bahwa Kim Taehyung benar-benar berdiri beberapa Langkah didepannya. Hingga akhirnya Jeongguk hanya menggeleng pelan.
"Gue tau lo. Kita satu sekolah, kan?. Wajah lo familiar."
Mendengar itu, kedua telapak tangan Jeongguk sontak bergetar. Tidak kuasa untuk menahan sensasi asing yang dirinya rasakan. Taehyung mengenalnya, Taehyung mengenalnya. Dua kata yang mampu membuat Jeongguk menahan senyumnya setengah mati.
"Hei, kok diem aja?. Gue antar pulang mau?."
Kepala Jeongguk langsung menggeleng cepat. "Gak perlu, kak."
"Terus lo disini ngapain?. Nunggu bus?. Bus baru datang besok pagi kalau lo mau tau."
Jeongguk lalu terdiam, bingung hendak menjawab apa.
"Tangan lo berdarah?." Tanya Taehyung, terdapat kepanikan didalam ucapannya.
Diraihnya lengan Jeongguk yang masih terbalut oleh jaket. Namun kini, jejak merah kecoklatan terlihat jelas dari luar jaket. Taehyung sontak panik. Bagaimana seseorang dengan luka seperti ini bisa berakhir sendirian dimalam yang dingin.
"Ayo, naik. Gue obatin tangan lo."
Awalnya Jeongguk ragu, namun perlahan kakinya melangkah mendekat untuk menghampiri Taehyung. Lelaki itu sudah mengenakan helmnya kembali. Maka dengan Jeongguk yang berada dimotornya, Taehyung kembali menyusuri jalanan malam yang sepi.
"Nama lo siapa?."
"Jeongguk."
"Oke, Jeongguk. Alamat rumah lo dimana?."
Dan Jeongguk terdiam. Ia sungguh tidak tahu bagaimana menjelaskan ke Taehyung bahwa dirinya tidak ingin pulang. Kembali ke rumah sama saja dengan menyerahkan nyawanya begitu saja. Sudah dipastikan ayahnya itu akan menjadikan dirinya sebagai samsak pribadi.
"Kenapa diam kalau gue tanya alamat?."
Jeongguk lalu lagi-lagi menggelengkan kepalanya. Bibirnya terkatup rapat.
"Masih gak mau jawab?. Oke, gue bawa lo kerumah."
━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━
"Kalau gak diobatin bisa infeksi, Gguk." Ucap Taehyung, mata dan tangannya focus membersihkan luka yang berada dilengan Jeongguk dengan alcohol.
Keduanya kini telah duduk disebuah tempat tidur yang berada dikamar Taehyung. Jeongguk sedari tadi hanya diam membisu sambil memusatkan pandangannya pada kakak kelasnya tersebut. Jeongguk awalnya terkejut Ketika mereka memasuki Kawasan perumahan elit. Ternyata, disinilah rumah Taehyung berada.
Rumahnya yang besar, membuat Jeongguk takut tanpa alasan. Beruntung kedua orangtua Taehyung sedang berada diluar kota. Rasa takut Jeongguk setidaknya dapat mereda sedikit.
Jantungnya yang tidak bisa tenang, membuat Jeongguk merasa resah dalam duduknya. Sosok Taehyung yang berada begitu dekat juga membuat napas Jeongguk tidak teratur. Mata Jeongguk menatap wajah Taehyung yang tertunduk, berusaha mengenali setiap detilnya.
Senyuman tipis terbit diwajah Jeongguk Ketika menyadari bahwa Taehyung memiliki sebuah tahi lalat diujung hidungnya. Lucu sekali. Jeongguk jadi ingin menyentuhnya atau bahkan mengecupnya. Wajah Taehyung yang terkikik lucu terus terputar diotaknya.
Maka sejak saat itu, harapan Jeongguk jadi semakin tinggi. Ia menginginkan Taehyung. Ia ingin sosok Taehyung tetap berada disisinya hingga waktu yang tidak dapat ditentukan.
Aku suka gguk yang gemes, makanya aku buat gguk disini gemes:)
Kalau mood aku lanjut. See yaaa<3
KAMU SEDANG MEMBACA
CAIM| kv
FanfictionCAIM ; sebuah lingkaran perlindungan yang tak terlihat, digambar di sekitar tubuh dengan tangan, yang mengingatkan seseorang bahwa ia aman dan dicintai, bahkan disaat-saat tergelap. Hanya sebuah kisah tentang Jeongguk dan Taehyung dalam menciptakan...