Eleven

261 35 1
                                    

Seperti yang dijanjikan, Taehyung akan menginap dirumah Jeongguk untuk beberapa hari kedepan hingga ayahnya kembali.

Maka dari itu, setelah pulang sekolah, Taehyung langsung menarik Jeongguk untuk mampir kerumahnya sebentar. Rencananya, Taehyung hendak mengemas beberapa pakaian dan alat mandi untuk dibawa ke rumah sang pacar.

Jeongguk sedari tadi hanya duduk di atas tempat tidur dan menatap Taehyung yang masih memasukan beberapa helai pakaian ke dalam tas. Hari masih sore, karena mereka segera pulang dari sekolah tanpa jalan-jalan terlebih dahulu seperti biasanya.

Hujan baru saja reda. Langit masih gelap dan suhu dingin sudah terasa menusuk kulit sedari tadi. Taehyung melilitkan selimut ditubuhnya dengan erat guna melawan suhu dingin.

"Koo, kenapa?." Taehyung akhirnya menoleh juga. Alahkah terkejutnya ia ketika menyadari raut wajah kaku Jeongguk. Bibirnya terlihat pucat dan mengatup rapat. Kedua tangan lelaki itu kini mengepal erat di atas kakinya yang bersila.

"Dingin." Ucap Jeongguk pelan dengan raut wajah paling menggemaskan.

Demi tuhan, Taehyung merasa buruk sekali saat sebuah tawa keluar dari mulutnya. Pantas saja Jeongguk hanya diam sedari tadi. Biasanya pacarnya itu akan mengoceh tentang bagaimana harinya atau bahkan kelakuan bodoh Mingyu. Taehyung tersenyum tipis sambil menatap tubuh Jeongguk yang menggigil.

"Selimutnya Cuma satu."

Mendengar itu Jeongguk terdiam sebentar. Lalu barulah ia beranjak dari tempat tidur, berjalan mendekati Taehyung yang sedang berdiri didepan lemari. Dengan santainya, Jeongguk membuka lilitan selimut ditubuh Taehyung dan memeluk tubuh itu dengan erat. Kepalanya terjatuh tepat pada Pundak Taehyung.

Taehyung lantas terkekeh, kembali melilitkan selimut itu ditubuh keduanya. Tangannya lalu bergerak untuk mengusap kepala Jeongguk dengan halus. Dapat ia rasakan tubuh Jeongguk yang mulai menghangat melalui kulit mereka yang saling bersentuhan.

"Kak Taeyung..."

"Ya?."

"Nanti beli pizza, boleh?."

Sebuah tawa kembali keluar dari mulut Taehyung. Jeongguk memang begitu menggemaskan kapan dan dimana saja. Apalagi dengan posisi saling berpelukan seperti ini. Rasanya Taehyung ingin melingkarkan lengannya pada tubuh Jeongguk terus menerus. 

"Boleh. Tapi sekarang lepas dulu, ya?. Barang-barang gue masih berantakan, tuh."

Dan mau tidak mau, Jeongguk mengangkat kepalanya guna menatap barang milik Taehyung yang belum masuk ke dalam tas. Dirinya lalu melepaskan pelukan dengan enggan, membiarkan Taehyung melanjutkan kegiatannya.

━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━

Jeongguk mendorong pintu rumahnya untuk mempersilahkan Taehyung masuk. Ketika pintu terbuka dan senyuman Jeongguk mengembang, hal yang pertama kali Taehyung lihat adalah kegelapan yang seakan menelan seluruh isi rumah. Parahnya, Taehyung takut gelap. Bulu kuduknya sontak meremang. Dan ia belum masuk ke dalam, masih berdiri di ambang pintu dengan tas menggantung dipundak.

"Ayo, masuk." Jeongguk menggenggam tangan Taehyung, membawanya masuk ke dalam.

Setelah menutup pintu, Jeongguk mengambil alih ransel yang Taehyung bawa dan membawanya kepundaknya sendiri.

"Gelap..." Ucap Taehyung pelan, suaranya sedikit bergetar karena takut.

Jeongguk tahu, pacarnya itu memang takut dengan gelap. Perasaan bersalah langsung menyerang Jeongguk ketika matanya menatap raut wajah ketakutan itu. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menghidupkan satu lampu yang berada diruang tengah. Rumahnya masih terlihat gelap dan suram. Namun setidak ada sedikit penerangan ditengah.

CAIM| kvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang