Nine

293 37 1
                                    

Setelah pertemuan pertama mereka yang bisa dibilang kurang baik, karena kondisi Jeongguk saat itu sedang kacau. Tubuhnya lemas, darah mengering dilengannya, dan jangan lupakan suasana hatinya yang rusak. Malam itu, pertemua mereka bukanlah pertemuan yang baik.

Jeongguk yang tidak berani berbicara dan Taehyung yang terus bertanya-tanya kenapa lelaki itu tetap diam ketika ditanya sesuatu. Hanya beberapa senyuman kecil yang dilayangkan oleh Jeongguk agar dirinya tidak terlihat begitu congkak. Padahal kenyataannya, Jeongguk hanya merasa malu. Taehyung adalah sosok yang ia kagumi selama ini.

Ketika ia menyaksikan bahwa Taehyung peduli terhadapnya, hati seolah dilahap api yang membuat seluruh tubuhnya memanas.

Namun, setelah itu keduanya kembali menjadi orang asing yang tidak mengenal satu sama lain. Selain karena memang mereka jarang bertemu, rasa enggan Taehyung untuk kembali menyapa Jeongguk juga menjadi alasan. Ia merasa tidak nyaman saja dengan sikap Jeongguk yang selalu diam dengan mulut terkunci saat diajak berbicara. Kemudian Jeongguk, ia sungguh malu untuk menemui Taehyung.

Sore itu, tepatnya di hari rabu, ketika mayoritas murid mengikuti kegiatan eksul, Jeongguk duduk sendiri diperpustakaan, tepatnya disebuah meja yang berada di pojok. Sekalian menunggu Mingyu yang sedang mengikuti ekskul drama, Jeongguk memilih menyelamatkan diri dari suhu panas menyengat dari luar.

Sebuah buku dengan kondisi terbuka tergeletak dihadapan Jeongguk. Tadi ia memang sengaja mengambilnya sebagai alasan berdiam diri diperpus. Padahal, tidak tahu juga apa isi buku tersebut. Sedari tadi Jeongguk hanya menatap ponselnya sambil sesekali membalik halaman buku.

Suasana begitu tenang hingga sebuah suara gaduh terdengar dari bangku yang terletak dihadapan Jeongguk. Kepalanya sontak mendongak untuk memastikan apa yang terjadi.

Oh.

Mata Jeongguk seketika melebar, mulutnya terbuka, dan detak jantungnya yang langsung berpacu bagai dikejar-kejar sesuatu. Kedua telapak tangannya mengepal kuat seiring dengan pergerakan orang dihadapannya. Kim Taehyung. Lelaki itu duduk dengan santainya disana. Tas dan jaketnya berada di atas meja. Terlihat berantakan tapi Jeongguk tidak peduli. Sosok Taehyung sendiri sudah berhasil menangkap seluruh atensinya.

"Kok sendirian aja?." Tanyanya.

Entah apa yang telah terjadi tapi mengapa suara Taehyung terdengar lebih berat dari biasanya. Apakah ini hanya perasaan Jeongguk saja? Tidak tahu. Suara itu terdengar halus namun berat, seolah memanggil Jeongguk untuk kembali ke dunia nyata.

"I-iya, Kak. Lagi nunggu Mingyu."

Taehyung menatap Jeongguk. "Mingyu yang sering bareng lo itu, ya?." Tangan Taehyung membuka tas ranselnya, mengambil sebuah buku tebal yang Jeongguk yakini sebagai buku Latihan soal.

Hanya sebuah anggukan yang Jeongguk berikan. Melihat itu, Taehyung lalu tersenyum tipis. Tuh, kan. Jeongguk memang sulit sekali untuk diajak mengobrol. Kalau begini terus keduanya bisa dilanda kecanggungan dan kegiatan ekskul baru akan selesai sekitar satu jam lagi. Demi tuhan, Taehyung hanya perlu teman mengobrol. Hitung-hitung agar dirinya tidak jenuh saat mengerjaan soal Latihan.

"Berarti teman lo satu ekskul sama teman gue, dong. Tau Jimin, kan?."

Jimin. Tentu saja nama lelaki itu tidak asing. Sesuai yang Jeongguk dengar, Jimin adalah sosok yang selalu menemani Taehyung kemana saja lelaki itu pergi. Dimana ada Taehyung pasti ada Jimin. Ya, begitulah. Itu semua terbukti ketika Jeongguk dengan sengaja mencari keberadaan Taehyung disekolah.

"Mereka selesai sekitar satu jam lagi. Lo mau disini sampai nanti?."

Jeongguk lagi-lagi mengangguk.

"Kalau gitu temani gue disini, ya. Gue butuh teman ngobrol."

Keduanya lalu kembali terdiam. Taehyung yang sudah mulai fokus mencoret-coret bukunya dengan rumus dan Jeongguk yang mau tidak mau harus membaca buku yang ada dihadapannya itu. katakan Jeongguk susah fokus. Karena matanya selalu saja melirik sosok Taehyung. Jeongguk sampai sebal dengan dirinya sendiri karena tidak bisa mengalihkan matanya.

Setelah satu tarikan napas, Jeongguk kembali menatap bukunya. Namun setelah tiga puluh detik, matanya kembali melirik sosok Taehyung. Lelaki itu masih fokus mengisi soal-soal yang pasti membuat kepala pusing. Disini Jeongguk mengerti bahwa memang sangat sulit untuk mengontorl diri ketika orang yang disukai hanya berjarak beberapa jengkal dari dirinya. Dunia rasanya penuh oleh bayangan Taehyung. Agak lebay memang.

"Lo baca buku itu juga, Gguk?." Taehyung tiba-tiba bertanya, membuat Jeongguk gelagapan. Setelah meletakkan pensilnya diatas meja, Taehyung kembali menatap Jeongguk. "Bagus, kan. Gue baru aja selesai baca buku ini minggu kemarin."

Jeongguk hanya berdiam disana sambil terus merapalkan kata 'mampus' pada dirinya sendiri.

"Gue paling suka waktu oragtuanya ngerelain anaknya pergi untuk berkarir diluar negeri. Disitu percakapannya sedih banget." Ucap Taehyung antusias. Terlihat dari binar matanya yang begitu terang. Jeongguk tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum.

"Lo udah baca sampai mana?."

Jeongguk sontak panik. Dirinya lalu menatap halaman yang terpampang didepannya. Dengan cepat membaca paragraph kedua dengan asal.

"Sampai anaknya diterima kerja."

Taehyung Nampak tersenyum lebar. Lelaki itu lalu mencodongkan tubuhnya ke arah Jeongguk. "Sini gue kasih bocoran."

Dan Jeongguk menunggu dengan seksama.

"Nanti karir anaknya bakal hancur karena orangtuanya sendiri. Mereka sengaja datang untuk mengacau diperusahaan tempat anaknya kerja sampai dipecat. Tau, gak, kenapa?."

Jeongguk menggeleng kaku. Merasa penasaran namun gugup.

"Karena orangtuanya terlalu posesif. Mereka gak mau anaknya jauh dari rumah. Akhirnya, anaknya bunuh diri karena stress dan depresi."

"Lo... baru aja bocorin sampai ceritanya selesai?."

Sontak Taehyung tergelak. Bodoh. "Iya, juga..." Matanya lalu memandang ke arah lain, menghindari mata bulat Jeongguk.

Jeongguk terkekeh kecil. "Gapapa, kak."

"Tapi jadi gak seru."

"Seru, kok. Apalagi lo yang ceritain, ceritanya jadi lebih seru."

Menyadari ucapannya, mata Jeongguk langsung melebar karena terkejut. Sial, apa yang baru saja ia katakan?. Sementara Taehyung, ia lantas terdiam dengan pipi yang perlahan memerah.














Have a nice day yall. Dont forget to smile
I love uuu<3

CAIM| kvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang