Our Destiny || TAMAT

Chapter 24

.

.

.

Dia bangun dan berharap perasaannya tetap tenang seperti tidak terjadi sesuatu. Dia tidak ingin terpengaruh, tapi setidaknya dia tidak terpengaruh. Tidak ingin meragukan siapapun, termasuk dirinya sendiri.

Dia telah berusaha melakukannya bahkan terlalu sering, dia menghadapinya karena dia terlebih dahulu percaya pada suaminya. Meskipun sering disakiti diawal pernikahannya, dia tidak pernah mencoba mempermasalahkannya, karena dia berpikir itu tidak menyakitinya. Dia mengabaikannya, dan tidak peduli bagaimana kadang dia merasakan terganggu dengan kedekatan mereka di masa lalu. Dia membiarkan mereka bersama bahkan memberikan waktu yang banyak, karena di masa lalu dia belum jatuh cinta pada suaminya.

Luhan mendorong selimutnya, dan turun dari ranjang. Dia berjalan ke jendela dan membuka tirainya.

Bagaimana perasaannya sekarang? Dia sudah mencintai suaminya? Apa dia bisa tidak peduli? Ini bukanlah semacam manipulasi seperti yang pernah dia lakukan untuk melindungi dirinya sendiri.

Bibirnya mengerut, matanya memanas, Luhan mencengkeram tirainya. Apakah dia yang berlebihan memikirkan hubungan mereka? Apa dia yang tidak berhenti mencurigai Chanyeol?

Luhan berbalik, menatap tempat tidur. Malam ini dia tidur sendiri, dan suaminya membiarkannya. Dia tidak akan merasa sedih dan melupakan apa yang dia lihat semalam jika Chanyeol kembali ke kamar, dan menemaninya tidur. Setidaknya, dengan begitu dia bisa mempercayai suaminya.

Luhan tidak seharusnya bersikap seperti ini bukan? kenapa dia sekarang meminta perhatian dari suaminya. Park Chanyeol selalu memberikannya jika dia menyuruhnya. Dia yang skeptis pada Baekhyun, dia mencoba memikirkan hal hal lain yang memberikan akibat pada hubungan mereka. Chanyeol tidak serendah itu melakukannya, dia lelaki yang bermarbat. Sebelumnya, dia melindungi pernikahannya dari sorotan media, maupun dari pandangan publik. Chanyeol selalu berusaha menjaga status mereka. Siapa yang mempengaruhinya?

Luhan mendesah, tiba tiba merasakan suasana hatinya berubah. Dia memeluk perutnya. Kehamilannya berusai dimana dia harus mempersiapkan dirinya dengan baik untuk menghadapi persalinannya. Dia tidak mengerti, apa karena kehamilannya, atau dia belum percaya pada Baekhyun?

Luhan menggeleng kepala, dia tidak pernah seburuk ini memikirkan sesuatu tanpa menggunakan aspek. Luhan berjalan ke kamar mandi, dia tidak ingin memikirkan ini dulu. Baekhyun lebih tertekan dan merasa sedih dengan masalahnya. Apalagi situasinya, tidak bisa dia kendalikan. Siapapun tidak ingin menghadapi perceraian jika dia sedang merasa bahagia, anak sebagai faktor yang jelas untuk mempertahankan rumah tangga. Mereka bersikeras bertahan walaupun tidak merasakan perasaan mencintai pada pasangannya. Orang tua hanya memikirkan masa depan anak-anaknya, mereka tidak ingin anak mendapatkan resiko yang dapat mempengaruhi perkembangan psikologisnya.

Mereka sebagai orang tua harus mengerti apa yang tidak ingin dan apa yang dinginkan oleh anak. Mereka hanya butuh kasih sayang, perhatian dan berkumpul dengan orang tua yang lengkap. Mereka ingin mendapatkan perlakuan yang baik dan kenyamanan dari orang tua, dan mereka kadang tidak pandai menuntut. Hal yang tidak ingin membuat mereka siap adalah, ketika menghadapi emosinya sendiri, dan masalah yang dapat merubah prilaku mereka, dimana alasan itu tidak jelas bagi mereka, dan sulit memahami untuk seusia mereka, kenapa mereka bisa kehilangan satu figur?

Baekhyun tidak bisa menerima alasan dari perceraian orang tuanya di masa lalu. Dia kehilangan figur orang tuanya secara bersamaan. Dia menjalani hidupnya untuk dirinya sendiri, dia hanya memikirkan kebahagiannya sendiri, dia menutup dirinya dari hal hal baik. Ketika Park Chanyeol menyerahkan dirinya dan cintanya, dan Baekhyun sendiri menyia-nyiakannya. Dia hilang kepercayaan. Dia hampir kehilangan seorang pria lagi yang rela memberikan hidupnya dan tidak menyerah memberikan cintanya. Sekarang, perasaan kasih sayang itu muncul dalam dirinya ketika dia memiliki calon bayinya.