Eighteen

239 35 2
                                    

23:34

Mata Jimin menatap jam pada mobil secara sekilas. Langit gelap gulita dan jalanan sudah mulai sepi. Pelipisnya menempel pada kaca, menatap lampu demi lampu yang terlewat. Obrolan dua lelaki yang berada di kursi depan samar-samar terdengar. Begitupun dengan suara Namjoon yang sedang berbicara dengan seseorang di telfon.

Tiga hari ini rasanya sepi sekali. Taehyung total mengurung diri dikamarnya sejak terakhir mereka bertemu di apartement Namjoon.

Sore itu ketika Jimin keluar dari kamar, Taehyung sudah pergi. Meninggalkan Jeongguk sendiri dengan wajah kosong. Ia masih ingat ketika mata Jeongguk perlahan berkaca-kaca ketika menatapnya. Lelaki itu lalu berlari keluar dan pergi. Tepat sebelum Jimin sempat mengeluarkan sepatah kata.

Taehyung hanya bisa dihubungi sekali. Itupula sudah dua hari yang lalu. Yang Jimin dapat simpulkan adalah sahabatnya itu sedang ingin sendiri. Dan yang pasti ia tahu, hubungan Taehyung dengan Jeongguk sedang tidak baik-baik saja.

Jimin sesekali masih melihat Jeongguk di sekolah bersama Mingyu. Masih suka tersenyum dan masih suka tertawa seperti biasanya. Namun, ia terkadang menangkap Jeongguk menatapnya diam-diam. Seperti ingin menghampiri tapi enggan. Jeongguk pasti ingin menanyakan Taehyung. Secara sahabatnya itu sudah tidak pergi kesekolah selama tiga hari.

"Jimie, kamu sakit?."

Kepala Jimin sontak terangkat ketika mendengar suara Hoseok memanggil Namanya dari kursi depan. Dirinya dapat melihat wajah khawatir Hoseok melalui kaca sebelum kembali fokus pada kemudi.

"Enggak, Kak, hehe." Jimin terkekeh canggung. "Cuma capek aja."

Yoongipun ikut menoleh kebelakang, melihat keadaan Jimin. "Tidur aja dulu sebentar." Ucapnya yang dibalas oleh anggukan oleh Jimin.

Setelah itu Jimin kembali menyandarkan tubuhnya pada kursi. Ia lalu menoleh kearah Namjoon, memukul ringan lengan lelaki yang masih fokus pada telfon. Namjoon sontak menoleh. Dan ia langsung mengerti ketika Jimin sudah menunjukan wajah cemberutnya. Pacarnya itu pasti ingin sesuatu. Maka tak lama, ia memutuskan panggilan.

"Apa?."

Tubuh Jimin bergeser mendekat hingga lengan mereka saling bersentuhan. "Aku boleh turun dirumah Taehyung aja gak?." Tanyanya dengan suara berbisik tepat di samping telinga Namjoon.

"Katanya tadi mau nginap."

"Gak jadi. Mau ketemu Taehyung."

"Oke." Ucap Namjoon.

"Kamu marah?." Tanya Jimin dengan puppy eyes yang sudah pasti membuat Namjoon tidak akan berani untuk marah.

"Enggak marah." Terbukti dengan suara Namjoon yang melembut.

Maka dengan begitu Jimin menarik wajahnya sembari terkekeh senang. Ia sungguh tidak sabar untuk kembali menghabiskan waktu dengan Taehyung.

━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━

"Seok, mampir minimarket bentar, ya."

Mobil itu lalu berhenti disebuah minimarket 24 jam yang terletak tidak jauh dari perumahan rumah Taehyung. Namjoon turun dari mobil dan berjalan ke dalam dengan Langkah santai. Tujuannya hanya satu, yaitu membeli sebotol air mineral karena tenggorokannya terasa kering sekali.

Tubuhnya menyusuri rak minumam dan mengambil dua botol air mineral. Setelah itu ia berjalan menuju kasir. Ketika orang berada didepannya pergi, Namjoon lantas terdiam ketika menatap wajah kasir minimarket itu.

"Jeongguk?."

Mata Namjoon menelusuri seluruh wajah lelaki itu. Kacau. Jeongguk terlihat kacau sekali. Wajahnya penuh luka dan lebam. Dua luka dibagian dahi, sobekan dibagian bibir, dan lebam dibagian rahang.

CAIM| kvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang