"Mingyu!."
Pergerakan Mingyu tiba-tiba berhenti saat suara seseorang terdengar memanggil Namanya. Kedua tangan yang tadinya terangkat untuk mengakitkan tali helm, kini turun. Membiarkan helmnya dalam keadaan tidak terkancing.
Parkiran sudah cukup sepi sore itu. Hanya terdapat beberapa sepeda motor dan mobil yang terparkir agak jauh dibelakang. Angin sore berhembus melewati daun dan juga dahan pohon. Sinar matahari menyinari tubuh Taehyung ketika Mingyu menoleh. Alisnya lantas menyatu ketika melihat kaki kakak kelasnya yang mendekat.
"Kenapa, kak?."
Taehyung mempercepat langkahnya hingga ia berdiri di hadapan Mingyu. "Liat Jeongguk?."
"Tadi katanya pulang bareng lo."
Taehyung sontak terdiam. Pasti ada yang salah, pikirnya. Soalnya, Jeongguk jarang sekali bertindak seperti ini. Diam-diam Taehyung juga mengingat perilakunya hari ini. Apakah ada yang membuat Jeongguk kesal atau tidak?.
"Coba telfon, kak."
"Gak diangkat."
"Chat?."
"Gak dibales juga." Taehyung menggeleng dengan bibir yang mulai cemberut.
Mingyu menghela napas. Jeongguk kalau sudah marah memang susah untuk dihadapi. Lelaki itu bisa saja menghilang entah kemana dan akan muncul lagi seminggu kemudian. Tidak ada yang bisa diprediksi kalau soal Jeongguk.
"Nanti gue coba bantu telfon. Tapi sekarang gue lagi buru-buru."
"Oke. Makasi, Mingyu." Sebuah senyum manis terbit diwajah Taehyung."
"Gue pamit pulang, ya, kak Tae?."
Lalu Taehyung hanya mengangguk sembari menatap tubuh Mingyu yang naik ke atas motor dan bagaimana motor itu perlahan meninggalkan lahan parkir. Meninggalkan Taehyung bersama dengan beberapa kendaraan tanpa tuan lainnya.
Sebenarnya Taehyung juga bingung kenapa Jeongguk tiba-tiba tidak memberi kabar sama sekali. Padahal Taehyung ingin mengajaknya makan pizza bersama ditempat langganan mereka. Taehyung sungguh ingin memastikan bahwa Jeongguk pulang dengan perut kenyang. Karena saat dirumah, ayah Jeongguk belum tentu membelikan anaknya makan.
Dan sekarang Taehyung khawatir bukan main. Bahkan pikirannya terasa berantakan saat mengemudikan mobil. Setelah mobilnya berhasil keluar dari area sekolah, Taehyung berusaha untuk melupakan eksistansi Jeongguk dan berniat untuk pulang. Ia hanya berharap bahwa Jeongguk akan menghubunginya mala mini.
Mobil Taehyung berhenti ketika lampu lalu lintas berubah merah. Matanya fokus ke hitung mundur pada lampu lalu lintas. Ketika waktu tersisa sepuluh detik, mata Taehyung kembali fokus ke jalan raya dan bersiap untuk menginjak pedal gas. Namun, sesuatu mengalihkan pandangan Taehyung.
Tepat disebarang sana, tepatnya disebuah halte yang menjadi langganan, Jeongguk terduduk dengan pandangan yang fokus ke ponsel. Total menghiraukan apa yang terjadi disekitarnya. Termasuk beberapa orang yang juga ikut menunggu bus untuk datang.
Tanpa pikir Panjang, Taehyung mempercepat laju mobilnya.
Jeongguk segera mendongak ketika sebuah mobil yang sangat familiar berhenti didepan halte. Dirinya sontak gelagapan dan segera menyimpan ponselnya didalam saku.
"Koo!. Ngapain disini?." Tanya Taehyung setelah menurunkan kaca mobil. Bisa dilihat dari wajahnya bahwa ia sangat khawatir.
Jeongguk menatap Taehyung sekilas lalu bangkit dari duduknya, berjalan menghampiri mobil Taehyung. "Nunggu bus."
"Bego. Cepet masuk."
Setelahnya, Jeongguk membuka pintu mobil dan duduk dikursi penumpang. Dengan pandangan lurus kedepan, ia diam-diam melihat tangan Taehyung yang kembali memutar kemudi. Keduanya hanya terdiam saat mobil membelah jalan sore. Taehyung yang kesal dan Jeongguk yang was-was.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAIM| kv
أدب الهواةCAIM ; sebuah lingkaran perlindungan yang tak terlihat, digambar di sekitar tubuh dengan tangan, yang mengingatkan seseorang bahwa ia aman dan dicintai, bahkan disaat-saat tergelap. Hanya sebuah kisah tentang Jeongguk dan Taehyung dalam menciptakan...