Twenty

212 33 9
                                    

tw // suicidal thoughts

Semingu sudah sejak Taehyung rutin memasukan sejumlah uang ke saku seragam Jeongguk secara diam-diam. Rencananya ia akan melakukan itu rutin seminggu sekali setiap ada pelajaran olahraga. Hal itu tentu akan memudahkan untuk melancarkan askinya.

Namun sayangnya hari ini Taehyung tidak bisa. Tidak ketika sosok Jeongguk sendiri yang kini telah berdiri dihadapannya. Dengan raut wajah kaku lelaki itu menatap Taehyung. Bibir pucatnya terkatup rapat seolah menahan sesuatu untuk keluar dari mulut.

"Koo..."

Dan Jeongguk tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menerjang kakak kelasnya itu untuk mendapatkan sebuah pelukan. Keduanya sama-sama menahan napas ketika kehangatan yang dulu rutin mereka rasakan. Rasanya sungguh melegakkan ketika Taehyung mendekap punggung Jeongguk erat.

Ia berusaha keras untuk tidak menitihkan air mata barang setetespun.

"Kak Taehyung." Lirih Jeongguk. Ia mengeratkan pelukannya seolah pelukan kali ini adalah kesempatan terakhirnya.

Taehyung lalu melepaskan pelukan itu. Mencengkram pundak Jeongguk kuat sembari menatap wajahnya. Kacau. Seperti yang Jimin ceritakan.

"Lo—

"Gue gapapa." Potong Jeongguk. Karena ia tahu Taehyung sedang sangat cemas.

"Jangan bohong." Ucap Taehyung.

"Gue gapapa."

"Jangan bohong, Jeongguk."

Saat itu juga Jeongguk kembali terjatuh dalam pelukan Taehyung. Total menggantungkan semuanya pada sosok Taehyung, satu-satunya orang yan dapat ia percaya seratus persen. Sementara kedua tangannya menggenggam tubuh Taehyung tidak kalah erat.

"Gue capek. Gue belum tidur dari kemarin. Kepala gue sakit."

"Ggukie..." Taehyung mengusap kepala lelaki itu, berusaha menenangkannya. Sembari sesekali melihat penjuru parkiran untuk berjaga-jaga.

"Kak, gue mau mati."

"No, stop." Pelukan Taehyung pun semakin erat, seakan tidak mau melepaskan tubuh yang kini melemah itu.

Jeongguk kembali menggelengkan kepalanya.

"Ada gue disini. Lo butuh apa gue kasih." Ucap Taehyung lembut sekali.

Adik kelasnya itu masih terdiam.

"Jeongguk mau apa?."

"Mau bilang makasih ke lo. Lo baik banget selama ini. Entah udah berapa banyak uang yang udah lo spent untuk gue."

"Gak usah dipikirin, please."

"Semangat ujiannya, Kak. Gue tau lo bisa. Kalo misalnya jadi kuliah diluar gue ikut senang. Jangan lupa temuin gue pas pulangnya, ya."

Ucapan Jeongguk benar-benar membuat Taehyung ingin menangis saat itu juga. Ia masih delapan belas tahun. Tapi ia sama sekali tidak tahu hal apa yang membuatnya bisa merasakan rasa sayang sebesar ini. Semuanya tampak nyata dan indah.

Begitu mudah digenggam hingga titik dimana semuanya terasa sakit. Jeongguk sedang tidak baik-baik saja dan ia menyadari hal itu. Namun disisi lain juga Taehyung merasa bingung untuk menemukan jalan keluar.

Masalah ini rasanya seperti tidak ada ujung. Apalagi ketika Taehyung juga merasa tidak berhak untuk ikut campur masalah Jeongguk dan sang ayah. Rumit. Jeongguk sendiri sudah merasa dititik akhir. Tinggal menunggu waktu untuk dirinya menyerah dengan keadaan.

Dan Taehyung tidak mau itu. Kepalanya terus berpikir bagaimana cara agar Jeongguk dapat melihat titik terang dan menggunakannya sebagai arah jalan. Sayangnya, Taehyung tidak melihat cahaya itu dalam dirinya. Memangnya apa yang bisa ia lakukan untuk Jeongguk.

Sebentar lagi ia akan pergi. Meninggalkan Jeongguk begitu saja bukanlah hal yang baik. Lalu apakah ua harus tinggal disini dan merelakan semua mimpinya dan orang tuanya. Tidak juga.

Disanalah Taehyung sadar bahwa ia hanyalah seorang yang tidak berdaya yang dipenuhi oleh kebimbangan.

"Anterin gue ke minimarket, ya, kak?. Gue ada kerjaan disana."

Suara Jeongguk kembali menyadarkan Taehyung dari lamunan gelapnya. Ia lalu menyentuh rahang Jeongguk untuk mengangkat kepalanya.

"Lo gak mau pulang aja? Katanya capek."

Jeongguk menggeleng lemas.

"Nanti uang gue dikurangin."

"Gue yang ganti. Pulang sama gue, ya?."

"Gak. Jangan kasih uang lagi."

Taehyung tergelak heran. "Kenapa?."

"Ketergantungan sama lo gak bagus." Ucapnya. Terdengar sedikit ketus.

"Lagian kenapa lo kerja disana?."

"Papa gak bisa bayar uang sekolah gue lagi. Makanya gue harus kerja."

Tubuh Taehyung total lemas.















Hope u enjoy
Dadaahhh<3

CAIM| kvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang