Manten

80 10 1
                                    

Elsa mengibas ngibaskan tangannya didepan wajahnya. Ia yakin wajahnya memerah karena terasa panas.

"Astaghfirullah, Elsa khilaf ya allah!"gumam Elsa sambil memegang kedua pipinya mengingat keberaniannya yang sangat diluar kendali.

"Taxi mana sih kenapa gak ada satupun yang lewat"cemas Elsa tak sabaran sambil celingak celinguk.

Sudut matanya menangkap siluet Dewa berjalan ke arahnya.

"Ya allah Tolong Elsa!!" siapapun tolong Elsa ia ingin menghilang sekarang juga.

Langkah kaki Dewa terasa horor dipendengaran Elsa.

5 m

4 m

3 m

2 m

1....

Elsa menahan napas saat Dewa melewatinya tanpa berkata sekatapun padanya. Bahkan cowok itu memasuki mobilnya tanpa melirik Elsa sedikitpun. Kalau saja ponsel Elsa tidak lowbet sudah dari tadi ia menelpon supirnya.

Elsa menghela napas berat. Entah kenapa rasa sesak begitu menghimpit ulu hatinya melihat Dewa yang seakan tak mengenal dirinya. Apa Elsa perlu minta maaf dengan sikap lancangnya yang tadi.

Jujur Elsa gak sanggup harus berhadapan dengan Dewa bahkan menatap matanya Elsa tak akan mampu.

Elsa mengetuk ngetukkan ujung depan sepatunya dipijakkan trotoar khas dirinya yang sedang bingung mau ngapain. Elsa kembali mengangkat wajahnya menunggu taxi atau apapun yang lewat.

"Kenapa mobil Dewa gak jalan jalan sih, berasa dilihatin dari jauh!"bukannya geer, tapi insting Elsa mengatakan kalau Dewa sedang memperhatikan dirinya.

Elsa menepuk jidatnya seketika. "ya ampun aku kan gak ada uang!"Elsa mencebikkan bibirnya kesal.

"Kenapa bisa sesial ini!"gumam Elsa. Pada akhirnya ia putuskan untuk berjalan kaki. Rasanya ia ingin menangis, lelah hati lelah fisik. Ia sangat ingin berisitirahat.

Elsa berjalan dengan pelan tatapannya terlihat kosong, memikirkan hidupnya seperti apa kedepannya tanpa Dewa. Sepertinya fokus pada pendidikannya adalah hal yang perlu ia lakukan dengan sungguh sungguh.

Kalau Dewa bisa mengejar mimpinya kenapa Elsa harus diam ditempat tanpa berbuat apa apa.

Disisi lain Dewa tengah memperhatikan Elsa dari dalam mobilnya. Ia meghela napas gusar. Ia tak tega harus meninggalkan gadis itu sendiri disana. Disisi lain juga gengsinya sangat tinggi.

"argghhh..." Dewa memukul stirnya dilema.

"Mau kemana gadis itu? Kenapa tidak menelpon supirnya saja?" Dewa memperhatikan Elsa yang berjalan menjauhi taman.

Tanpa Dewa sadari ia mengikuti gadis itu dari belakang. Namun hal itu tak berlangsung lama saat melihat Elsa terantuk menginjak tali sepatunya sendiri hingga jatuh telungkup diatas trotoar.

"Dasar ceroboh!"Dewa keluar dari mobilnya lalu berlari menghampiri gadis tersebut denga raut wajah khawatir.

Sayup sayup Dewa mendengar suara isakan Elsa yang menangis.

"Kamu gak apa apa?"Dewa berjongkok didepannya sambil memeriksa siku dan tangan Elsa.

"hiks hiks, sakit!!" keluh Elsa memperhatikan luka ditanganya dengan air mata yang meluruh deras menahan perih diseluruh tubuhnya. Termasuk hatinya.

"Sial Elsa!!"geram Dewa melihat luka ditelapak tangan gadis itu berdarah.

Elsa melepas tangannya dari Dewa. Ia berusaha berdiri dengan susah payah.  Namun belum tubuhnya tegak ia kembali terjatuh untung saja Dewa sigap menahan punggung gadis itu.

Complicated LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang