Chapter 16

1.7K 237 54
                                    

.

.

.

Kerikil mencoba menghalanginya, Baekhyun menepis cukup kasar tangan Myungsoo dari rahangnya.

"Aku tidak ingin membicarakan ini sekarang. Aku ingin istirahat, pulanglah." Baekhyun, meskipun tidak suka cara Myungsoo memaksanya. Namun, dia dapat merasakan perbedaan kasih sayang yang diberikan oleh Myungsoo dengan Chanyeol. Chanyeol bahkan tidak pernah menghubungi ponselnya semenjak mereka berpisah.

Baekhyun berjalan agak menjauh. Pikirannya mulai menyeru bimbang lagi, dan sampai kapan dia melakukan ini? terus bergantung pada keegoisannya. Dia menyadarinya, kalau dia kurang bahagia mempertahankan ini, namun dia tidak ingin kekurangan kasih sayang dari mereka berdua.

Dia sadar ini sangat rumit membelitnya, Baekhyun akan sekeras itu memperjuangkan apa yang tidak ingin dia lepas. Chanyeol, dia tidak ingin kehilangan satu sandarannya lagi, atau dia akan berjalan pincang dalam paranoidnya.

Kesempurnaan itu baginya adalah ketika ambisinya ingin meraih sesuatu yang tidak terjangkau, dan meraih apa yang terdefenisi menurut ajaran pendapatnya, kebahagian itu harus mencukupi dari segala sudut pandang. Dan apabila dia masih menemukan kekurangan didalam materi kebahagiannya, dia akan terus mencarinya, karena dia takut kesepian.

Pemikiran itu terkadang tidak banyak memberikan sebuah solusi yang baik, jika nafsu cenderung lebih berat dari akal, perasaan yang disebut sensitif akan kehilangan fungsinya, dan tentu dia berjalan tidak normal.

Ini yang dialami Baekhyun, dia sudah kehilangan inti dari perasaannya yang paling berpengaruh pada emosi yang baik. Entahlah, kejadian ini boleh dihubungkan dengan masa lalunya yang tidak mengenakkan, bahkan itu dikatakan sangat buruk sekali untuk dikecap sebagai pembelajaran. Jika kedua orang tuanya memilih jalan masing masing, pilihan orang tuanya yang membawa dampak pada psikisnya. Dan Baekhyun juga memilih jalan itu untuk meminta kompensasi pada penderitaannya. Namun sayang, pilihannya tidak bisa dia pimpin, sehingga Baekhyun akhirnya kehilangan perasaan baiknya. Bahkan dia tidak bisa menghargai dirinya sendiri, kebaikannya, dan cintanya.

Baekhyun mengusap perutnya tidak sadar, rasa takut di masa depan? Dia sedang egois memikirkan nasib anaknya, untuk itu dia ingin meminta setengah tanggung jawab Chanyeol. Karena dia sering melakukannya dengan lelaki itu.

Myungsoo mengulurkan tangannya merangkul bahu Baekhyun, merapatkan pelukannya pada Baekhyun. "Kau tidak bisa sendiri bukan?"

Baekhyun mengatup bibirnya yang bergetar, air matanya tercekat. "Pergilah...." suaranya lirih.

"Tidak..." Myungsoo menumpukan dagunya diatas bahu Baekhyun. "Aku akan di sini menemanimu, Aku tahu kau kesepian." Myungsoo membawa tangannya keperut Baekhyun, dia mengusapnya, dan rasanya begitu nyaman. "Aku akan menjagamu dan anak kita." Bisiknya mengecupi bahu Baekhyun.

Baekhyun menyamankan pelukannya, dia membutuhkan Myungsoo, setidaknya untuk menemani malam sepinya yang akan terus berlanjut. Yang penting mereka masih saling mencintai, dan tidak ada melarang jika dia sedang ragu, siapa yang paling penting baginya?

Baekhyun membuka pelukan Myungsoo. Lalu berbalik. Senyum Myungsoo tidak pernah memutuskan kehangatan padanya.

"Kenapa?"

Baekhyun menggeleng, dia kembali memeluk Myungsoo, bermanja didada kekasihnya. "Tidurlah denganku malam ini. Temani aku."

"Tentu..."

Myungsoo memberikan kecupan dipucuk kepala Baekhyun.

Dia tahu, dia tidak akan bisa memberikan cintanya pada orang lain selain pada Baekhyun, dia sudah pernah melakukannya, menemukan wanita yang cocok untuk seleranya, karena sempat bosan dengan hubungang kurang jelas yang dijalani oleh mereka berdua. Tapi perasaannya tetap kuat memilih Baekhyun, itu alasan yang dia pegang hingga mempertahankan Baekhyun. Apalagi sudah ada yang mengikat mereka?

Our Destiny || TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang