Chapter 6

2.7K 282 72
                                    

.

.


.

Kedatangan Chanyeol disambut cukup baik Baekhyun lewat senyuman ringan, "Apa aku harus memanggilmu lewat ponsel untuk sedikit memberikan tepukan pada ingatanmu, kalau kau masih punya kekasih di sini."

Baekhyun mengikat selimut guna menutupi tubuh telanjangnya, lalu berpindah dari tempat duduknya menuju mini bar .

"Kita baru minum, dan itu empat jam yang lalu, tubuhmu masih belum bersih dari alkohol."

Tidak mengindahkan teguran seperti mengandung peringatan, Baekhyun mengambil sebotol sampanye lalu menuangnya.

"Tidakkah petugas kebersihan dibutuhkan untuk membereskan kekacauan ini." Lirikan Baekhyun menyapu seluruh lantai yang masih berserakan beling kaca dan tumpahan wine, yang tidak ubahnya seonggok sampah dedaunan yang berserakan.

"Aku akan memanggil setelah kau memakai pakaian yang layak."

"Bahkan lebih dari ini aku sudah biasa memakai dimuka umum Chanyeol." berdesis kesal untuk aturan yang dikeluarkan Chanyeol tentang pakaian apa yang dikenakannya, pantaskah, cukup pantas, atau tidak pantas. Tidak pernah secuilpun Chanyeol mengeluarkan komentarnya mengenai kelayakan cara berpakaiannya, dia adalah desainer, dan seorang desainer sudah pasti harus bisa menjadi ikon yang memikili cara pandang luas dan mewah untuk menjual karyanya, kemampuan tangannya juga harus bisa menebar pengaruh berbusana bagi banyak orang. Tidak lucu, seorang desainer tidak bisa menjadi inspirasi bagi para pecinta fashion, dan dia bukan wanita kolot yang tidak mengerti apa yang diminati para konsumen.

"Tapi tidak untuk menjual tubuhmu.." perkataan Chanyeol langsung menampar nafsunya.

Baekhyun mengamati dalam Chanyeol yang enggan bertolak dari tempatnya, sesekali pinggir bibirnya berkedut, dengan pincingan mata yang curiga.

"Seleramu masih sama-kan sayang."

Mendesah untuk pertanyaan yang tidak jelas apa maksudnya, Chanyeol menghampiri Baekhyun, dan duduk disebelahnya.

"Sama, jika kau tidak melawanku.."

Tertawa dingin, Baekhyun menyelipkan senyuman manis disisa tawanya, tentu saja itu memaksa. "Tidakah kau rela berbohong padaku kali ini...?"

Chanyeol menengok, tenang. "Untuk keberhasilan suatu hubungan, kebohongan adalah penghancur utama yang paling mengerikan.."

Kepala Baekhyun menggeleng untuk ketidaksetujuannya atas pendapat yang dikemukakan oleh Chanyeol. "Tidak, kau salah. justru kejujuranmu yang tidak berdaya itu menghancurkan sedikit perasaanku."

Normal kala Chanyeol memeriksa apa yang mempengaruhi emosi Baekhyun, "Lelaki demi menjaga perasaan kekasihnya setelah menyelinap seperti pencuri ke kamar wanita lain, akan menciptakan kebohongan untuk menutupi perbuatannya." sindiran dipenuhi kecemburuan yang tertera dimatanya.

Chanyeol menyikapinya dengan santai seolah olah, perdebatan mereka bukan sepatutnya diributkan. "Aku bukan pencuri, aku masuk ke tempat legal. Dia isteriku, tidak ada salahnya aku mengkhawatirkannya."

Tertawa terbahak bahak sampai kepala terdongak keatas, Baekhyun memberikan tepukan tangan cukup gemuruh.

"Kau baru saja menindasku Chanyeol."

"Aku tidak pernah melakukan itu Baekhyun, penolakanmu padaku yang membuatmu tertekan di sini."

Baekhyun tertegun, dan cukup tertohok.

"Kenapa sekarang kau seperti gemetar, kau sangat sensitif pada Luhan, padahal dia tidak pernah mencoba mengambil posisimu dariku.."

Baekhyun mengangguk, menyampirkan senyuman kecilnya, "Benar, dia tidak pernah mencoba merebutmu dariku, tapi kau sendiri yang memberikan posisi itu padanya."

Our Destiny || TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang