Chapter 19

1.8K 195 45
                                    


.

.

.

.

.

Chanyeol menatap Luhan dengan pikiran yang cukup heran, dan sedikit terganggu dengan pandangan skeptis Luhan yang berlebihan padanya.

"Jadi kau sedang marah padaku sekarang? kau mengatakan sesuatu yang selalu membuatku kadang ingin marah padamu. Kepercayaanmu belum tertinggal padaku." Nada bicara Chanyeol tidak baik.

Luhan memaksa senyumnya senyamannya, "Tidak ada kecurigaan, Chanyeol. Aku hanya memastikan kalau hatimu baik baik saja. Kau mengatakan kepedulianku adalah kecurigaanku...?" Luhan tertawa agak dipaksa. "Aku sedang mengkhawatirkanmu, sayang."

Chanyeol, harus menahan napasnya, "Itu bukan mengkhawatirkan, tapi kau justru selalu mencurigaiku." Chanyeol mengeluarkan ponselnya, terbuka Luhan memperhatikanya dengan kernyitan kasar.

"Baekhyun...."

Luhan mengatur rautnya saat Chanyeol menatapnya agar tetap tenang. "Kudengar kau akan menikah empat hari lagi. Hadiah apa yang kau inginkan? aku berniat membelikan yang istimewa, hadiah ucapan selamat dari kami atas hari bahagiamu."

Chanyeol menyipit alisnya, Luhan pura pura acuh padanya. "Tentu kami akan datang. Aku bahagia untukmu. Sampaikan salamku pada Myungsoo." Chanyeol menutup sambungannya. Luhan memasang senyum yang dipaksa tenang, sekarang emosi berbalik padanya.

"Katakan berapa lama kita sudah menikah. Dan kau belum tahu aku." Suaranya terdengar tajam, rautnya kecewa melihat bagaimana kecurigaan itu menjadi teman baik Luhan.

"Kau tidak bisa mengatakan seberapa lama kita sudah hidup bersama. Kau pikir aku bisa tahu tentang perasaanmu hanya dalam jangka waktu lebih kurang dari enam bulan." Luhan bersikeras membela alasannya.

Chanyeol menutup matanya sebentar, mengusak tengkuknya layak memang seorang frustasi. "Masalahnya sekarang, kenapa kau tidak percaya padaku?"

Luhan menatap lurus lurus ke layar TV yang mati. "Kecocokan kita tidak akan mendapatkan 100% Chanyeol. Kadang kadang kau bersikap seperti suami yang dapat kupercaya dan kubanggakan didepanku. Kadang kadang kau berubah dan bersikap menjadi kekasih orang lain didepanku. Disitu aku cenderung bingung dimana posisi Chanyeol untukku."

Chanyeol terdiam, dia merenungi dimana kesalahannya yang bermula dulu. Keserakahannya yang tidak tanggung tanggung bekerja, dan menempatkannya pada kesombongannya. Tidak berlogika hanya mengutamakan bagian kepentingannya yang dianggap benar. Sampai dia tidak tahu kapan dia sudah jatuh hati pada Luhan.

"Kadang aku merindukan dimana aku tidak harus melibatkan perasaanku setiap kita berdua, dan tidak sesulit ini kurasa menjalaninya sampai untuk sekarang." Luhan mengambil singkat napasnya. Dia mendongak pada Chanyeol yang terkaku untuk membuka mulutnya. "Siapa masalahnya di sini? Aku atau kau yang tidak memiliki pendirian?"

"Itu dulu Luhan.." Chanyeol membantah dan kali ini dia lebih tegas. "Kau hanya belum mampu melepas kesalahan kesalahanku."

Terhenyak, Luhan mengatup bibirnya, getaran kecil dibibirnya tidak bisa menyela. "Jika seorang pria dan wanita sudah saling menyukai, dimana kesalahan yang harus kita perbaiki?" Chanyeol menghampiri Luhan, dan duduk disebelahnya.

"Keraguan apa yang kau simpan sekarang, dan kita harus menyelesaikannya malam ini." Chanyeol menggengam tangan Luhan, isterinya menolak menatapnya.

Our Destiny || TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang