Thirteen

225 35 0
                                    

Taehyung benar-benar membawa Jeongguk pulang kerumahnya. Secara adik kelasnya itu tetap tidak mau memberikan alamat rumah. Mau tidak mau Taehyung yang harus inisiatif. Daripada membiarkan Jeongguk mati dijalan. Tapi, Taehyung sebenarnya juga heran kenapa dia begitu peduli hingga secara suka rela memberikan tumpangan. Dan ini bukanlah yang pertama kali.

Sosok Jeongguk sendiri juga bisa dibilang misterius. Pendiam, tertutup, dan selalu tampak gugup setiap ia menatapnya. Mata Jeongguk juga selalu enggan untuk menatap dirinya. Jeongguk Nampak ketatukan setiap saat. Apalagi saat lelaki itu dikelilingi oleh banyak orang. Pernah sekali Taehyung tidak sengaja menangkap sosok Jeongguk yang sedang berdiri kaku dengan tubuh sedikit gemetar dipinggir kerumunan lapangan sekolah. Beruntung, Mingyu menghampirinya.

Mata Taehyung menatap kaca spion sekilas, menatap Jeongguk yang hanya diam termenung dibelakang. Wajahnya yang pucat membuat Taehyung khawatir. Ia juga sebenarnya tidak yakin apakah adik kelasnya itu sedang baik-baik saja atau tidak. Namun, jika mengingat kondisi Jeongguk yang berjalan sendirian malam-malam begini, sepertinya lelaki itu sedang tidak baik-baik saja.

Lima belas menit kemudian, motor Taehyung memasuki garasi rumahnya. Jeongguk lantas turun setelah Taehyung mematikan mesin motor. Dengan mulut terkatup rapat, mata Jeongguk memerhatikan Taehyung mulai dari melepas helm hingga melepas jaket.

"Ayo masuk."

Rumah Taehyung sudah tidak begitu asing lagi bagi Jeongguk, mengingat ini bukanlah pertama kalinya ia menginjakan kaki disini. Sepertinya hari ini orangtua Taehyung sedang tidak berada dirumah. Hal itu terlihat dari sikap Taehyung yang tenang-tenang saja saat membawa Jeongguk memasuki rumah.

"Jung, lo ke atas duluan aja. Gue mau ambil sesuatu dulu." Ucap Taehyung.

Satu kaki Jeongguk sudah menginjak anak tangga pertama saat Taehyung berlalu menuju dapur. Jeongguk menatap sosok itu sebentar berulah ia menaiki anak tangga satu persatu hingga sampai dikamar Taehyung.

Jeongguk meletakkan tasnya diatas sofa dan langsung membuka seragam sekolahnya, meninggalkan sebuah kaus hitam yang membungkus tubuhnya. Karena tidak berani melakukan banyak hal dikamar Taehyung, ia lalu hanya duduk manis disofa sembari memainkan ponsel.

Taehyung lalu datang dengan sekotak pizza dikedua tangannya. Jeongguk yang melihat itupun lantas bertanya-tanya.

"Ini ada sisa dua slice. Dimakan, ya. gue mau mandi."

Seketika sekotak pizza tergeletak begitu saja dihadapan Jeongguk.

Malam mereka terasa biasa saja. Tidak ada obrolan penting yang dapat membuat hati keduanya bergejolak. Kecuali saat waktu tidur tiba dan mereka mau tidak mau harus berbaring berdampingan. Jujur saja tubuh Jeongguk terasa kaku sekali. Dirinya hanya menatap langit-langit kamar sambil berharap akan tertidur duluan. Namun, nyatanya Taehyung juga kesulitan tertidur karena kehadiran Jeongguk disebelahnya.

━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━

Pagi-pagi sekali Taehyung dan Jeongguk sudah duduk berdampingan didalam mobil. Keduanya sengaja bersiap dari pagi karena mereka harus kembali bersekolah hari ini. namun, sebelum itu Taehyung perlu mengantar Jeongguk kerumahnya terlebih dahulu.

"Dimana alamat lo?. Kalau gak jawab gue marah."

Sial. Kalau begini Jeongguk harus memberi tahu alamat rumahnya. Setelah diam beberapa saat, Jeongguk akhirnya bicara juga.

Taehyung tahu daerah rumah Jeongguk. Memang agak jauh kalau dari sekolah. Entah bagaimana nasib Jeongguk jika malam itu Taehyung tidak mengantarnya pulang.

Tubuh Jeongguk menegang ketika Taehyung memberhentikan mobilnya tepat didepan sebuah rumah yang sudah terlihat tua dan tidak terurus. Sebelum ia menyuruh Jeongguk untuk turun, Taehyung sempat melihat rumah itu dengan seksama. Rumah itu memang memberikan kesan seran ketika dilihat. Mungkin ini alasan Jeongguk tidak mau membagi alamatnya.

"Kak Taehyung, makasi, ya." ucap Jeongguk. Dirinya menatap Taenyung gugup.

Taehyung lantas tersenyum. "No prob, Jung."

"Gue turun, ya. See you, kak." Jeongguk menyampirkan tasnya dipundak lalu membuka pintu mobil dan membuka pagar untuk memasuki rumah. Benar-benar mengabaikan detak jantungnya yang berdetak keras.

Sayangnya, saat itu Taehyung tidak langsung menjalan kembali mobilnya karena sang ibu menelpon. Ia segera mengambil ponsel didalam saku celana.

"Ya, kenapa, ma?." Satu tangan Taehyung masih menggenggam kemudi saat ia mengangkat telpon.

"Tumben udah bangun? Biasanya jam segini masih tidur."

Taehyung terkekeh mendengar ucapan ibunya. "Iya, tadi kebangun terus gak bisa tidur lagi."

"Yaudah. Siap-siap, ya. Jangan sampai telat."

Ditengah percakapan Taehyung dengan sang ibu, telinganya tak sengaja mendengar suara debuman yang berasal dari rumah Jeongguk. Suara itu terdengar samar karena kondisi mobil yang tertutup. Namun, Taehyung masih mendengarnya. Suara debuman itu terdengar beberapa kali dan diikuti oleh suara teriakan seseorang seolah meminta untuk berhenti.

"Besok mungkin mama baru sampai rumah."

"Ma, Taehyung tutup dulu, ya? kebelet, nih."

"Iya, iya. Jangan lama-lama, ya, nanti telat."

Dengan begitu Taehyung langsung mematikan sambungan telepon. Dengan penasaran, matanya menelisik rumah Jeongguk seksama, mencoba mencari sumber suara. Taehyung takut terjadi sesuatu yang dapat membahayakan dirinya. Karena suara itu tidak terdengar lagi, Taehyung memilih untuk menurunkan kaca mobilnya dan kembali menelisik rumah Jeongguk.

"Jeongguk semalam gak bisa pulang!." Seseorang berteriak dari dalam rumah. Jeongguk.

Tubuh Taehyung sontak terdiam, berusaha mencerna semuanya. Sepertinya Jeongguk sedang terlibat pertengkaran entah dengan siapa yang ada didalam rumah tua itu.

"Pa! jangan pukul lagi!." Teriakan Jeongguk kembali terdengar diikuti oleh suara pintu yang terbanting, membuat mata Taehyung melebar.

Tubuh Taehyung bergetar. Ia ingin segera pergi dari sana secepatnya tapi disisi lain ia juga merasa bahwa Jeongguk membutuhkan bantuannya. Alhasil, Taehyung hanya terdiam disana.

"Anak kurang ajar!." Suara seorang pria kini terdengar.

Dan mata Taehyung menangkap sosok Jeongguk yang berlari keluar dengan tas ransel yang tadi ia bawa. Jantung Taehyung semakin berpacu ketika melihat Jeongguk terlihat kesulitan saat membuka pagar rumah. Beruntung, lelaki itu berhasil.

"Jung, lo gapapa!?."

"Kak, tolongin gue. Ayo pergi."

Jeongguk lalu berlari ke sisi mobil yang lain. Membuka pintu penumpang dan duduk disana dengan napas berantakan.

"Jeongguk..."

Taehyung terdiam menatap Jeongguk dengan bola mata bergetar. Ia baru menyadarinya.

Dahi Jeongguk sudah berhiaskan darah segar.












Hope you enjoy~
Love you so matchaa<3

CAIM| kvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang