.
.
.
Dimohon kebijaksanaannya.
..
.
Apa aku boleh ikut sarapan dengan kalian?"
Mereka terkesiap.
Nyonya Park berbalik, dan dia membekap mulutnya dengan kekagetan yang haru, sudah lama dia merindukan pintu rumahnya dibuka oleh Putra keduanya, sudah lama dia menantikan Kai duduk bersamanya di meja makan.
"Kai..."
Kai tersenyum sambil menggerek kopernya mendekati ibunya yang sedang tertegun menatap kepulangannya.
"Yah ibu, aku terlalu merindukanmu... dan.." Kai merentangkan kedua tangannya, memeluk Ibunya.
Luhan masih tampak bingung dengan situasi yang dibawa oleh Kai. Kai tiba tiba muncul didepan mereka tanpa pemberitahuan, membawa koper hitam besar, dan sekarang sedang memeluk ibu mertuanya.
"Kau kembali..." ucap Luhan lirih, bahkan kekagetannya menenggelamkan suaranya.
"Hm, karenamu, Luhan. Aku pulang karena Aku merindukanmu juga, Luhan." Seringai Kai tidak disenangi oleh Chanyeol.
Chanyeol yang bersandar dikursinya mendengus dingin. Dia menyudahi sarapannya. "Aku pergi, dan jangan membuat masalah." Chanyeol mengingatkan dengan menepuk pipi Luhan .
Luhan menggeleng dan nyaris tertawa. "Apa perlu aku ikut mengantarmu sampai ke depan?"
"Tidak usah." Chanyeol mengambil tas kerjanya di kursi kosong disebelahnya, "Buatkan sarapannya. Kau harus menjamu orang penting yang baru datang setelah memahami kesalahannya."
Kai tidak menanggapi ucapan Chanyeol yang sangat baik menyindirnya. Kepentingannya bukan berdamai dengan Chanyeol, jadi dia mengetahui baik, orang yang akan langsung memberi sambutan yang agak sarkas jika dia pulang ke rumah, adalah Chanyeol.
"Rajinlah bekerja, dan belilah saham Departemen Store untuk hadiah ulang tahun ibu." balas Kai acuh sambil menatap ibunya.
"Kai... bagiku kau adalah kado yang berharga." Nyonya Park tersenyum memeluk Kai.
"Kau lihat, betapa berharganya aku untuk ibu." Tawa Kai menyombong dirinya yang tidak pernah tergantikan.
Luhan menyuruh Chanyeol segera pergi sebelum perdebatan mereka berlanjut memusingkan kepalanya. "Chanyeol pergilah.."
"Hm..." angguk Chanyeol, dia tidak pamit pada ibunya yang fokusnya sudah seperti bertema di langit ke tujuh. Ibunya akan memasak banyak makanan untuk malam nanti, pikirnya.
Luhan menghampiri Kai, dan merentangkan kedua lengannya. Kai tertawa menarik Luhan kepelukannya. "Selamat datang Kai."
"Kau terkejut, bukan?"
Luhan mengangguk dipermukaan bahu Kai, kemudian melepas pelukannya. "Aku senang kau kembali."
Kai tidak ragu mengatakannya, dan dia berani sekali. "Aku tidak ingin melepas warisanku. Untuk itu aku cepat kembali sebelum ayah memutuskan Chanyeol-lah satu satunya yang menjadi ahli waris-nya."
"Kai, itu bukan lelucon?" kaget Luhan menghardik sambil menepuk lengan atas Kai.
"Memang." Kai mengenggam tangan Luhan, dan menarik kursi untuk Luhan.
"Duduklah, aku yang akan melayani ibu hamil." Kai mengedip matanya.
Nyonya Park menggeleng tersenyum sambil mengambil sarapan Kai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny || TAMAT
FanfictionMature Area 🔞✔ Dua orang yang berbeda pandangan dipersatukan dengan Pernikahan. Luhan mengatakan, Pernikahan mereka terjadi karena takdir. Park Chanyeol berpendapat, Pernikahan mereka adalah pembodohan. Apakah Park Chanyeol percaya pada pilihan tak...