Chapter 11

2.5K 310 98
                                    

.

.

.

Desahan napas Chanyeol kasar, saat terbuang.

Chanyeol menutup dokumen kerjanya, karena kelelahan, tidak pada kotak otaknya dan itu berlaku pada matanya yang sudah berurat merah, pedih. Chanyeol mengantuk dahinya ditangannya yang saling tumpang tindih diatas meja kerjanya. Oh tidak sampai kapan dia terjebak dengan kemarahan tidak tentunya? sampai kapan dia bisa profesional mengurus perusahaan jika orang yang membuatnya frustasi selama hampir seminggu menolak menemuinya.

"Tidak, Luhan." Bisiknya rendah.

Dia tidak pernah merasa sekacau ini. Namun, penyangkalan yang dia lakukan, akan percuma. Berteriak keras, karena ini tidak mungkin terjadi padanya, bahkan Baekhyun sudah sering meninggalkannya keluar Negeri memakan hari, bahkan pernah tiga bulan tidak bertemu, dia tidak akan mengerang kesepian, apalagi sampai mengabaikan perkerjaannya.

Dia tidak punya nafsu lagi semenjak pertengkaran mereka seminggu berlalu, dan Luhan memutuskan pulang ke rumah orang tuanya.

Bagus bukan? keegoisannya sudah mendorong Luhan menjauh darinya.

Ratusan kali Chanyeol tidak putus putus menghubungi Luhan. Sialnya; panggilannya tidak pernah mendapat gubrisan. Padahal dia sedang khawatir dan merindu. Tidak ada lagi temannya tidur, dan tidak ada lagi yang mengurus dirinya, kecuali dia yang kerepotan tiap pagi menyiapkan pakaiannya.

Ibunya? tidak ingin ikut campur. Toh, ini masalah rumah tangganya, ibunya hanya menginginkan kedewasaan darinya untuk bijak menangani masalah rumah tangga mereka. Mandiri menyelesaikan urusan rumah tangga yang diganggu oleh pihak luar. Sepenggal pengalaman yang diajarkan oleh kedua orang tuanya cukup mendidiknya bertanggungjawab memikul bebannya sendiri sebagai seorang suami. Dan ibunya tidak memojokkannya, tapi memberikan nasehat dan arahan untuk mereka yang baru menyicipi satu macam rasa kehidupan berumah tangga.

Bagaimana dengan orang tua Luhan?

Mereka tidak menolak kunjungannya, menemui Luhan. Luhan yang terus menolak bersua dengannya. Dan meskipun dia menginap di tempat mertuanya, di kamar tamu. Luhan memilih berkurung di kamarnya sepanjang hari.

Bayangkan bagaimana dia bisa tenang, Luhan menutup celah kesempatan untuknya.

"Kenapa Luhan bisa lari dari rumahmu?"

Ok. Siapa yang berani menyenggol pikirannya disaat kobaran emosinya masih menggumpal dirahangnya.

Chanyeol mengangkat kepalanya, dan dia mendesis sungguh kesal.

"Hyung..."

"Aku sudah mencoba melakukan kontak hp denganmu, kau mengabaikannya." tanpa dipersilahkan, dia  berinisiatif duduk sendiri di kursi yang tergeletak didepan meja Chanyeol.

"Aku tidak punya janji denganmu." Chanyeol memicing, seolah mempertegas ingatannya.

Terbahak, "Haruskah mengadakan janji terlebih dahulu, baru aku boleh datang menemuimu ke sini."

Chanyeol melepas kasar dasi yang mencengkeram lehernya. "Aku sedang tidak berada dalam suasana baik untuk melayani tamu sepertimu."

Lidahnya mengutuk. "Pribadimu kasar pada orang yang selalu sabar mendengar keluhanmu."

"Suho hyung, ini tidak lucu." Ketus Chanyeol.

"Aku sedang memberikan rasa prihatinku padamu. Kau katakan itu ada lelucoan. Masalahmu membuat otakmu sekarat."

Our Destiny || TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang