Chapter 3

3K 308 92
                                    

.

.

.

Luhan menyapa ibu mertuanya dengan senyum kecil setelah sampai di dapur bersih, ayolah dia masih orang baru di rumah besar itu, lumrah Luhan masih canggung, dan perlu waktu untuk menyesuaikan dengan tradisi di rumah itu.

"Kemarilah nak, mana suamimu?" tanya Nyonya Park hangat, sehangat senyuman ibunya, sehingga Luhan langsung mendapatkan kenyamanan yang biasa ia peroleh dari ibunya, dan Nyonya Park berhasil membangun kenyamanan itu padanya, seakan sekarang dia bersama dengan ibunya sendiri.

Luhan membantu Ibu mertuanya menghidangkan makanan di meja makan. "Sebentar lagi akan turun ibu..."

Nyonya Park menghentikan sejenak kegiatan Luhan yang menuangkan Jus. "Ada apa Ibu?"

"Kami minta maaf atas perbuatan putraku, Kai.."

Luhan tersenyum baik baik saja. "Aku tidak akan terluka Ibu, orang yang meledak ledak seperti Kai memang sulit untuk dimengerti dan diawasi. Ketika kami melakukan pengakraban hubungan, dia berlaku baik padaku, dan aku tidak menyangka, ternyata dia merasa terbebani dengan perjodohan kami." jelas Luhan.

Menarik napas panjang, mimik Nyonya Park berubah sendu. "Sampai sekarang, Ibu tidak tahu apa melatari kepergian Kai.."

Gantian Luhan yang mengusap lengan ibu mertua, guna menenangkan kecemasannya. "Tidak usah pikirkan ibu, kepergian Kai tidak membatalkan pernikahanku dengan salah satu putramu, aku sudah menjadi menantumu di sini..."

Nyonya Park tersenyum lembut, "Aku berterimakasih nak, kau tidak menolak saat Chanyeol yang menjadi pengganti calon suamimu.."

"Jika Kai ditakdirkan untukku, akulah yang menjadi isterinya sekarang, yang tidak kupahami, kenapa takdir membawa Chanyeol padaku..." batin Luhan.

"Ibu, Ayah mana?" Luhan sengaja mengganti topik pembicaran mereka, untuk mengenyahkan kesedihan sekaligus kekecewaan ibu mertuanya yang masih memikirkan ulah putra bungsunya, Kai.

""Ayahmu berangkat pagi sekali, menggantikan Chanyeol mengurus perusahaan."

Luhan menarik kursi untuk Ibu mertuanya, lalu menggeser kursi disebelah untuknya. "Kalian tidak pergi bulan madu?."

Luhan mengolesi selai ke roti tersenyum tak tahu harus menjawab apa. "Aku serahkan pada Chanyeol saja, Ibu..."

"Chanyeol mendapat cuti bulan madunya dua minggu... ibu harap dia sudah menemukan tempat bulan madu kalian.." Nyonya Park memberitahu dengan senyuman harapan pada Luhan, harapan sehabis dari perjalanan bulan madu menantunya, dia mendapatkan kabar gembira yang berharga, sayang Luhan tidak melihat harapan besar itu di mata ibu mertuanya.

"Chanyeol lebih suka minum teh sebagai teman sarapan rotinya." Ujar Nyonya Park.

Luhan mengerti, "Baiklah bu, aku akan membuatkan teh untuknya."

Sepergian Luhan.

Chanyeol datang, menyapa Ibunya dengan seulas senyum tipis, "Mana Luhan, bu?" Chanyeol menarik kursi disamping kiri ibunya,

"Membuat teh untukmu..." Nyonya Park mengambil makanan yang sudah disiapkan Luhan, menyerahkan pada putranya.

"Isterimu yang membuatkannya untukmu."

Chanyeol mengangguk.

"Kau sudah mencari Kai?"

"Tidak..." Chanyeol menyahut sambil memotong rotinya.

"Kenapa?"

"Dia akan pulang, biarkan dia bebas kemanapun dia pergi."

Nyonya Park menghela napas sedih. "Apa sampai sekarang kau masih kecewa pada kami...?" Terlalu hati hati saat Nyonya Park menyinggungnya.

Our Destiny || TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang