tw // Suicide
Jemari Taehyung rasanya hangat sekali saat Jeongguk genggam. Membuat senyuman yang ada diwajahnya semakin mengembang. Lelaki itu memang sedang tidak melihat ke arahnya, namun entah kenapa ia bisa yakin bahwa sosok itu tidak akan pergi kemanapun dan akan selalu akan tetap disini hingga nanti.
Taehyung pasti pergi, kan?. Walaupun itu bukan rencana sebenarnya, tapi Taehyung pasti pergi juga, kan?. Karena, Jeongguk sadar bahwa hidup lelaki itu bukan hanya tentang dirinya. Suatu hari nanti, ia juga harus bisa survive tanpa bantuan Taehyung.
Hari ini setelah Jeongguk menyelesaikan pekerjaannya di minimarket, Taehyung mengajaknya untuk bermalam dirumah. Tentu saja Jeongguk setuju. Ia sendiri juga sedang malas pulang. Ayahnya pasti sedang mabuk berat malam ini.
Maka merekapun merasa sangat tidak sabar untuk menghabiskan waktu bersama lagi seperti biasanya.
"Kak Taehyung."
Taehyung menggumam. Kepalanya menoleh untuk menatap adik kelasnya itu. "Kenapa?."
"Lo tesnya kapan?."
"Tiga hari lagi." Suara Taehyung terdengar lesu sekali.
Kepala Jeongguk mengangguk pelan. Tidak bisa dipungkiri ia juga merasa sedih. Sangat sedih malah. Yang ada dipikirannya saat ini hanya bagaimana hari-harinya nanti tanpa Taehyung. Dan bagaimana hari-hari Taehyung tanpanya?.
Akankah semua berubah menjadi lebih baik?. Untuk Taehyung, mungkin. Tapi untuk Jeongguk, hidupnya benar-benar berubah menjadi neraka dalam sekejap.
"Good luck."
Taehyung bedecak kesal. Ia lalu berpindah tempat dengan tiba-tiba. Kemana lagi jika bukan ke pangkuan Jeongguk. Napasnya tercekat saat merasakan tubuh berat berada dipangkuan. Sudah lama sekali mereka tidak sedekat ini. Hal itu diam-diam membuat Jeongguk tersenyum.
"Kangen."
Jeongguk sontak tertawa. Ia lalu membawa kedua lengannya untuk dilingkarkan disekitar pinggang Taehyung.
"Sama."
"Lo juga kenapa minta putus?." Tanya Taehyung dengan nada kesal.
"Kak..."
"Iya, iya. Maaf."
"Kalo nanti gue jadi pergi, anterin gue sampai bandara, ya?."
Jeongguk sempat terdiam saat Taehyung bertanya hal itu. Memangnya sanggup? Bisa-bisa Jeongguk akan menangis meraung-raung dan menahan kaki lelaki itu untuk pergi. Atau mungkin Jeongguk akan menyelundupkan dirinya di dalam koper Taehyung. Siapa tahu, kan? Namanya juga remaja bodoh seperti dirinya.
"Gak sanggup gue."
Taehyung mengangkat kepalanya. Menatap Jeongguk dengan mata menyipit. "Kenapa, sih?."
"Gue malu nangis ditempat umum."
"Bayi!." Seru Taehyung kuat.
Tangannya lalu terangkat untuk menangkup kedua pipi Jeongguk dan memainkannya hingga bibirnya maju kedepan. Ia terkekeh gemas dan tanpa sadar mengecup bibir itu sekilas.
Jeongguk tentu saja terkejut. Mata bulatnya menatap Taehyung horror.
"Kenapa? Biasanya lo minta cium terus, kan."
"Tapi—
"Gak peduli."
Taehyung lalu kembali mengecup bibir itu beberapa kali. Habya ciuman kecil yang manis. Cukup membuat keduanya sedikit puas. Merekapun tertawa disela-sela ciuman. Saling membagi hangat di malam yang dingin.
Malam itu, senyuman Taehyung dan Jeongguk tidak pernah pudar sama sekali.
━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━
Jeongguk menghembuskan napasnya yang terasa sangat berat. Ia lalu melempar ponselnya ke tempat tidur. Tangannya total bergetar hebat. Matanya tidak bisa fokus sedari tadi. Bahkan hanya untuk membalas pesan Taehyung saja matanya terasa sangat berat.Napasnya semakin memburu saat tangannya meraih sebuah pisay dapur yang berada dimeja. Air matanya seketika berlomba-lomba untuk keluar. Disertai oleh teriakan pilu, Jeongguk mengarahkan sisi tajam itu ke pergelangan kirinya.
Namun ketika pisau itu menyentuh kulitnya, sebuah dentingan notifikasi muncul. Total membuat atensinya berpindah.
Hey yall im back
Hope u enjoy this chapter ya
Love yuuu<3
KAMU SEDANG MEMBACA
CAIM| kv
FanfictionCAIM ; sebuah lingkaran perlindungan yang tak terlihat, digambar di sekitar tubuh dengan tangan, yang mengingatkan seseorang bahwa ia aman dan dicintai, bahkan disaat-saat tergelap. Hanya sebuah kisah tentang Jeongguk dan Taehyung dalam menciptakan...