Four

433 56 0
                                    

Tw // mention abuse

Paginya, Taehyung terbangun saat jam menunjukan pukul Sembilan pagi. Kamar itu sudah diterangi oleh sinar matahari, berbeda dengan semalam yang suasananya gelap. Mata Taehyung menyipit karena silau. Sisi sebelahnya tentu saja sudah kosong. Ia tidak heran. Jeongguk memang selalu bangun pagi. Mau selarut apa dia tidur, pasti lelaki itu akan bangun pagi sekali.

Dan hal itu terbukti lagi pagi ini. Ketika Taehyung mendudukan tubuhnya dan berusaha untuk mengumpulkan kesadaran, matanya langsung menangkap sosok Jeongguk yang sudah melakukan olahraga berupa sit up dilantai dekat jendela.

Sinar matahari yang berwarna oranye itu telak menyinari tubuh topless milik Jeongguk. Terdiam sebentar, Taehyung tersenyum tipis. Jarang sekali bisa menikmati pagi seperti ini. Dimana orang yang pertama kali ia lihat saat bangun tidur adalah kekasihnya sendiri. Sebuah perasaan menggelitik sontak menyerang tubuh Taehyung.

"Gguk, belum capek?." Tanya Taehyung, menatap tubuh Jeongguk yang tidak berhenti bergerak.

"Udah." Jawab Jeongguk dengan suara tercekat. Ia lalu membaringkan tubuhnya dilantai guna mengatur napasnya yang berantakan.

"Kita cari makan diluar aja, ya?."

Maka sejak pagi, mereka berdua sudah berkeliaran diluar. Benar-benar melupakan sekolah dan beralih menyusuri kota dengan motor besar kesayangan Taehyung. Bedanya, kini Jeongguk yang mengemudi. Kepala mereka tertutup oleh helm, menjadikan tidak ada yang mau memulai pembicaraan.

Setelah bingung dengan rute yang akan ditempuh, Jeongguk akhirnya menghentikan motornya tepat pada tepi danau buatan yang sedikit menyeramkan kalau boleh jujur. Taehyung melompat turun dan melepas helmnya. Matanya lalu mengedar ke permukaan air yang Nampak tenang itu.

Ukurannya tidak besar, namun memerlukan sebuah perahu kecil untuk mencapai seberang. Pepohonan hijau yang mengelilingi juga membuat suasana semakin menakutkan. Apalagi Ketika sepi seperti ini. Hanya suara serangga dan suara napas mereka sendiri yang dapat didengar.

"Lo takut, ya, kak?." Tanya Jeongguk, nadanya seperti ingin tertawa.

Taehyung berdecak. "Iya, lah. Liat aja tempatnya seram gini."

"Payah."

Mata Taehyung sontak melebar setelah mendengarnya. Ia lalu menatap Jeongguk yang sudah duduk di atas rerumputan hijau itu. Mau tak mau, Taehyung juga ikut duduk disebelah Jeongguk walau sempat ragu. Perlahan, Taehyung dapat duduk dengan nyaman sambil menikmati ketenangan yang melingkupi dirinya.

Tepat dihadapannya, permukaan air Nampak tenang sekali. Perasaan tenang langsung menyergap begitu saja. Mungkin itu tujuan Jeongguk membawa mereka kesini. Untuk mencari ketenangan. Karena jujur, baik Jeongguk maupun Taehyung memang butuh ketenangan sebagai distraksi dari dunia yang sebenarnya.

Mereka terlampau mengerti satu sama lain. Taehyung tahu bahwa Jeongguk sedang tidak baik-baik saja. Luka didahi lelaki itu bahkan sudah mengungkap semuanya. Jeongguk sakit, luar dan dalam.

"Ggukie."

"Ya, kak?."  Jeongguk balas menoleh, menatap Taehyung.

Senyuman Taehyung lantas terbit, membawa kehangatan ke hati Jeongguk. "Kok ngelamun?."

"Gapapa." Kepala Jeongguk lalu tertunduk.

Tanpa berpikir Panjang, Taehyung segera merangkul Pundak Jeongguk dan menepuknya perlahan. Berusaha menyalurkan kenyamanan di antara keduanya. Tangan Jeongguk lalu meraih tangan kanan Taehyung menganggur, mengenggamnya erat. Tangan Jeongguk bergetar dan Taehyung menyadarinya.

Jeongguk sedang ketakutan. Takut untuk melangkah, takut untuk pergi, dan takut untuk pulang. Ia menggenggam tangan Taehyung bagai ia menggenggam harapan terakhir dalam hidup.

"Kak, Taehyung."

"Ya?." Suara Taehyung terdengar halus sekali.

"Papa pukul gue pakai botol minuman keras semalam. Untung Cuma kena sedikit." Ucap Jeongguk ringan, seakan tidak berarti apa-apa.

Taehyung yang mendengarnya tentu miris. Namun ia berusaha untuk tetap memberikan aura positif di hadapan Jeongguk. "Lukanya udah gak sakit, kan?.

"Enggak."

"Good." Bisik Taehyung.

"Tapi gue takut pulang."

"Nanti gue anterin sampai depan rumah, ya. Kalau ada sesuatu telfon gue. Jangan takut."

Jeongguk mendongakkan kepalanya, menatap yang lebih tua tepat dimata. Bola matanya bergetar. Masih tidak menyangka bahwa tuhan mengirimnya orang sebaik Taehyung. Terasa nyata dan dapat ia genggam.

"Gue harus ngapain untuk balas semua kebaikan lo, kak?."

Taehyung hanya tersenyum. "Tetap disini sama gue. Tahan sedikit lagi, oke?."

Dengan senyum diwajahnya, Jeongguk mengangguk pelan. "Sayang kak Taehyung."

Dan bibir Jeongguk sukses mendarat di atas bibir Taehyung.

━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━

Rencananya, Jeongguk baru akan kembali ke rumah besok setelah pulang sekolah. Namun sesuatu mengagalkannya. Hari sudah hampir malam dan mereka benar-benar dibuat terpaku.

Ketika motor Taehyung masuk ke jalan dimana rumahnya terletak, sesuatu menghentikan laju motor secara mendadak. Tak jauh dari rumahnya, motor Taehyung berhenti. Keduanya menatap sebuah mobil yang terparkir digarasi dengan detak jantung yang berpacu. Yang katanya kembali lusa, ternyata bohong.

Jeongguk segera menaikan kaca helmnya. "Kak, gimana?."

Otak Taehyung buntu. Membawa Jeongguk masuk ke dalam rumah disaat orangtuanya sedang pulang adalah pilihan yang buruk. Mereka bisa saja menanyakan hal yang aneh-aneh. Dan Taehyung tidak mau itu terjadi.

"Gue pulang aja, ya, kak?."

"Gak!." Taehyung sontak menyakut tidak terima. Bayangan sosok ayah Jeongguk terus terputar dikepalanya.

"Gapapa. Gue bisa naik bus-

"Enggak, Jeongguk!."

"Terus gimana?."

"Lo bawa motor gue. Jangan pulang kerumah malam ini. Tidur di tempat Mingyu dulu."

Jeongguk terdiam, bingung dengan semuanya.

"Pergi sekarang, Gguk. Jangan lupa telfon gue."

Taehyung akhirnya turun dari motor. Menatap Jeongguk sebentar lalu berjalan lurus menuju rumahnya. Tanpa mengucapkan selamat tinggal sama sekali.



 Tanpa mengucapkan selamat tinggal sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

















Hope u enjoy. Love uuuu<3

CAIM| kvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang