Chapter 7

2.5K 299 86
                                        


.

.

.

Chanyeol mengolesi obat seperti gel berwarna putih susu kepipi Luhan, dibekas tamparan Baekhyun.

Perhatian Luhan lurus pada Televisi yang menampilkan berita siang.

"Sebaiknya, kau segera mencari Baekhyun." suruh Luhan.

Tak menerima tanggapan.

Luhan menegok kesamping kirinya, disaat itu mata mereka bersatu. Chanyeol menghentikan pekerjaannya.

"Ada apa?"

"Baekhyun.."

"Kai sudah mengurusnya."

Pelan Luhan mendengus, "Kenapa kau membiarkan Kai menanganinya." kembali Luhan menghadapkan pandangannya kedepan.

Chanyeol menghempaskan punggungnya ke sandaran sofa, merentangkan kedua tangannya diatas kepala sofa, dengan Duduk membuka kedua kakinya lebar lebar.

"Kai lihai mengobati kesedihan wanita."

Luhan memutar lehernya, dengan alis mengkerut halus. "Kau tidak takut, Kai akan melanggarmu dengan kelihaiannya."

Tertawa kecil. Chanyeol kembali membetulkan posisi duduknya, lalu menoleh.

Kelopak mata Luhan berkedut, pancaran mata Suaminya kali ini lebih dalam menatapnya. "Karena itulah, aku cepat menghentikannya disaat dia hendak menyusulmu. Dia bukan saja berbakat menyembuhkan kesedihan wanita, tapi berbakat mengambil kesempatan." senyum Chanyeol tipis sekali.

"Dia adalah manusia yang kurang sopan santun, yang suka membanggakan dirinya ketika kami bersama." Luhan menunduk sejenak mengingatnya.

Chanyeol mengangguk, "Karena dia,  termasuk orang yang tidak akan bosan menceritakan tentang dirinya sendiri. Karena pengalamannya."

Luhan mendongak, "Tapi.." Chanyeol melipat bibirnya, dan menoleh pada Luhan.

"Jika dia sudah menunjukkan kepeduliannya..." Chanyeol berucap seraya menyipit matanya, Luhan mengernyit heran. "Itu yang patut diwaspadai."

Datar tanggapan Luhan, "Dia memang banyak bicara, dan lumayan membosankan."

Chanyeol terkekeh, penilaian minus Luhan tidak mengada ngada. Kai sejenis manusia yang memiliki kepercayaan diri yang tiada tara. Dia akan senang bila banyak orang memujinya, tidak itu pada fisiknya, apalagi kemampuannya. Kepribadiannya lebih cocok disebut seperti tidak punya harga diri.

"Apa kau akan tetap di sini?"

"Kenapa? kau ingin mengusirku?"

Acuh Luhan mengangguk, "Hm, aku ingin istirahat. Lebih baik kau cari Baekhyun."

Berdecak malas, "Bagaimana kalau aku ingin bersamamu sehari penuh, kita makan bersama, bermesraan, dan tidur bersama. Karena ini bulan madu kita."

"Apa hanya itu yang ada dipikiranmu?"

"Hm..." Angguk Chanyeol ringan. "Bagaimana?" Chanyeol tersenyum manis, merayunya.

"Lakukan sendiri..." tolak Luhan tidak tertarik lalu bangkit dari duduknya, namun kedua tangan Chanyeol sigap menarik pinggang Luhan dan menarik mundur untuk duduk dipaha kerasnya.

Chanyeol mengecup manis leher Luhan dari belakang, dan kelereng Luhan berputar seolah memaklumi tabiat nafsu suaminya. "Sampai kapan kau menginginkan kemesraan dariku?"

Luhan menggeliat halus, gesekan hidung Chanyeol dibahunya cukup kasar mencumbunya. "Biasanya kau tidak akan pernah menolak?" Chanyeol meniupkan bisikan ditelinga Luhan.

Our Destiny || TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang