Jeongguk menatap Taehyung tanpa perasaan bersalah sama sekali. Napasnya berhembus berat, menaruh seluruh atensinya pada sosok Taehyung yang sudah membeku ditempat.
Ruangan seketika terasa panas. Perasaannya serasa dicampur aduk hingga tidak bisa dijelaskan dalam kata-kata. Namun satu hal yang Taehyung sadari. Tatapan Jeongguk masih lembut, seolah tidak memancarkan kebencian sama sekali. Dan Taehyung mulai bertanya-tanya alasan Jeongguk melakukan ini semua jika bukan karena lelaki itu mulai membenci dirinya.
"Jangan bercanda."
Jeonggukpun memutuskan pandangannya, beralih menatap kedua telapak kakinya yang berpijak diatas karpet abu-abu gelap. "Gak bercanda, Kak."
"Terus kenapa?. Lo udah gak suka gue?. Gue ngeselin, ya?." Tanya Taehyung bertubi-tubi. Matanya memancarkan kesedihan yang kentara sekali.
Dengan cepat Jeongguk menggeleng. Dirinya lalu melangkah mendekati tubuh Taehyung. Membuat tubuh mereka kini hanya berjarak dua Langkah saja.
"Gue dengar omongan lo sama Jimin di kantin."
Saat itu juga Taehyung mendongak. Menatap Jeongguk dengan bola mata yang terbuka lebar. Perkataannya pasti ada yang menyakiti Jeongguk secara tidak langsung. Walau ia sendiri tidak tahu perkataannya yang bagian mana. Namun apapun itu, keinginan Taehyung untuk segera meminta maaf semakin besar.
"Putus aja, ya, kak?." Kini tatapan Jeongguk menggelap. Dirinya masih menatap Taehyung dengan seksama. Benar-benar menyaksikan bagaimana perubahan ekspresi kakak kelasnya itu.
Kepala Taehyung menggeleng cepat. "Alasan lo gak jelas, bangsat."
"Gue gak mau jadi beban buat lo!." Seru Jeongguk. "Setiap lo mau melakukan sesuatu, lo pasti mikirin gue dulu. Gue buat diri lo jadi gak bebas."
"Terus kenapa, Jeongguk!?." Seru Taehyung dengan suara yang tidak kalah kuat. "Lo bukan beban buat gue. Gue sama sekali gak merasa terbebani."
"Gue tetap mau putus."
"No."
"Break."
"Oke." Ucap Taehyung pada akhirnya.
Kedua matanya jelas berkaca-kaca dan Jeongguk menyadari itu. Ia sekuat tenaga untuk tidak menarik tubuh Taehyung untuk dipeluk saat ini.
"Kalau gitu, gue pulang."
Taehyung menatap Jeongguk sejenak, sebelum akhirnya membalikan tubuhnya dan berjalan menuju pintu. Ketika telapak tangannya menyentuh gagang pintu yang dingin, ia sempat menoleh sebentar. Masih dengan senyum tipisnya, Taehyung menatap Jeongguk yang juga sedang menatapnya.
"Hari ini pulang sendiri, ya?. Kalau dirumah ada masalah telfon gue." Ucap Taehyung sebelum keluar dari kamar tamu.
Tubuhnya sontak terasa lemas sekali. Perkataan Jeongguk masih terputar jelas dikepalanya. Sakit dan kecewa benar-benar bercampur menjadi satu. Tanganya Taehyung lalu meraih tas sekolahnya, menyampirkannya dipundak dan berjalan menuju pintu apartement dengan Langkah pelan.
Sementara Jeongguk. Ia masih berdiri disana tanpa bergerak sedikitpun. Seketika karpet yang ia pijak Nampak buram. Dan perlahan, air mata mulai berkumpul dipelupuk mata. Jeongguk menangis. Taehyung telah pergi. Taehyung merasa buruk karena dirinya. Ia merasa seperti orang paling bodoh di dunia.
Tanpa sepengetahuannya, Taehyung disana juga menumpahkan air matanya. Di dalam mobil, seorang diri, dengan kepala yang bertumpu pada stir mobil.
Keduanya memang masih muda. Bodoh dan gegabah. Namun dalam lubuk hati masing-masing mereka percaya bahwa ini adalah pelajaran. They're letting go of each other, slowly. For their own good.
Maaf pendek🥺
KAMU SEDANG MEMBACA
CAIM| kv
FanfictionCAIM ; sebuah lingkaran perlindungan yang tak terlihat, digambar di sekitar tubuh dengan tangan, yang mengingatkan seseorang bahwa ia aman dan dicintai, bahkan disaat-saat tergelap. Hanya sebuah kisah tentang Jeongguk dan Taehyung dalam menciptakan...