Chapter 17

1.7K 214 53
                                    


.

.

.


Chanyeol berjalan mendekati Kai. Sebelum berbicara dengan Kai, Chanyeol meminta dengan sopan pada ibu mertuanya untuk tidak cemas dan meninggalkan mereka.

Dia butuh sedikit privasi.

"Mari kita bicarakan ini di luar. Jangan buat keributan di sini." Chanyeol berusaha menanganinya dengan kepala dingin, namun tidak dengan Kai, usulan Chanyeol tidak dapat menutup kegeliannya.

Kekehannya dingin, "Aku datang karena Luhan yang memanggilku. Jadi aku tidak punya waktu untuk menyanggupi tawaranmu. Minggirlah, aku harus menemui Luhan."

Erangan Chanyeol memanas, rahangnya terkatup tajam. Chanyeol meraih kerah kemeja Kai, memagutnya dijemarinya yang bergelumutuk geram. "Jangan mengambil keuntungan dari masalahku, Kai." Desisnya. Kai mendecih lewat senyumnya. "Luhan tidak mungkin memanggilmu untuk mengurus masalah ini."

Kai mendorong Chanyeol. Dan berhasil hanya satu sentakan, Cengkeraman Chanyeol membuat kemejanya kusut. "Aku yakin kau tidak akan percaya," Kai merogoh sakunya, dan menunjukkan pesan Luhan pada Chanyeol.

"Luhan mengirimiku pesan teks. Minggirlah..."

Chanyeol belum bergeming membaca pesan yang dikirim oleh Luhan. Kepalanya mendadak berat, dan perutnya mengejang. Isi pesan Luhan memukulnya, ini urusan rumah tangganya dengan Luhan, kenapa Luhan melibatkan Kai sejauh ini?

Ini tindakan yang melukainya, namun patutkah dia menyatakan emosi sekarang?

"Kai..." menghembus perlahan lahan napasnya yang sangat bergemuruh didadanya. "Aku masih butuh waktu untuk bicara dengan Luhan. Pergilah.. aku mampu menyelesaikan masalahku dengan isteriku."

Kai memincingkan garis alisnya. Pikiran Chanyeol sedang kacau, sehingga dia terlihat seperti berceloteh yang hilang akal. "Minggirlah, yang dibutuhkan Luhan saat ini bukan Kau, tapi aku..."

"Kai...!" nyatanya emosi Chanyeol tidak setenang itu. Teriakannya pada Kai mengundang kedatangan Nyonya Xi dari arah dalam.

"Chanyeol ada apa?"

Chanyeol mengatur napasnya, lalu menoleh lewat bahunya. "Ibu, maaf. Tidak usah cemas, pergilah.."

"Tapi nak... bagaimana..." Nyonya XI menatap pada Kai. Lelaki itu tidak bisa diajak bersepakat. Keras kepala pada keinginannya untuk tetap membawa Luhan dari rumah ini.

Chanyeol sendiri sedang tidak punya keyakinan, apa dia sanggup menyakinkan Luhan sekarang, mengajak Luhan bicara baik baik. Tidak, situasinya memberat padanya, dan dia tidak berkemampuan untuk menanganinya dalam sesingkat waktu. Dan Kai? Tidak akan mundur, kesalahannya mungkin sudah dijumlahkan oleh Kai selama ini. Maka kesalahan itulah yang menjadi alasan Kai berdiri penuh percaya diri didepannya.

"Ibu, masuklah kedalam..." mohon Chanyeol.

Kecemasan belum hilang diwajah Nyonya XI, namun urusan ini adalah tanggung jawab menantunya. Sepergian Nyonya XI, Chanyeol meneguk ludahnya, "Kai, aku tidak ingin ribut denganmu. Dan aku belum berbicara dengan Luhan. Luhan hanya butuh waktu untuk menenangkan dirinya. Pergilah.." Chanyeol memijat batang hidungnya, helaan napasnya yang mendengkur terdengar putus asa.

"Jika kau ingin Luhan tetap bersamamu, kau tidak harus mementingkan terlebih dahulu pendapatmu, dengan alasan yang membuat Luhan harus mengalah dan terus mengalah pada perbuatanmu." Menjeda untuk menguatkan dirinya, Kai menatap Chanyeol. "Kau tidak tahu apa yang terjadi Kedepannya seperti apa hyung, dan kau pikir kau akan bisa mengatasinya. Itulah kesombonganmu."

Our Destiny || TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang