Nineteen

229 36 3
                                    

Hari-hari selanjutnya Taehyung jalani seperti biasa. Ya, setidaknya ia mencoba. Goal yang ada dikepala Taehyung hanya satu saat ini. Lulus dan diterima di kampus impiannya. Dan semoga saja Jimin juga memiliki keberuntungan yang sama.

Tepat jam setengah dua belas siang saat Taehyung keluar dari ruang kelasnya. Hari ini memang sedang di adakan try out. Itulah mengapa mereka pulang lebih cepat. Taehyung memilih untuk menunggu Jimin di depan ruang kelas. Mengingat lelaki itu memiliki tugas piket hari ini.

Duduk manis di bangku depan kelas dengan tas ransel berada di pangkuan dan pandangan yang fokus pada lapangan basket. Pohon-pohon besar yang rindang membuat lapangan itu terlihat sejuk sekali. Taehyung masih ingat betul bagimana menyenangkannya suasana siang hari dimana mereka masih belum mempunyai tanggung jawab sebesar ini.

Tahun pertama dan kedua. Biasanya ia dan Jimin akan sekedar bermain disana hingga jam istirahat selesai. Entah itu iseng bermain basket tanpa tahu aturan atau hanya sekedar makan camilan di pinggir lapangan.

Lalu dengan Jungkook... dan tepat saat itulah raut wajah Taehyung menggelap.

Jungkook. Jungkook. Jungkook.

Lelaki itu masih bagaikan hilang. Taehyung tahu ia disini. Tapi bagaimana bisa sosoknya bagaikan pergi begitu saja. Taehyung rindu sekali dengan tawanya, dengan binar matanya, dengan senyumnya. Semuanya. Keberadaan Jungkook memang sepenting itu.

Andaikan Jungkook tahu. Andaikan mereka tahu. Andaikan mereka mengerti dan andaikan mereka tidak kekanakan.

"Tae?."

Tubuh Taehyung menegang saat merasakan sebuah tangan hinggap di bahunya. Ia lalu mendongak ke atas. "Udah piketnya?."

Jimin mengangguk. "Kenapa?."

"Gapapa. Gue cuma kangen Jungkook." Ucap Taehyung gamblang. Karena ia memang tidak mempunyai alasan untuk menjadi tertutup di hadapan Jimin.

"Sebenernya, gue mau ngomong sesuatu tentang Jungkook."

Taehyung sontak berdiri, menatap Jimin tepat di mata. Jantungnya seketika berdetak kencang.

"Jungkook kenapa, Jim?."

"Ayo, sambil jalan aja."

Taehyungpun mengangguk pelan, mengikuti langkah Jimin di sepanjang koridor yang sepi.

"Kak Joon ketemu Jungkook di minimarket di jalan utaman yang menuju perumahan lo."

Walaupun Taehyung tidak langsung menatap Jimin, ia memasang telinganya sebaik mungkin.

"Dia masih kerja sampai tengah malam. Terus—." Jimin menarik napasnya, merasa ragu untuk memberitahu hal ini. "Wajahnya luka-luka, Tae."

━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━

Keesokan harinya, saat Taehyung keluar dari kelas. Ia bergegas menuju ruang ganti. Tujuannya satu, yaitu Jungkook. Hari ini adalah hari selasa. Pukul sebelas lebih lima belas menit. Yang berarti kelas olahraga Jungkook belum selesai.

Ketika Taehyung melangkah masuk, ia melihat banyak baju seragam yang tergantung di dinding atau bahkan tergeletak begitu saja di bangku-bangku.

Tanpa lama lagi, Taehyung segera mencari baju seragam ber-name tag 'Jeon Jungkook.' Tak membutuhkan waktu yang lama untuk Taehyung menemukannya. Tepat di dekat loker yang paling ujung, tergantung sebuah baju seragam dengan name tag terpampang jelas.

Jeon Jungkook

Senyuman Taehyung lantas terbit secara tidak sadar. Ia mempercepat langkahnya dan segera mengambil seragam lelaki itu.

Taehyung lalu merogoh kantung celenanya sendiri. Mengambil beberapa lembar uang dan tak lupa beberapa bungkus plester luka. Ia masih ingat bagaimana Jimin mendeskripsikan wajah Jungkook. Dan ia tidak mau luka di wajah Jungkook semakin parah.

Maka dari itu, Taehyung dengan cepat memasukan benda-benda yang ia bawa ke saku celana belakang yang ada di tangannya.

Dengan tubuh yang dalam kondisi siaga, tangan Taehyung juga ikut bergetar saat memasukannya ke dalam saku.

Setelah selesai, dirinya segera mengantungkan kembali seragam itu dan menepuk kantung bagian belakangnya beberapa kali sembari tersenyum tipis.

━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━

"Enggak, deh, Ming. Gue mau ke minimarket hari ini."

Itulah yang Jungkook katakan pada Mingyu saat pulang sekolah tadi. Kini dirinya sudah berada di ruang ganti sedang mengganti baju seragamnya ke baju yang harus ia gunakan ketika bekerja.

Harusnya, Jungkook hanya bekerja sampai jam sembilan malam. Tapi berhubung besok tidak ada tugas yang harus dikumpulkan, ia memilih untuk melanjutkan pekerjaannya hingga jam dua belas malam. Hal ini ia lakukan untuk mendapat uang lebih dari pemilik toko.

Jungkook menghela napas saat mengingat jam kerjanga hari ini. Ia hanya bisa meneriakan kata 'semangat' terus menerus di dalam hati. Walaupun tidak berpengaruh apa-apa.

Waktu berjalan begitu cepat. Entah sudah berapa pelanggan yang Jungkook layani hari ini. Lumayan banyak hingga membuat tubuh Jungkook merasa lelah. Apalagi punggung dan pinggulnya. Rasanya ingin langsung melemparkan diri ke atas kasur empuk.

Jam 23.46. Jungkook berjalan ke ruang ganti saat melihat rekan kerjanya masuk ke dalan minimarket untuk gantian menjaga toko.

Ia melihat tas sekolahnya tergelak begitu saja dilantai. Ia segera mengambil seragamnya dan perlahan membuka baju yang ia kenakan. Namun, saat Jungkook selesai mengancing baju seragamnya, ia merasakan sesuatu di kantung saat ia mengangkat celananya.

Dengan cepat Jungkook merogoh kantung celananya. Dan matanya seketika melebar saat itu juga.

Tiga lembar uang dengan pecahan besar dan beberapa bungkus plester luka.

Dan saat itu juga pikirannya langsung tertuju ke satu nama.

"Kak Taehyung..."























Hey yall hehe
Its been a long time ya
Please enjoy your reading~
Love you<3

CAIM| kvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang